Nikmatnya Bercumbu sampai keluar sperma di perut mahasiswi

Peristiwa ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu di Amerika. Saya kuliah di universitas yang lumayan terkenal di dunia. Berhubung sekolahnya bagus, maka anak-anak Indonesia yang kuliah di sana rata-rata mahasiswa yang pintar. Cewek yang cantik saja cuma beberapa, itupun sudah ada cowoknya semua. Nah awalnya, ada cewek yang baru datang dari Jakarta bernama Vira (nama samaran). Saya sudah sering mendengar cerita dari teman-teman bahwa Vira ini cantik dan suka berpakaian seksi, apalagi di awal Fall semester itu udara masih panas-panasnya.

Suatu hari di kampus, saya berpapasan dengan teman-teman cewek. Seperti biasa, saya cuma basa-basi saja karena saya memang terkenal cuek di depan cewek-cewek. Setelah basa-basi, saya bilang saya sudah terlambat masuk ke kelas. Ketika balik badan, eh hampir bertabrakan dengan cewek tinggi cantik yang sedang lewat di belakangku. Yang lain langsung tertawa.
"Alahh Ricky pasti deh disengaja supaya kenalan", kata cewek-cewek menggodaku. Ternyata itu yang namanya Vira.
"Alow..., saya Ricky".
"Vira", katanya cuek.

Setelah hari itu saya tidak pernah lagi bertemu dengan Vira. Sampai suatu hari ketika baru keluar dari kelas, saat jalan pulang saya lihat Vira sedang duduk sendirian merokok di luar gedung English. Ah, kesempatan nih pikirku. Langsung saya hampiri dia. Wah gila deh..., pakaiannya membuatku tidak tahan. Baju minim bertali atasnya dan celana pendek berwarna coklat. Ketika saya didepannya, kelihatan payudaranya yang menonjol dengan tali BH hitamnya yang menambah seksi penampilannya. Wah..., begini rupanya cewek-cewek Jakarta jaman sekarang. Setelah basa-basi sedikit, saya ikutan merokok bersama dia dan bercerita tentang diri kita.
Tiba-tiba dia bertanya, "Eh Ric..., loe kalau tidak ada kelas lagi jalan yuk..., Saya asli boring banget nih". Terus setelah bingung mau jalan ke mana, kita memutuskan pergi ke kota H yang jaraknya 2 jam. Katanya dia mau ke mall, pingin shopping.
Hari itu kita jadi akrab sekali sampai sempat bergandengan tangan di mall. Saya tidak tahu kenapa saya yang awalnya nafsu jadi suka benar kepadanya. Anaknya cuek, asik dan lucu lagi. Apalagi dia senang saja jalan denganku yang termasuk anak "bawah" di kotaku. Mobil sudah butut, duit selalu pas-pasan. Wah..., untung deh kayaknya si Vira ini tidak matre.

Setelah sebulan jadi teman dekat, suatu malam pulang dari main billiard dia mengajakku ke tempatnya. Dia tinggal bersama tantenya yang sudah berkeluarga dan punya 2 anak. Waktu itu sekitar jam 2 malam. Jadi Om dan Tantenya sudah pada tidur semua. Dia langsung mengajakku ke dapurnya yang sangat besar.
"Mau beer Ky?", tawar Vira.
"Tidak usahlah Vir..., kalau loe mau ya satu berdua saja", jawabku (saya memang tidak begitu suka yang namanya minuman keras).
Terus waktu Vira datang membawa beernya..., dia langsung jongkok di depanku yang sedang duduk di kursi. Wah..., lagi-lagi dengan salah satu baju sexynya, pemandangan payudaranya persis di depan mataku. Tanpa sadar penisku sudah naik melihat tonjolan payudara yang putih itu. Karena posisiku yang lagi duduk, maka penisku yang sedang tegak menjadi agak nyangkut. Langsung saya membungkuk sedikit supaya tegangnya tidak begitu menyiksa.
"Ky..., loe tuh sudah Saya anggap teman dekat Saya disini. Terus terang..., loe tuh satu-satunya yang cuek saja kalau didepan Saya..., makanya saya suka. Cowok lain kan rata-rata suka genit-genit gitu..., ah males banget deh Saya lihat cowok gituan", kata Vira sambil menatap tajam ke mataku.
"Jadi teman doang nihh?", kataku sambil ketawa kecil.
"Ini baru mau nanya..., loe sama Saya saja mau gak?", kata Vira sambil tersenyum kecil.
"Ah canda loe..., Saya tidak ada modal buat pacaran Vir", saya menanggapinya sambil tersenyum juga.
"Sudah ah..., kalau tidak mau ya sudah", kata Vira dengan pura-pura cemberut.
Tidak tahu ada dorongan dari mana, tiba-tiba jari telunjukku bermain di bahunya. Terus jariku naik menelusuri leher dan telinganya. Saya lihat Vira diam saja menikmati permainan kecilku.
Setelah beberapa saat saya tanya, "Vir..., Saya boleh cium loe tidak?".
"Sekali saja ya Ky...", katanya dengan senyum nakalnya. Saya bungkukkan badan dan langsung saya cium bibirnya dengan lembut. Pertama kita main bibir saja, terus dia yang mulai memainkan lidah. Setelah beberapa saat dia pegang tanganku sambil menuntunnya ke kamarnya.
Dengan was-was saya tanya, "Eh Oom loe tidak bangun sebentar Vir?".
"Makanya jangan ribut!", jawab Vira cuek.

Sampai di kamar, dia duduk duluan di kasurnya yang lumayan besar. Saya jongkok di depannya dan mulai mencium bibirnya lagi. Kali ini tanganku mulai berani memegang payudaranya yang berukuran 34B. Untuk ukuran tubuhnya yang tinggi kurus payudaranya termasuk besar dan pas sekali.
Tiba-tiba Vira mendorongku menghentikan ciuman dan berbisik, "Ky..., ada satu yang perlu loe tau..., Saya belum pernah lho yang aneh-aneh..., Paling jauh cuma ciuman".
Dengan kaget saya langsung bilang, "Ya sudah deh Vir..., tidak usah saja ginian".
Dengan cepet Vira memotong omonganku, "Bukan gitu Ky.., Maksud Saya..., ya pelan-pelan saja, Saya juga tidak mau loe ngira Saya beginian sama semua cowok".
"Saya tidak peduli juga dengan masa lalu loe Vir..., yang penting sekarang Saya senang sama loe..., Kalau loe dulu sering juga gak apa-apa kok..., kan jadi asik loe sudah pengalaman", candaku sambil ketawa kecil takut Oom dan Tantenya terbangun.
"sialan loe!", katanya ikutan ketawa kecil.


Tidak berapa lama, saya maju lagi dan mulai mencium Vira. Setelah beberapa menit saya buka bajunya. Tinggal BH silk yang berwarna biru muda. Tanpa melepas BH-nya, payudaranya saya keluarin dan mulai saya pindah ciumin dan mainin kedua payudaranya. Terus terang, sebelum ini belum pernah saya melihat payudara sebagus ini. Penisku menjadi sangat tegang. Apalagi permainan yang pelan-pelan begini membuat suasana makin erotis dan menahan rasa nafsu yang menggebu-gebu membuatku semakin menikmati permainan ini.
"Vir..., Saya boleh ciumin bawah lu tidak?", tanya saya hati-hati. Vira hanya mengangguk kecil. Kelihatan diwajahnya bahwa dia juga menikmati sekali permainan saya.
"Loe tiduran saja Vir", kata saya sambil berdiri dan membuka baju dan celanaku. Setelah dia telentang saya buka pelan-pelan celananya. Tinggallah celana dalamnya yang juga berwarna biru muda. Saya cium kakinya dari betis naik pelan-pelan ke paha dan berhenti di selangkangannya. Dengan perlahan saya tarik ke bawah celana dalamnya. Ternyata bulu vaginanya tipis dan lurus. Pas sekali nih dalam hati saya. Saya tidak begitu suka vagina yang berbulu lebat. Mulailah saya jilati vaginanya sambil saya masukin lidahku ke dalamnya. Vira diam saja sambil sedikit bergoyang.

