Kecil-kecil tapi super nikmat ngentot


Saya punya kisah nyata, begini..., saya punya teman-teman cewek di sini (Amerika).., nah diantara teman-temanku ada yang bernama Lia, yang baru 19 tahun. Dia tinggal berdua di apartement mewah dekat kampusku, saya senang bergaul dengan mereka soalnya mereka baik dan sedikit vulgar kalau bicara, jadi asyiklah..., nah suatu saat saya sedang ke apartemen mereka dan mulailah bercerita-cerita.
"Eh Lia apa kabar cowok kamu", saya mulai bertanya.
"Saya masih kangen nih soalnya kan baru minggu kemarin dia pulang, sekarang saya kesepian lagi nih", desahnya.
"Tenang aja, kan di sini ada saya dan teman-teman yang lain, iya kan", jawabku.
"Iya tapi kan sekarang tidurnya sendiri", jawabnya enteng.
"Eh.., gimana pelayanan cowok kamu", tanyaku sambil bercanda.., eh Lia malah jawab serius...
"Gini Sin..., saya bingung sama barang cowok saya, punyanya besar lho kemarin saya ukur panjangnya 17 cm tapi kenapa saya kok tidak pernah bisa merasakan orgasme ya padahal dia sudah bertahan 15 menit..., oh nasib, nasib...", Bisiknya dengan muka sedikit sedih.
"Eh kamu beneran mau tahu rasanya orgasme gimana, kalau kamu mau saya bisa bantu, tidak usah sampai penetrasi kok", jawabku sambil tersenyum
"Mau", jawabnya cepat.
"Tapi syaratnya kamu mesti tenang dan berusaha untuk menikmatinya oke", jawabku.

Cepat saja kubuka kancing bajunya satu persatu..., terlihat payudaranya yang kecil tapi montok dan putih. Lalu kucium dia mulai dari bibirnya yang tipis terus turun ke leher dan kumainkan putingnya yang masih kecil itu. Dia mengerang kegelian dan kelihatannya dia sudah mulai terangsang. Lalu mulai kumasukkan tanganku ke rok mininya, dan ternyata liang kewanitaannya sudah basah. Saya mainkan clitorisnya dan sedikit sedikit kumasukkan jariku, dia terlihat enjoy sekali.
"Mau saya cium memek kamu Li..? bisikku pelan.
"Mau," jawabnya cepat.
Lalu kubuka celana dalamnya dan terlihat jelas liang kewanitaannya, begitu basah dan merah. Akhirnya kucium dan kumainkan dengan lidahku.
"Gimana rasanya sudah naik belum," tanyaku.
"Iya nikmat kayaknya saya bisa deh," katanya sambil mengerang.
"Sin masukin aja yah," bisiknya manja.
"Oke," jawabku singkat, secepat kilat kukeluarkan penisku yang sudah menegang. Saya setubuhi dia dari depan dengan kedua kakinya terbuka, saya mainkan dia sampai 10 menit, kemudian dia bilang "Kok saya belum bisa sih", katanya mendesah.
"Tenang Li..., kita ganti posisi sekarang kamu di atasku", balasku mesra.
"Nah ini baru nikmat", katanya.