Setelah beberapa menit Vira sudah basah dan saya juga sudah tidak tahan dari tadi cuma tegang saja. Saya ciumi pelan pusarnya naik ke payudaranya terus leher dan melumat bibirnya. Sambil berciuman saya mencoba memasukkan penisku ke vaginanya. Pertama sih pelan eh tahunya tidak masuk-masuk. Penisku tidak terlalu besar, tapi lumayan panjang. Saya mencoba lagi menusukkan penisku, eh tetap saja tidak masuk. "Benar juga nih anak masih perawan", dalam hatiku. Sambil menciuminya, saya berbisik, "Saya coba agak keras ya Vir?". Tanpa menunggu jawaban langsung saya coba menerobos lagi dengan lebih keras. Tetap saja tidak bisa.
Akhirnya setelah kira-kira 10 menit tembus juga pertahanan Vira. Pertama dia tampak kesakitan, tapi lama-lama Vira mulai mendesah-deash kecil keenakan. Tangan kananku disuruhnya menutup mulutnya supaya dia tidak mendesah terlalu keras.
Sayang gara-gara sudah ereksi sejak tadi, saya cuma bisa bertahan 10 menit.
"Saya mau keluar nih Vir..." kataku dengan napas yang tidak teratur.
"Di luar Ky!", jawabnya cepat.
Tidak berapa lama saya keluarin sperma saya di perutnya. Saya langsung mengambil tissue dan membersihkan spermaku diperutnya. Vira masih telentang diam di tempat tidur.
"Loe tidak pa-pa Vir?", tanyaku kawatir takut dia menyesal.
"Aduh Ky..., sakit nih kalau saya gerakin", jawabnya dengan muka meringis.
"Pelan-pelan saja Vir", kataku sambil berpakaian lagi.

Cerita dewasa mahasiswa mahasiswi pertama kali ml ngeseks ngentot orgasme

Di hari pertamaku masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, tidak ada yang aku kenal satupun, sehingga aku seperti orang nyasar, bingung celingak-celinguk kesana kemari.
Sewaktu sedang bingung-bingungnya tiba-tiba ada cewek yang menegurku, "Eh, tau kelas MI1-3 nggak?".
Eeiittss..., ternyata aku juga cari kelas itu..., lalu aku jawab, "mm..., saya juga tidak tahu, mendingan cari sama-sama yuk".
"Saya Gita" dia sebut namanya duluan.
"Aku Iwan", aku sebut namaku juga, di situlah aku mulai punya teman bernama Gita. Cewek manis ini mempunyai kulit kuning langsat, nyaris tanpa cacat, tinggi badan kira-kira 166 cm, dengan berat 49 Kg. Tapi yang bikin aku tidak bosan melihatnya adalah dadanya yang menantang, cukup besar untuk ukurannya, tapi tidak terlalu besar sekali. Begitu pula dengan pantatnya, aku paling suka jika dia memakai jeans ketat, dengan kaos oblong warna putih. Kadang jika ia bercanda, ngomongnya nyerempet-nyerempet porno terus, walaupun sekali-sekali saja.

Tiga bulan sudah lamanya aku dekat dengannya, jalan kemanapun selalu bersama, walaupun dia belum resmi jadi pacarku, tetapi aku dan dia selalu berdua kemanapun. Sampai akhirnya aku dan dia pergi jalan-jalan ke daerah Dieng, salah satu daerah dingin di Jawa Tengah, niatnya cuma jalan-jalan saja, tidak menginap. Entah kenapa hari ini dia mengajakku bercanda yang berbau porno terus, dari pagi hingga siang hari.
Sampai akhirnya ia bertanya begini, "Wan, kalau kamu punya istri suka yang buah dadanya besar atau sedeng-sedeng saja?".
Lalu aku jawab "Mm..., yang kayak apa ya?, kayaknya aku suka yang seperti punya kamu itu lho".
"Lho emang kamu pernah liat punyaku?", tanya dia.
Aku bilang "Gimana mau liat, orang kamunya ajah nggak pernah kasih kesempatan..., heheheh".
Dia tanya lagi sambil bercanda, "Kalo aku kasih kesempatan gimana?".
Aku jawab, "Yaa..., nggak aku sia-sia'in".
"Emang berani?", tantang Gita.
"Siapa takut...", jawabku tidak mau kalah.
"Kalo gitu bukti'in!", kata Gita.
"Oke..., kita cari losmen sekarang..., gimana?", tantangku gantian.
"Siapa takut...", jawabnya tidak mau kalah juga.

Jujur saja aku masih berfikir bahwa ini cuma bercanda saja, sampai tiba-tiba di depan sebuah losmen, dia berkata, "Wan, disini ajah..., kayaknya losmennya bagus tuh".
"Deg!!", jantungku terasa berhenti. Dengan ragu-ragu kuarahkan mobilku masuk ke halaman losmen tersebut. Aku masih diam dan setengah tidak percaya.
Terus dia berkata, "Kamu angkat tas-tas kita, aku yang check in..., OK?".
Seperti babu kepada majikannya, aku ikuti kata-katanya dan mengikuti langkahnya masuk ke losmen.

Masuk ke kamar losmen langsung kita tutup dan kunci pintunya, aku masih terdiam terus duduk di atas kasur sampai dia berkata, "OK, sekarang aku kasih kamu kesempatan liat dadaku, tapi jangan macem-macem yaa?".
Tiba-tiba saja Gita menarik kaosnya ke atas, dan langsung melemparkan ke atas tempat tidur. Lalu dia terdiam sambil menatapku yang juga terdiam, walaupun sebenarnya aku sedang terpana. Beberapa saat dia arahkan tangan kanannya ke pundak kirinya, digesernya tali BH-nya jatuh ke lengan. lalu gantian tangan kirinya ke pundak kanan melakukan hal yang sama.

Lalu tangan kanannya diarahkan ke punggung, tetapi tangan kirinya masih memegangi BH bagian depannya. Oh God..., Nafasku terasa berhenti di tenggorokanku..., BH-nya telah terlepas, tetapi masih ditahan bagian depannya oleh tangan kirinya. Gita terus memandangiku. Gita menggigit bibir bagian bawahnya.
Tiba-tiba ia berkata, "Aku nggak akan lepas ini, jika kamu nggak buka pakaianmu semuanya"
Aku ragu-ragu..., tetapi nafasku sudah tidak bisa diatur lagi..., aku buka kaosku..., aku buka jeansku..., lalu aku berhenti, tinggal celana dalam yang aku kenakan..., gantian aku yang menantang, "Aku nggak akan buka ini, jika kamu nggak lepas itu sekarang"
Gita diam sejenak lalu dia turunkan perlahan tangan kirinya dan akhirnya terlihat jelas buah dadanya yang kuning langsat dan benar-benar menantang. Belum sempat aku rampung menikmati pemandangan ini, tiba-tiba ia melompat ke arahku dan mendorongku telentang di kasur, dengan cepat dia mencium bibirku. Aku yang masih kaget akan serangan mendadak ini tidak menyia-nyiakannya, kami saling berciuman, saling melumat bibir, "uugghh..., oohh...", hanya kata itu yang Gita keluarkan.

Tiba-tiba saja di berdiri, dalam 5 detik celana jeansnya sudah terlepas. Kami sama-sama hanya memakai celana dalam saja, saling pandang tetapi itu hanya berlangsung 6 detik, dengan cepat ia menarik celana dalamku kebawah dan melepasnya. Gita tersenyum dan sedikit tertawa, aku tak tahu dia senang melihat punyaku atau menertawai punyaku?
Akupun tidak mau kalah, kutarik perlahan-lahan celana dalamnya sedikit demi sedikit,ternyata Gita sudah tidak sabar lalu dia tarik sendiri celana dalamnya dan melemparnya ke belakang, belum sempat celana dalamnya menyentuh lantai bibirnya sudah melumat bibirku, "oohh...", kami sekarang benar-benar telanjang bulat. Gita mulai mencium leherku tapi itu tidak lama karena aku keburu membalik badanku. Sekarang gantian ia yang telentang di kasur. Pemandangan yang indah sekali tetapi kali ini aku tidak mau lama-lama memandang, langsung aku berada diatasnya, kedua tangannya sudah kupegang dan tahan di samping kiri-kanan kepalanya. Aku ciumi lehernya, bibir, leher lagi. "Hhmmhh..., uugghh..., sstt", cuma itu yang dia katakan.

Ciumanku sudah 'bosan' di leher. Aku mulai turun. Melihat gerakanku itu, tiba-tiba dia mengangkat dadanya. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku langsung ciumi buah dadanya sebelah kiri, sedang tangan kananku mengelus-elus buah dadanya yang kanan. Kali ini tangan kirinya sudah memegang kepalaku. "sstt..., hh..., sstt...", mulutnya berdesis seperti ular.
Dia menarik rambutku dan kepalaku dan mengarahkan kepalaku ke buah dadanya sebelah kanan. Dengan sekuat tenaga ia tekan kepalaku ke dadanya. "Gigit..., gigit..., Wan..., sst". Lalu dengan gigiku aku mulai mengigit-gigit sedikit puting susunya, kiri-kanan, kiri-kanan selalu bergantian dan adil. Sementara dari mulut Gita terus keluar kata, "Teruuss..., teruuss..., yang keras..., aahh..., gigit Wan..., gghh..., sstt".
Sementara punyaku sudah tegang keras. Kepalaku mulai turun lagi tetapi tiba-tiba ia berteriak kecil, "Wan..., Iwan..., uugghh..., sekarang ajjaah..., masuk'iin..., nggak usah pake mulut lagi..., masukin sekaraanng..., plizz...".

Aku langsung di dorongnya. Sekarang ganti posisi, aku yang telentang dan Gita berada di atasku. Selangkangannya mencari-cari posisi, walau aku tahu pasti yang dia cari adalah punyaku. Begitu posisinya tepat, Gita mendorongnya dengan kuat. "uugghh...", sedang aku sedikit berteriak, "aahh". Punyaku sudah terbenam di dalam selangkangannya.
Gita terus menggerak-gerakan pinggulnya ke atas, ke bawah, kiri-kanan, naik-turun segala arah gerakan ia lakukan. Matanya terpejam, bibirnya digigit seperti menahan sesuatu, sering dari mulutnya keluar kata-kata, "oohh..., sshhtt..., uugghh..., sshhss..., sshhiitt..., aacchh..., oouuhh...", nafasnya tidak lagi teratur.
Kedua tangannya meremas-remas buah dadanya sendiri, kepalanya sering menengadah ke atas, "uugghh..., oohh..., sshhsstt". Sedangkan aku hanya sanggup meremas sprei di kiri dan kananku dengan kedua tanganku. Gigi atas dan gigi bawahku sudah saling menekan, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku hanya suara nafasku saja yang terdengar.
Kali ini aku yang mengambil alih "kekuasannya" gantian kudorong tapi dia malah tengkurap, melihat pantatnya yang putih mulus. Aku jadi tambah bernafsu untuk segera memasukkan punyaku ke punyanya.
Aku angkat pinggulnya dan Gitapun mengangkat badannya dengan kedua tangan dan kakinya. Sekarang posisinya seperti mau merangkak. Langsung tanpa tunggu waktu lagi aku mencoba memasukan "adikku" ke lubang vaginanya.
"Mmaasuukkiinn..., ceeppeett...", Gita memohon kepadaku tapi belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya punyaku sudah masuk ke vaginanya. "oohh...", dari mulutku keluar kata tersebut. Dengan semangat aku mulai mendorong ke depan, menarik, mendorong, menarik terus menerus seiring dengan gerakanku. Gerakannyapun berlawanan dengan gerakanku, setiap aku mendorong ke depan ia mendorong pantatnya ke arahku diiringi desahan dan leguhan dari mulutnya. "uugghh..., aahh..., Sshshhss..., oohh..., uugghh...".
Tiba-tiba ia berteriak, "Iwaann..., sshh..., oohh", aku merasakan sesuatu keluar dari dalam lubang kemaluannya tapi, "oohh..., oohh..., aacchh..., Gitt..., aakku...". Akupun merasakan kenikmatan yang tiada bandingannya seiring dengan keluarnya cairan dari dalam punyaku.
"oohh..., uugghh", banyak sekali cairanku keluar.
"Terus Wan..., keluarin semuanya...", pinta Gita.

Tubuhku terasa sudah tidak kuat lagi berdiri. Aku langsung telentang di kasur, sedangkan Gita langsung memelukku dan menaruh kepalanya di dadaku.
"Gita sayang sama Iwan", hanya itu yang keluar dari mulutnya, lalu matanya terpejam sambil terus memelukku.

Pertama kali berhubungan badan ml senggama sama pacar perawan sma

Ini adalah pengalaman pertama saya melakukan hubungan seksual. Kebetulan pula wanita itu juga baru pertama kali melakukannya. Dia adalah pacar saya. Sebutlah namanya Desi. Memang dia sudah beberapa kali saya ajak ke rumah saya. Tapi setiap kali ke rumah, kami hanya sekedar tiduran dan paling jauh cuma ciuman saja.

Ceritanya bermula ketika untuk kesekian kalinya dia saya ajak main ke rumah. Awalnya seperti biasanya kami cuma cium-ciuman saja. Cium pipi, cium bibir, hal biasa kami lakukan. Entah setan apa yang lewat di benak kami. Tangan kami mulai berani meraba-raba bagian lain, sebenarnya tidak pantas dilakukan oleh dua insan yang belum menikah. Ketika tangan saya meraba payudaranya (kami masih berpakaian lengkap), dia sama sekali tidak menolak. Ini membuat saya sedikit lebih berani untuk meremas payudaranya sedikit lebih keras. Ternyata dia menikmatinya. Saya mencoba untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kali ini tangan saya perlahan-lahan saya arahkan ke bagian selangkangannya. Dia masih tidak menolak. Saat itu dia memakai celana panjang dari kain yang tipis, jadi saya bisa merasakan lembutnya bibir kemaluannya. Tanpa saya sadari tangannya juga telah mengelus-elus selangkangan saya. Mungkin karena pikiran saya terlalu tegang, sampai-sampai saya kurang memperhatikannya. Kurang masuk akal memang. Tapi itulah yang terjadi. Kepasrahannya semakin melambungkan kekurangajaran saya. Tangan saya mulai menyelinap ke balik pakaiannya. Saya kembali meremas-remas payudaranya. Kali ini langsung menyentuh permukaan kulitnya. Saya lakukan sambil mencium lehernya dengan lembut. Suara desahan lembut mulai terdengar dari bibirnya, di saat saya menyelipkan tangan saya ke balik celana dalamnya. Ada sedikit rasa ragu ketika meraba bibir kemaluannya secara langsung. Saya kumpulkan segenap keberanian saya yang tersisa. Jari tengah saya, saya tekan sedikit demi sedikit dan perlahan ke belahan kemaluannya. Saat itulah dia tersentak dan menahan tangan saya. Dia menatap mata saya.