Setelah 10 menit, dengan posisi itu belum ada tanda-tanda dia akan orgasme, walaupun posisi itu menurut buku seks paling nikmat buat cewek. Nah saya ingat pengalaman pertamaku waktu bikin puas temanku yang lain.
"Li ini gaya yang paling nikmat, saya di belakangmu dan kamu rapatkan kakimu", bisikku mesra, segera saja terasa liang kewanitaannya yang semakin rapat dan Lia terus berteriak keenakan.
"Terus Sin teruss..., saya hampir nih..., ahh", desahnya terdengar sampai ke luar kamar.
"Gimana", tanyaku.
"Wah nikmat sekali rasanya yah", terlihat mukanya yang lucu itu kelihatan senang sekali.
"Boleh aku yang keluar", tanyaku.
"Boleh yang cepat ya", pintanya. Lalu saya kocok penisku sampai saya keluar di dalam liang senggamanya, terlihat dia panik.
"Sin kok di dalam sih nanti saya hamil gimana", bisiknya dengan sedikit protes.
"Tenang aja", jawabku, "kan ada 'Pil KB' nanti saya beli di apotek", terlihat dia tenang dan langsung memelukku.
"Wah kamu hebat Sin, sudah bertahun-tahun aku meginginkan ini, terima kasih", ucapnya berulang-ulang sambil menciumku.
"Wah ternyata barang yang lebih kecil lebih oke yah", ucapnya. Kontan saja saya merah mukanya dan tertawa.
"Nah biar cuma 13 centi tapi yang penting permainannya kan?", godaku nakal, dia mengangguk malu dan tertawa lucu sekali.
"Cup cup besok lagi ya", bisiknya.


TAMAT

Hangatnya Jepitan Elena yang tak terlupakan

Kira-kira sebulan sesudah pesta di kaki gunung Salak, selesai meeting di kantor, aku menerima message di voice mailku. Yang mengirim message seorang cewek, dia cuma memintaku supaya menelepon dia di 0816 xxyyzz.

Selesai meeting, aku langsung mendial nomer itu..., ternyata cewek itu Elena, dia yang jadi tuan rumah waktu pesta di kaki Gunung Salak itu, what a surprise!, Dia mengajakku untuk makan malam dan akhirnya kita janjian ketemu di Gondola Restaurant jam 8 malam.

Malam itu, Elena datang dengan gaun yang aduhai, dia benar-benar membuatku berdebar-debar. Dengan potongan dada yang rendah, aku bisa melihat belahan dadanya yang putih dan di kanan kirinya menyembul buah dada yang cukup menantang, dia memakai BH yang tipis sehingga samar-samar putingnya terlihat menonjol di balik gaunnya. Rambutnya di sanggul, sehingga lehernya yang putih jenjang terlihat jelas. Gaun mininya yang ketat memperlihatkan pinggulnya yang padat dan aku tidak melihat garis celana dalamnya. Betisnya putih dan berbentuk seperti cerutu makin membuat darah laki-lakiku makin bergolak.

Selesai makan, kuantar dia pulang ke apartemennya di Cipete. Di lift, begitu pintu tertutup, tiba-tiba saja dia memelukku dan berbisik.
"Ndra, aku pingin merasakan kejantanan lu..., Vinda bilang lu hebat". Aku merasakan buah dadanya yang tertekan di antara tubuhku, dan kontan saja penisku berdiri. Elena ternyata merasakan juga penisku yang menegang, dia langsung meremas penisku sambil menyodorkan bibirnya yang merekah, langsung saja kusambar bibirnya dengan ciuman yang penuh nafsu dan tanganku mulai menjelajah buah dadanya. Aku remas buah dadanya dengan lembut dan aku merasakan desahan nafas Elena yang makin keras. Tidak lama kemudian pintu lift terbuka, dan kita berdua dengan terburu-buru langsung menuju kamar apartemen karena kita merasakan nafsu birahi yang rasanya sudah tidak tertahankan lagi.

Setelah kita berdua masuk dan mengunci pintu, Elena langsung menciumiku dengan bertubi-tubi, tangannya langsung melepaskan sabuk dan celanaku. Sementara itu, aku juga berusaha melepaskan gaunnya dengan menurunkan ritsluiting di punggungnya. Setelah gaunnya lepas, aku melihat tubuh yang putih mulus, Elena ternyata tidak memakai celana dalam sehingga aku sekarang bisa melihat bibir vagina yang menggembung dan ditutupi oleh bulu-bulu yang tipis dan buah dadanya yang menonjol indah itu masih ditutupi oleh BH yang tipis. Tidak lama kemudian, aku merasakan jari-jarinya di penisku dan setelah itu Elena berjongkok dan memulai babak pemanasan dengan mengecup dan menghisap penisku dengan bibirnya yang mungil itu. Beberapa saat kemudian, kita berdua sudah telanjang total tanpa sebuah benangpun menutupi tubuh. Aku merasakan hisapannya di penisku makin menggairahkan.