"Jangan dimasukkan ya Mas", katanya.
Saya hanya tersenyum dan mengangguk. Serta merta dia mencium bibir saya. Sementara jari saya masih mengelus-elus bibir kemaluannya. Lendir yang membasahi dinding vaginanya, mulai merembes hingga ke bibir kemaluannya. Saya mencoba memintanya untuk menyentuh dan memegang kemaluan saya. Ternyata dia tidak menolak. Terlihat jelas di raut mukanya, dia sedikit gugup ketika membuka rensleting celana saya. Dan seakan malu memandang wajah saya ketika dia mulai menggenggam kemaluan saya. Untuk mengurangi ketegangannya saya mencium bibirnya. Selama lebih dari setengah jam kami hanya berani melakukan itu-itu saja. Kemudian saya beranikan diri untuk mengajaknya menanggalkan semua pakaian. Dia terlihat ragu, dan hanya menunduk. Mungkin dia ingin menolak tapi takut membuat saya kecewa.
"Kamu bener berani tanggung jawab", katanya lagi.
Saya terdiam sejenak dan kemudian mengangguk. Padahal dalam hati, saya bertanya-tanya, benarkah saya mampu bertanggungjawab? Dia menanyakannya sekali lagi. Dan saya mengiyakannya untuk kedua kalinya. Diapun mulai melepaskan kancing bajunya. Ketika saya membantunya, dia menolak.

"Biar Saya sendiri saja..., Kamu lepas bajumu.", sahutnya.
Saya menurut saja. Dan tak lama kemudian, tak ada selembar benangpun pada tubuh kami. Telanjang bulat, walaupun dia masih menutupi payudaranya dengan tangan dan menyilangkan pahanya untuk menutupi kemaluannya. Saya memeluknya sambil berusaha menurunkan tangannya. Dia menurut, saat saya kembali meremas payudaranya dengan lembut. Kali ini tanpa diminta dia mau memegang kemaluan saya sambil mengelus-elusnya. Entah karena terangsang atau karena saya mengatakan mau bertanggung jawab tadi, dia menuntun tangan saya untuk mengelus selangkangannya. Agar dia tidak merasa malu, saya terus mencumbunya. Dia menikmatinya sambil menekan jari saya ke bibir kemaluannya, yang saya rasakan semakin basah oleh lendir. Dia kemudian merebahkan tubuhnya. Dan saya pun merebahkan tubuh saya di atas tubuhnya. Kami kembali bercumbu. Kali ini sedikit lebih liar. Suara desahan terdengar lebih nyaring daripada sebelumnya, ketika saya mencubit clitorisnya. Ketika saya sudah tidak tahan lagi, saya mencoba "minta ijin" padanya untuk berbuat lebih jauh. Dia mengangguk sambil sedikit meregangkan belahan pahanya.

Setelah "mendapatkan ijin", saya mencoba memasukkan kemaluan saya ke liang vaginanya. Tapi sulitnya luar biasa. Berkali-kali saya coba, tetapi belahan itu seakan-akan direkatkan oleh lem yang kuat. Ujung kemaluan saya sampai sakit rasanya. Dan dia pun meringis kesakitan, sambil sesekali memekik kecil, "Aduh..., aduh". Saya sedikit tidak tega juga. Saya hentikan sejenak usaha saya itu, sambil kembali mengelus bibir kemaluannya, agar sakitnya sedikit berkurang.
"Masih sakit?", tanya saya.
"Udah nggak begitu sakit", jawabnya.
Saya mencobanya lagi. Kali ini saya minta dia membuka bibir vaginanya lebih lebar. Tetapi masih susah juga. Padahal kata teman-teman saya yang sudah sering berhubungan seks, kalau sudah basah pasti gampang. Kenyataannya ujung kemaluan saya sampai sakit gara-gara saya paksa masuk. Saya hampir putus asa. Kemaluan saya mulai lemas lagi karena saya menjadi kurang konsentrasi.

Tiba-tiba saya teringat bahwa saya pernah baca di majalah, ada jenis selaput dara yang sangat elastis dan relatif lebih tebal daripada yang normal. Kepercayaan diri saya mulai timbul lagi. Saya "mengusulkan" padanya, pakai jari saja dulu. Maksud saya supaya agak lebar lubangnya. Dia setuju saja. Walaupun saya sadar selaput dara itu justru akan robek karena jari saya, bukan karena kemaluan saya, cara itu tetap saya lakukan. Dari pada kami (terutama dia) kesakitan, lebih baik begini. Mulanya saya hanya menggunakan jari kelingking. Dia hanya mendesah sambil menggigit bibirnya. Kemudian saya lakukan dengan jari tengah, sambil menggerakkannya naik turun. Dia masih hanya mendesah. Kemudian saya masukkan jari tengah dan telunjuk ke liang vaginanya. Dia menjerit halus sambil menahan tangan saya agar tidak masuk lebih dalam. Setelah dia melepaskan tangannya baru saya lanjutkan lagi dengan sangat perlahan.

Setelah yakin sudah cukup, saya mencoba kembali memasukkan kemaluan saya ke liang vaginanya. Saya menyibakkan bibir vaginanya, sementara dia mengarahkan kemaluan saya. Memang sedikit lebih mudah sekarang. Tapi tetap saja dia merintih kesakitan. Sayapun masih merasakan sakit. Kemaluan saya seperti diperas dengan sangat keras. Setiap kali merasakan sakit (dan mungkin perih), dia menahan "laju" masuknya kemaluan saya. Sayapun hanya berani melakukannya dengan gerakan perlahan. Hati saya benar-benar tidak tega melihatnya merintih kesakitan. Tapi pada akhirnya kemaluan saya bisa masuk seluruhnya.

Saat pertama kali berhasil masuk, saya belum berani menariknya kembali. Kami hanya berciuman saja, supaya rasa sakit itu reda dahulu. Setelah itu baru saya berani menggerakkan pinggul saya maju mundur, tapi masih sangat pelan. Sementara tangannya tampak memegang erat ujung bantal, sambil terpejam dan mengigit bibirnya. Setelah beberapa lama, kami berganti posisi. Kali ini saya berada di bawah, sementara dia duduk di atas saya. Dia saya minta menggerakan pinggulnya naik turun. Dia hanya beberapa kali melakukannya. Dan berkata, "Aku nggak bisa", sambil berguling ke samping saya. Saya memeluknya dan mengelus rambutnya serta mencium keningnya. Kemudian kembali merapatkan tubuh saya ke atas tubuhnya. Saya memasukkan kembali kemaluan saya ke liang vaginanya. Kali ini gampang sekali. Di dorong sedikit langsung bisa masuk. Dan dia pun tidak lagi merintih kesakitan. Hanya mendesah halus. Saya kembali menggerakkan pinggul saya maju mundur. Saya coba lebih cepat. Rasanya licin sekali. Saya merasakan diantara kemaluan kami sangat basah oleh lendir bercampur keringat. Saya terus melakukannya sambil mencium bibirnya. Kali ini dia lebih erotis. Dia sangat suka menghisap-hisap lidah saya, yang sengaja saya julurkan ke dalam mulutnya. Sementara tangannya tak henti-hentinya mengelus punggung dan pantat saya. Sesekali saya jilati puting susunya dengan lidah saya. Namun dia lebih suka kalau saya menghisap putingnya itu. Sebenarnya saat itu saya kurang berkonsentrasi. Pikiran saya masih terbagi. Saya masih berpikir agar tidak membuat dia kesakitan. Mungkin karena itu saya bisa bertahan agak lama. Kalau tidak mungkin saya sudah mengalami ejakulasi.