Pelan-pelan kuangkat dia supaya berdiri dan kurapetin dia ke tembok, kuhujani dia dengan kecupan di leher dan bibirnya. Sementara itu tanganku mulai bekerja di buah dada dan vaginanya. Tidak lama kemudian, Elena menggelinjang dan setengah berteriak "Ndra, setubuhin aku sekarang..., aku udah tidak tahan!". Kusuruh dia mengangkat kakinya, pada saat itu vaginanya terbuka, aku masukin penisku ke vaginanya yang sudah dipenuhi dengan lendir. Setelah itu aku suruh dia melingkarkan kedua kakinya di pinggangku dan kedua tangannya di leherku, kedua tanganku berada di pantatnya untuk mengangkatnya. Posisi kita persis seperti orang yang menggendong temannya, hanya saja penisku sudah tertancap ke vaginanya. Dengan tanganku yang ada di pantatnya, aku angkat dia naik turun sehingga kemaluan kita saling bergesek. Aku merasakan lubang vaginanya mulai basah lembab.

Sambil menggendong Elena, aku jalan ke sofa dan akhirnya aku duduk di sofa yang empuk itu. Sekarang posisi Elena berjongkok di atasku dengan penisku masih di dalam vaginanya yang menggairahkan itu. Elena mulai menggerakkan badannya naik turun, seperti orang sedang berkuda sementara itu kedua tanganku mulai bekerja di payudaranya yang makin menegang itu. Makin lama gerakan naik turunnya makin cepat, sehingga penisku dan vaginanya bergesek makin keras, karena vaginanya sudah mengeluarkan cairan "pelumas", gesekan itu terasa nikmat dan membuat penisku makin keras. Kenikmatan gesekan ini ternyata membuat Elena menjerit-jerit kecil, "Ough..., ough..., ahh". Beberapa saat kemudian, gerakan naik turunnya bertambah pelan, seolah-olah dia ingin merasakan gesekan yang menimbulkan kenikmatan itu, penisku sekarang bergesek lembut dengan vaginanya. Aku tahu dia sebentar lagi orgasme, langsung saja bibirku bekerja di payudaranya, sambil kuremas pelan-pelan bibirku mengecup dan menghisap puting payudaranya.
Kegiatanku ini ternyata membuat Elena makin tersenggal-senggal, "Ahh..., aauhhg..., terus 'Ndra..., ohh".
Tidak lama kemudian, Elena mengejang dan menjerit, "Ndra, aku tidak tahan lagi..., ohh..., uhff", dan aku merasakan penisku dibasahi cairan dari vaginanya. Elena merebahkan badannya di atasku, aku terus mengecup dan menjilati kedua putingnya dan celah-celah payudaranya. Tangan kiriku mengelus dan meremas rambutnya dan tangan kananku meremas-remas pantatnya yang kencang itu.

Sesudah beberapa menit, aku bilang ke Elena, "Len, aku pingin nyetubuhin lu dari belakang, coba lu nungging di sofa". Tanpa banyak bicara, dia melakukan perintahku. Dia berdiri mengangkang dengan satu kaki ada diatas sofa dan badannya membungkuk dengan kedua tangan berpegangan di sandaran sofa. Kumasukkan penisku ke vaginanya dari belakang, aku merasakan vaginanya masih cukup lembab buat main satu ronde lagi. Aku pegang pinggangnya yang ramping dan aku mulai menggerakkan badanku maju mundur. penisku keluar masuk vaginanya, mula-mula dengan perlahan-lahan, makin lama aku tambah temponya.
Badan Elena terguncang-guncang dan dia mulai mendesah-desah, "Ough..., Oohh..., Oughh..., lagi Ndra, lagi". Setelah kugoyang dengan cepat dan bertenaga, aku pelankan ayunan pantatku dan aku raih payudaranya untuk diremas-remas, sesudah itu aku naikkan lagi tempo keluar-masuknya penisku dari vaginanya dan akibatnya Elena menjerit-jerit lagi, "Uughh..., ughh..., Oughh...". Jeritannya ternyata makin membangkitkan nafsuku, sehingga kugoyang makin cepat dan makin bertenaga. Aku merasakan kenikmatan yang makin besar, tapi akibatnya Elena menjerit, "Ndra..., udah Ndra..., Ohh..., aku tidak tahan...". Akhirnya kulepaskan penisku dari vaginanya.