Setelah cukup lama, tiba-tiba dia menyentakkan pinggulnya ke atas sambil menekan pantat saya. Saya tidak tahu apakah saat itu dia mengalami orgasme atau tidak. Tapi yang jelas dia menahan posisi itu cukup lama. Setelah itu dia bilang bahwa dia capek. Saya pun mengerti, dan walaupun belum mengalami ejakulasi, saya mengeluarkan kemaluan saya dari liang vaginanya, dan tidur telentang di sampingnya. Sekilas saya lihat, di bibir kemaluannya ada lendir putih yang ketika saya pegang terasa kental dan lengket, namun tidak kesat seperti halnya sperma.
Sepertinya dia tahu kalau saya belum puas (yah namanya juga kurang konsentrasi). Dia duduk di sebelah saya sambil kemudian menggenggam kemaluan saya. Perlahan-lahan dia menggerakan tangannya naik turun. Saya sangat menikmati perlakuannya ini. Payudaranya kembali saya elus-elus. Sesekali saya permainkan putingnya dengan jari. Kali ini saya tidak bisa bertahan lama. Ketika gerakan tangannya semakin cepat, saya merasakan geli yang luar biasa di ujung kemaluan saya. Dan saya pun akhirnya mengalami ejakulasi. Dia menampung sperma saya dengan telapak tangannya. Kemudian membersihkan sisanya dengan tissue. Setelah mencuci tangan serta kemaluannya, dia kembali ke kamar dan mencium saya. Dia kemudian merebahkan kepalanya di dada saya. Sementara saya mengelus-elus rambutnya.
Saat membenahi kamar sebelum mengantarnya pulang, pandangan saya tertuju pada bekas tissue yang sebagian juga digunakan untuk membersihkan sisa lendir kemaluannya. Terlihat bercak-bercak merah pada beberapa lembar tissue, tetapi tidak banyak.
Saya memandangnya dan bertanya, "Masih berdarah nggak?".
Dia menggeleng, dan menjawab, "Sudah nggak lagi, tadi sudah aku cuci".

Setelah itu saya mengantar dia pulang. Kalau tidak salah waktu itu sudah sekitar jam sembilan malam. Saat perjalanan kembali pulang, saya berpikir. Dia sudah mengorbankan miliknya yang paling berharga kepada saya.

Nikmatnya senggama bersetubuh ml ngentot ngewe sama cewek bule

Kejadian ini benar-benar terjadi, di mana saya mendapatkan suatu pengalaman bercinta dengan seorang gadis bule. Memang dalam hal bercinta saya sering melakukannya, tapi bercinta dengan orang asing adalah suatu pengalaman baru bagi saya. Di mana saya yang baru saja pindah dari negara tercinta, Indonesia ke negara Paman Sam, yang di kenal dengan segala macam kebebasan. Saya tinggal di suatu kota yang kecil, yang populasi penduduknya tidak sebesar Jakarta, kalau saya bandingkan sama saja dengan daerah sukabumi.

Dua bulan sudah saya menetap, akhirnya saya mendapatkan suatu pekerjaan, sebenarnya saya ke sini untuk sekolah, tapi apa boleh buat saya harus membayar uang sekolah itu dengan biaya sendiri, memang saya hidup dengan orang tua di sini tapi biarpun begitu saya juga harus bayar segala macam yang saya gunakan di rumah. Dua minggu sudah saya bekerja di perusahaan laundry, dengan gaji yang cukup lumayan, siang itu terasa panas sekali, siang itu saya sedang tidak mood untuk bekerja, tetapi tiba-tiba bos saya datang kepada saya, "Hey, could you help me, tell her, what she had to do".
"Ok", saya tertegun melihat seorang gadis kulit putih dengan wajah yang cantik, manis, tubuh yang mantap, buah dada yang menantang. Lamunanku buyar setelah dia memperkenalkan diri, "Hi, my name Erika"
"Oh, you can call me Tha", memang saya biasa memperkenalkan diri dengan nama singkat saya, karena kalau saya perkenalkan nama lengkap saya orang sini bingung untuk melafalkannya.

Akhirnya saya tunjukkan pekerjaan apa yang harus dia kerjakan, sambil mencuri-curi saya pandangi buah dadanya, terkadang kalau dia bingung saya ajarkan sambil memegang tangannya. Hari berlalu, sebelum pulang saya ajak Ericka ngobrol, ya macam-macam lah, dia sebelumnya bilang kalau dia itu tidak mahir berbahasa Inggris, lalu dia memberitahuku kalau dia keturunan Puerto Rico. Ya, memang agak susah ngobrol dengannya. Dengan nada bahasa yang sedikit aneh di telinga, akhirnya saya menawarkan jasa untuk mengantarnya pulang, dia setuju, lumayan jauh jarak rumahku dengan rumahnya, begitu sampai di rumahnya saya di persilakan masuk, ternyata dia tinggal di sebuah apartmen kecil, dengan ruangan yang kecil, sempit tapi tertata rapi. Dia hidup seorang diri, saya duduk di sofa yang di depannya ada sebuah monitor TV ukuran 20".
"Tha, anggap saja seperti rumahmu sendiri, ambil aja minuman yang kamu mau".
"Baik deh", dia melangkah ke kamar mandi sementara saya mengikutinya dari belakang untuk mengambil 2 kaleng minuman. Dia masuk ke kamar mandi saya terus menuju ke belakang, begitu saya ingin kembali ke ruang depan saya melewati kamar mandi yang pintunya tidak tertutup rapat, saya lihat Ericka sedang ganti pakaian, betapa indahnya tubuhnya ketika melepas celana jeansnya dan menggantinya dengan celana pendek boxer. Lalu dia membuka BH-nya, terlihat jelas gundukan buah dada yang lumayan besar dengan puting yang berwarna merah kecoklatan, birahiku sudah naik dari tadi, penisku mengeras di balik celana, tiba-tiba dia melirik ke arah pintu dan saya langsung jalan bergegas ke ruang depan dengan rasa cemas takut kalau dia marah.

Aku kembali duduk sambil menenangkan diri, dia datang dengan senyuman yang lebar, terlihat jelas puting susunya dari balik kaos ketat berwarna putih itu.
"Tha, lagi ngelamun ya?", tanyanya.
"Ah, enggak", jawabku sambil mengarahkan pandangan mataku ke arah TV.
"Such a lie, you were see me naked aren,t you?", aku tidak menjawabnya hanya senyum kecil yang keluar dari mulutku.
"Tha, jangan berbohong deh, kamu lagi ngelamunin gue kan", kaget saya dia berkata begitu, teringat saya pada pacarku di Jakarta di mana kita sering melakukan hubungan intim, saya alihkan pembicaraannya.
Saya tanya, "Sekarang usiamu berapa?".
"20 tahun", wah sama nih dalam hatiku, saya bertanya tentang kehidupannya, dia cerita bahwa dia itu lari dari orang tuanya yang ingin mengawininya dengan anak relasi orang tuanya, padahal dia sudah mempunyai pacar, tapi dia mengambil keputusan untuk lari dan melepas semuanya, dengan di bantu temannya semasa kecil dulu, dia mencoba bangkit dari penderitaan yang dialaminya, tidak sedikit penderitaannya, dia juga pernah hampir diperkosa oleh teman-teman tempatnya bekerja dulu, tapi untungnya keperawanannya tidak hilang karena polisi segera datang setelah ia berteriak.

Tetesan air matanya mengalir, saya hapus air mata di pipinya, lalu saya belai rambutnya, dia terdiam dengan mata terpejam, dalam hati saya berkata kok baru kenal begini, dia sudah cerita macam-macam, akankah akan berakhir dengan making love, tanyaku dalam hati
"Tha", suaranya yang lirih memanggil namaku, memecah keheningan.
"Ya", balasku mesra.
"Eh, temenin gue dong malam ini?", saya makin bingung, pikiranku tidak menentu, teringat paras wajah pacarku, akankah saya menghianatinya?, tanyaku dalam hati.
Serasa di bius saya menyanggupinya, saya ambil gagang telepon, saya beritahu kalau saya menginap di rumah teman. Lalu dia bangkit dari duduknya menuju ke kamarnya, ditariknya tanganku, dia memintaku memakai celana pendeknya dan juga kaosnya. Lalu dia keluar dari kamarnya, setelah mengganti baju kuhampiri dia yang terbaring di sofa, saya duduk di bawah samping sofa, saya belai rambutnya yang pirang, dia memejamkan mata, saya kecup keningnya. "Tha, Cium aku", desahnya. Saya kecup bibirnya yang mungil, bibir kami saling berpagutan, tangan kananku memeluk tubuhnya dari samping, terasa hangat buah dada yang menempel di dadaku, aku turunkan ciumanku ke arah lehernya lalu ke buah dadaya, matanya terus terpejam ketika tangan kananku meremas buah dadanya sebelah kiri, sementara bibirku bermain di buah dadanya yang sebelah kanan yang masih terhalang kaosnya.

Lalu aku bangkit dan duduk di sampingnya yang masih di atas sofa, aku bangkitkan badannya, kubuka kaosnya dan kurebahkan kembali, terlihat buah dada yang sudah mengeras, kembali kumainkan tanganku dan mulutku mencium bibirnya, dengan posisiku yang agak membungkuk tangan kananku meraba perutnya lalu turun terus hingga akhirnya masuk ke dalam celana dalamnya. Saya raba dengan halus bulu-bulu kemaluannya, saya turunkan tangan kananku menuju liang vaginanya. Ketika saya raba clitorisnya dia mendekapku dengan erat, saya mainkan jari saya di clitorisnya, desahan dan erangannya menghebat, lalu kucoba memasukkan jariku ke dalam liang vaginanya, sempit sekali dan becek, kutarik tanganku dan kulepaskan ciumanku seraya itu aku bertanya, "Ericka kamu masih perawan?".
"Yeah, tapi jangan khawatir, keperawananku akan kupersembahkan kepadamu", sambil kembali mendaratkan ciumannya ke bibirku, dalam hatiku baru pertama kali begini di sini dapat yang perawan.

Permainan jariku di dalam liang vaginanya membuatnya semakin liar, tangan kirinya kini mencoba meraih penisku yang sudah dari tadi minta di pegang. Kemudian dia bangkit melepas celananya dan melepas seluruh pakaianku. Kini kita sudah tidak terbungkus sehelai benangpun, aku rebahkan diriku di lantai yang beralaskan karpet, terlihat penisku menegang, di raihnya penisku di jilatinya, pertama hanya kepalanya lalu dia masukan penisku ke dalam mulutnya, hanya setengah yang bisa masuk ke dalam mulutnya, tapi biar begitu aku sangat menikmatinya, kuraih bongkahan pantatnya, kini liang vaginanya tepat berada di depan mukaku, kujilati liang vaginanya, terus kukulum daging kecil berwarna merah yang menyempil keluar kujilati terus, sampai pada akhirnya dia mengerang hebat, hisapan terhadap penisku semakin erat, buah dadanya mengeras, tubuhnya tegang aku tahu kalau dia itu ingin orgasme, terus kujilati sampai akhirnya dia teriak kecil dengan nafas yang terengah-engah, kuhisap semua cairan yang keluar dari liang vaginanya sebagian menetes di pipiku.

Dia terlihat lelah lalu merebahkan diri di sampingku, kubiarkan dia mengatur nafasnya, kusodorkan soft drink ke arah mulutnya.
"Capek", tanyaku.
"Belum, terusin aja Tha", jawabnya.
Lalu aku naik ke atas tubuhnya, kucium bibirnya sambil mengarahkan penisku ke liang vaginanya, kugesekkan penisku lalu kudorong pelan, dia mengerang kesakitan, kutahan posisi penisku lalu kucoba perlahan-lahan mendorongnya, erangannya sudah tidak kupedulikan lagi sampai pada akhirnya batang penisku masuk semua, sengaja kudiamkan sebentar penisku yang sudah masuk seluruhnya, lalu kucoba menariknya dan mendorongnya, erangannya terus terdengar selama dua menit, lalu berubah menjadi desahan-desahan yang di bisikkan di telingaku, aku tak hanya terdiam sambil terus menaik-turunkan pantatku, kucium bibirnya, kerasnya lantai membuat kami tidak nyaman, lalu kugendong dia tanpa melepaskan penisku menuju kamarnya. Dia terus menggoyang pantatnya ke kiri dan ke kanan, nikmat sekali dalam hatiku lama juga aku tidak merasakan seperti ini, kurebahkan tubuh kami di atas kasur, lalu kami merubah posisi kini aku berada di bawah, kini dia menggoyang pantatnya ke kiri dan ke kanan, lalu dia mengerang kembali dengan hebat, dia kembali orgasme, kurasakan penisku di pijat lembut di dalam vaginanya.

Kembali aku naik ke atas tubuhnya yang sudah kelelahan, kembali kuayun pantatku, aku merasakan badannya kembali menegang, begitu juga tubuhku, kontraksi antara vaginanya dengan penisku semakin nikmat saja, akhirnya kami berdua mencapai puncak orgasme.
"Thaa oh.., aahh", desahnya tertahan.
"Aku nggak kuat lagi, mau keluar", kami berdua keluar bersamaan, kutekan lebih dalam lagi, nikmat sekali rasanya.
Ketika aku ingin mencabut penisku dia menahannya sambil berkata, "Terima kasih Tha, kamu sungguh luar biasa".
"Kamu juga hebat".

Akhirnya penisku tetap tertanam di dalam liang vaginanya sampai pagi, pagi harinya aku bangun, penisku juga bangun, lalu kami bercinta lagi.

Cerita seru panas ngentot ML ngeseks sama karyawati bank

Suatu hari, aku berkenalan dengan seorang wanita, bernama Emilia yang sering dipanggil dengan nama Lia, satu angkatan tetapi lain jurusan. Lia juga dari Indonesia, karyawan sebuah bank yang berkantor pusat di Jakarta, menikah dan sudah punya anak satu. Di akhir bulan Mei 1999 usia Lia 33 tahun. Lia memiliki tubuh yang menurut ukuranku ideal. Dengan kulit yang kuning langsat, tidak terlalu tinggi sekitar 157 cm dengan berat 47 kg, pinggang sekitar 61 cm dan lingkar dada sekitar 64 cm dengan buah dada yang tidak terlalu besar. Hampir 2 tahun ini aku mengenal dia, dan selama 9 bulan terakhir ini aku dapat dibilang dekat dengan dia. Dekat dengan Lia bukan berarti aku berpacaran dengan Lia, tetapi karena aku sering diminta mengantar ke mana dia pergi. Teman lain yang dari Indonesia juga senang kepada Lia, dan beberapa dari mereka senang menggoda Lia dan berusaha untuk menyentuhnya, tetapi Lia lebih senang menghindar, entah karena apa mungkin karena Lia sudah berkeluarga.

Peristiwa ini terjadi beberapa bulan yang lalu, ketika hubunganku dengan Lia mulai merenggang. Aku berpikiran mungkin karena sudah dekat dengan waktu wisuda dan Lia sudah tidak membutuhkanku lagi untuk mengantar. Biasa kan wanita baik dan dekat kalau sedang perlu saja. Akhirnya kami berdua sempat bertengkar, karena aku sebagai laki-laki tidak menerima begitu saja perlakuan Lia terhadapku. Kami ribut di apartemen Lia dan aku mengatakan bahwa Lia hanya memanfaatkanku saja, tetapi dia tidak senang denganku. Aku merasa dibohongi oleh Lia, padahal selama ini aku membantu dia karena aku sayang kepadanya. Akhirnya aku kembali ke apartemenku karena selain sudah malam, aku juga masih harus membereskan barang-barang yang akan kukirim ke Indonesia.

Setengah jam kemudian, ada yang mengetuk pintu kamarku, dan aku terkejut karena yang mengetuk pintu ternyata Lia.
"Ech..., Lia ada apa, kok sendiri, nggak dengan anakmu? Ayo masuk, jangan di luar dingin".
Sambil masuk ke kamar, Lia menjawab, "Sendiri aja, anakku sudah tidur ditungguin ama tante apartemen sebelah, aku titipkan dia, aku bilang mau ke ruang komputer dulu."
Lia masuk dan langsung duduk di tempat tidurku, karena memang hanya ada satu kursi di kamarku yang kecil. Kemudian aku tawarkan Lia minuman hangat karena kulihat Lia agak menggigil kedinginan. Akupun ikut duduk di tempat tidur sambil memberikan minuman hangat kepada Lia.
"Masih dingin...", kataku sambil kupegang tangannya.
"Iya nich...", sahut Lia.
"To..., Lia menyesal tadi sempat berantem sama kamu, bukan maksud Lia selama ini memanfaatkan kamu. Kamu kan tahu Lia sudah bersuami dan itu nggak mungkin dong Lia bisa sayang juga ke kamu".
Sambil terus meremas jari tangannya aku berkata, "Ya sudahlah, kalo memang itu sudah nasibku, tidak bisa merasakan disayang oleh kamu, Lia".

Aku terus meremas jarinya, karena Lia diam saja, aku beranikan diri mengusap-usap lengan bagian atasnya, dan secara tidak sengaja aku menyentuh bagian sisi luar dari buah dadanya. Tampak Lia kaget dan kemudian merenggangkan tangannya.
"Ech maaf", kataku.
"Kamu ini To..., ada-ada aja, jangan begitu ach", kata Lia.
Walaupun ada penolakan dari Lia, saya tetap mengusap-usap lengan atasnya dan akupun nekat mencium pipinya. Ternyata Lia tidak menolak ciumanku di pipinya. Akhirnya aku memberanikan diri mencium bibirya. Oh, betapa lembutnya bibir Lia buatku karena akupun sudah lama tidak berciuman, rupanya demikian juga dengan Lia.
Emilia menghentikan ciumannya dan berkata, "To, sudah lama saya tidak bersentuhan dengan suamiku, karena suaminya berada di Jakarta".
Dalam hati aku berkata, nach, ini dia yang aku tunggu-tunggu, ada kesempatan nih untuk bercinta dengan Lia sekarang. Aku memang sering mengbayangkan bagaimana nikmatnya bercinta dengan Lia, bahkan kadang-kadang aku onani dengan membayangkan tubuh Lia yang bugil.
Aku teruskan ciumanku di bibirnya dan terus merambat turun ke leher, kemudian naik lagi ke telingannya, dan aku bisikkan kata-kata mesra kepada Lia.
"Lia..., aku sayang kamu, aku ingin terus dekat denganmu..., aku cinta kamu".
"Ach..., To, jangan begitu...", nafas Lia mulai tidak teratur.
"Ach..., ngh..., jangan di situ geli", kata Lia ketika saya menciumi belakang telinganya. Lia menggeliatkan badannya karena geli.

Aku terus menciumi dan tanganku tidak tinggal diam, merambat ke buah dadanya. Aku usap-usap buah dadanya dari luar, dan aku dapat merasakan tonjolan putingnya yang telah mengeras walaupun Lia masih memakai pakaian lengkap.
"Ach..., ach...", Lia rupanya menikmati rabaan tanganku di dadanya. Aku lihat Lia betul-betul menikmati apa yang aku lakukan, dan karena penisku sudah menegang, kutarik tangan Lia untuk memegangnya.
"To..., jangan..., nggak boleh".
"Nggak apa-apa dong Lia", kataku.
"Aku tahu kamu juga kan kepingin megang, ayolah pegang".

Dengan malu-malu kemudian Lia mulai memegang dan bahkan Lia mulai berani meremas penisku yang sudah tegang, akupun mencoba untuk mengangkat baju kaos Lia dan tampak buah dadanya yang tidak terlalu besar yang masih ditutupi dengan BH-nya yang berenda. Aku teruskan ciumanku dan terus turun ke bagian tengah dadanya, tanganku terus mengusap dan sekali-kali meremas buah dadanya dan memilin-milin putingnya yang sudah mengeras. "Ach..., ach..., ach..., nikmat To..., terus..., ach", demikian erangan Lia.
Tanpa terasa ternyata Lia telah menurunkan restsleting celanaku dan mengeluarkan penisku dari dalam celanaku. Sementara itu, Lia terus meremas penisku dan sekali-kali mengocok penisku. "Och..., Lia nikmat sekali, terus Lia jangan berhenti ach..., nikmat.", sahutku.
Akupun berusaha untuk melepaskan kancing BH-nya dan berhasil.
"Lia..., Buah dadamu bagus dan kencang sekali..", bisikku di telinganya.
Tanpa menunggu waktu lagi aku langsung mengisap putingnya dan kugigit-gigit kecil putingnya dan hampir seluruh buah dadanya aku gigit-gigit sehingga menimbulkan tanda merah. Kudengar suara desahan Lia sudah tidak teratur. Rupanya disitulah salah satu daerah Lia yang sensitif. Karena aku sendiri sudah tidak tahan maka kuteruskan tanganku turun ke bagian selangkangannya dan aku buka ritsluiting celana panjangnya.

"Ach..., ngh..., ngh..", Lia mendesah ketika tanganku sudah sampai di vaginanya yang masih tertutup CD dan sudah agak lembab. Aku lalu menurunkan celana Lia sekaligus dengan CD-nya dan tampaklah belahan vaginanya dengan bibir vagina yang indah dengan ditumbuhi rambut yang tercukur rapi. Rupanya Lia merawat vagina dan sekitarnya ini dengan teratur. Aku mulai menggosok-gosok bibir vaginanya, dan akupun membuka celana dan bajuku sehingga kami berdua sudah dalam keadaan bugil.
"To..., kamu ngapain nich", Lia berkata sambil diselingi dengan desahan nafasnya yang semakin memburu. Aku diam saja tidak menjawab pertanyaan Lia dan terus menggosok-gosokkan dan sesekali memasukkan jari tengahku ke lubang vaginanya yang sudah basah. Dan Lia pun ternyata sama agresifnya dengan aku, Lia terus mengocok dan meremas penisku yang terus menegang.
"Lia..., kamu isap dong penisku".
"To..., aku nggak pernah kayak begitu..., nggak ach..", dengan setengah memaksa dan aku sodorkan penisku ke depan mulutnya, akhirnya Lia mau juga mengisap penisku dan ternyata isapannya hebat sekali. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Akhirnya kami berdua melakukan posisi 69, dan betapa kagumnya saya melihat vagina Lia yang benar-benar indah. Dengan warna merah mudanya aku mulai menjilat dan mengisap belahan vaginanya.

Desahan Lia semakin keras saja, "Ach..., To..., nikmat..., geli..., ach..., terus..., jangan berhenti ach..", demikian Lia terus mengerang keenakan vaginanya kujilati dan sekali-sekali kumasukkan lidahku ke dalam belahan vaginanya. Akupun terus berusaha mencari clitorisnya, begitu kudapat aku isap kuat-kuat clitorisnya dan badan Lia langsung bergetar begitu aku isap clitorisnya.
"To..., ach..., geli sekali..., ach..., nikmat", erang Lia. Hal ini berlangsung selama lebih kurang 15 menit, dan Liapun kemudian berkata, "To..., aku capek, berhenti dulu". Karena aku khawatir penisku akan lemas, maka aku meminta ijin kepada Lia untuk memasukkan penisku ke vaginanya.
"Lia..., boleh aku masukkan".
"To..., Jangan nggak boleh, Lia sudah bersuami..., jangan, kita nggak boleh kayak begini". Tapi dengan sedikit memaksa akhirnya aku bisa memasukkan penisku ke lubang vaginanya.
"Bless..., ach..., Lia nikmat sekali, lubang vaginamu sempit", terasa sekali penisku seperti di pijat-pijat oleh dinding vaginanya yang sudah basah. Mulailah aku menggoyang dan memaju-mundurkan penisku di dalam vagina Lia.
"Ngh..., ach..., ach", Lia terus mendesah dan akupun juga semakin bersemangat untuk menggoyang pinggulku. Liapun tak mau kalah, dia mulai memutar pantatnya dan kedua kakinya mulai melingkar dipinggangku.
"Lia..., nikmat sekali vaginamu, ach..., sempit, ach..,ach".
"Ach..., To..., ach.., terus..., Terusin yang dalem ach", Lia terus mengerang sambil menikmati tusukan penisku di vaginanya.

Sekitar 20 menit kami melakukan posisi normal, kemudian aku meminta Lia untuk melakukan doggy-style.
"Lia..., kamu nungging dong", kataku.
"Jangan To..., jangan aku nggak mau anal seks".
Sambil terus aku maju mundurkan penisku di lubang vaginanya, aku bilang ke Lia, "Nggak..., Aku nggak akan anal seks, tapi aku ingin memasukkan penisku ke vaginamu dari belakang".

Akhirnya Lia pun mau, dan dengan lancarnya penisku masuk ke lubang vaginanya yang sudah sangat basah. Sekitar 10 menit kami lakukan doggy-style, akhirnya saya tidak tahan dan ternyata Lia pun sudah hampir orgasme.
"To..., Aku sudah mau sampai..., terus..., Terus..., ach..., ach..., yang dalem lagi".
Akupun terus memaju-mundurkan penisku dan akhirnya jebollah pertahananku.
"Lia..., och..., Lia..., aku keluar Lia". Lia pun sama, "To och..., Aku juga sampai..., ach nikmat sekali.. Ach".

Akhirnya kami berdua lemas dan terus tiduran di tempat tidurku.
Sambil tiduran Lia berkata, "To..., kenapa kita lakukan ini".
"Ya karena aku sayang dan cinta sama Lia".
"Tapi kan mestinya nggak boleh", kata Lia.
"Lia nggak bisa mencintai kamu.., To, bagaimanapun juga Lia tetap nggak bisa".
Ya mau gimana lagi, tapi dengan sedikit memaksa akhirnya kami mengulangi bersenggama sekali lagi dan aku keluarkan air maniku sebanyak-banyaknya di dalam vagina Lia sebagai tanda cintaku terhadap Lia.


Cerita seru cewek abg sma ml mgeseks ngentot ngewe di sekolah

Saya seorang gadis bersekolah di SMA * (edited by Yuri). Nama saya Shinta, saya anggota cheerleader PCT. Pada suatu hari, ada pertandingan basket antara anak * (edited by Yuri) melawan anak SMA 8 di sekolahku. Saya sebagai anggota tim cheerleader PCT, berpakaian minim, memberi support kepada tim sekolahku. Di tengah-tengah pertandingan, salah satu pemain cadangan tim SMA 8 tersenyum pada saya, dia bukannya melihat teman-temannya bermain, melainkan memandangiku terus. Ketika babak pertama usai, dia datang menghampiriku, dan kami berkenalan sebut saja namanya Indra.

Setelah kami berkenalan, lalu kami bercakap-cakap sebentar di kantin SMA * (edited by Yuri). Setelah tidak berapa lama, tiba-tiba dia berbisik di telinga saya, katanya, "Kamu cantik sekali deh Shinta..", sambil matanya tertuju pada belahan dada saya. Muka saya langsung merah, kaget dan dadaku berdetak kencang. Tiba-tiba terdengar suara "Pritt...!", tanda bahwa babak ke-2 akan dimulai, saya langsung mengajaknya balik ke lapangan.

Dalam perjalanan ke lapangan, kami melewati kelas-kelas kosong. Tiba-tiba dia menarik tanganku masuk ke dalam kelas 3 Fis 1, lalu dia langsung menutup pintu. Saya langsung bertanya padanya, " Ada apa Indra..., babak ke-2 sudah mau mulai nih..., kamu tidak takut dicariin pelatih kamu?".
Dia tidak membalas pertanyaanku, melainkan langsung memelukku dari belakang, dan dia berbisik lagi padaku, "Badan kamu bagus sekali ya Shin..".
Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain berbalik badan dan menatap matanya serta tersenyum padanya.

Dia langsung mencium bibirku dan saya yang belum pernah berciuman dengan cowok, tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Setelah kira-kira 5 menit bercumbu, mulai tangannya meraba dan meremas dadaku. Saya pasrah saja padanya, karena terus terang saya belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Tangannya masuk ke dalam baju cheers no.3-ku, dan mulai memainkan puting payudaraku, lalu dia menyingkapkan bajuku dan melepaskan rokku hingga saya tinggal mengenakan BH dan celana dalam saja.

Lalu ia membuka baju basket dan celananya, sehingga ia hanya mengenakan celana dalam saja. Tampak jelas di depanku bahwa "penis"-nya sudah tegang di balik celana dalamnya. Ia memegang tanganku dan menuntun tanganku ke dalam celana dalamnya. Saya merasakan "penis"-nya yang besar dan tegang itu dan ia memintaku untuk meremas-remas penisnya. Ia memaksaku untuk membuka celana dalamnya, setelah saya membuka celana dalamnya, tampak jelas penisnya yang sudah ereksi. Besar juga pikirku, hampir sejengkal tanganku kira-kira panjangnya.
Baru kali ini saya melihat kemaluan cowok secara langsung, biasanya saya hanya melihat dari film biru saja kalau saya diajak nonton oleh teman-teman dekatku. Ketika saya masih terpana melihat penisnya, dia melepas BH dan celana dalamku, tentu saja dengan sedikit bantuanku. Setelah ia menyingkirkan