Aku Rentangkan dia diatas karpet dan kubisiki, "Sorry Len..., aku belum orgasme juga nih, kita main sebentar lagi yaa!". Terus kutindih dia dan aku masukkan penisku lagi di vaginanya dan sekarang kita main dengan posisi konvensional.
Elena cuma berbisik, "Pelan-pelan ya Ndra...". Sekarang aku merasakan kedua payudaranya yang menegang di dadaku, kedua tangan Elena memeluk punggungku dan aku mulai beraksi dengan menggerakkan pinggulku naik turun. Sementara itu mulut kita saling berciuman, dan lidah kita saling beradu mencoba saling membelit. Pantat Elena ikut bergerak seirama dengan gerakan pinggulku, sehingga aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, kenikmatan yang akan membuatku orgasme. Beberapa saat kemudian, aku mendengar desah nafasnya yang mulai tidak teratur dan aku menaikkan tempo goyangan pinggulku. Aku juga merasakan vaginanya yang makin basah, badannya juga menggelinjang-gelinjang di bawah tekanan badanku dan tangannya mulai meremas rambutku. Makin lama desahannya makin keras, "Ahh..., emmhh..., Ndra,lagi..., oughh".

Beberapa saat kemudian, Elena menjerit, "Ndra, aku tidak tahan lagi..., oughh", dan badannya mulai mengejang.
Terus aku berkata, "Tahan dulu Len..., sebentar saja...", dan aku merasakan cairan maniku mulai mengalir di batang penisku, mendesak keluar dan aku pelanin goyangan pinggulku. Sesudah itu kutekan penisku dalam-dalam ke vagina Elena, dia mengejang dan menjerit, "Ouhh...", demikian juga aku. Elena mengejang dan memelukku kuat-kuat, air maniku menyemprot di dalam vaginanya dan kita berdua merasakan sensasi orgasme yang luar biasa.

Beberapa detik kemudian, kita berdua terkulai lemas tapi aku masih menciumi bibir dan lehernya dengan lembut. Tanganku mengelus-elus kedua payudaranya karena aku tahu setelah orgasme, wanita tidak ingin ditinggal begitu saja.

Akhirnya Elena berbisik, "Pantes si Vinda lengket sama lu Ndra, lu ternyata memang hebat di ranjang". Sesudah itu kita berdua pergi ke kamar tidur buat beristirahat, mengumpulkan tenaga karena masih ada beberapa seks session lagi sebelum pagi tiba.


TAMAT

Balas Dendam Dengan Entot Balik Pasangan Selingkuh Istriku


Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa. Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen. Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu.

Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.

Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.

Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku. Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.

Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.

Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.

Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.

Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng.

“Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang.
Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.
“Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”.

Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.

“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”
Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri.

“Ahh…”
Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku.

Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.

Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan.
“Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”.
Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.
“Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..”

Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging.
Gaya ****** rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan ****** yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku.

“Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..”
Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.
“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..”
Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.

“Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..”
“Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..”
“Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh”
Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku.

Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah.
“Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk.
“Maafkan isteriku yah”

Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya.
“Ayo ke kamarmu Mbok.”

Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain.

Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.

“Ehhmm.. Eehhf..”
Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.
“Ehh.. Ehhshs..”
Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.
“Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya.
Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku.
“Oohh.. Paakk.. Oohh..”

Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.
“Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang.

Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul

Dia dan menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.
“Oohh.. Paakk.. Ohh..”
Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.
“Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..”

Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.

“Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”
Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.

“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.
Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku.
Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.
****

Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.

Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu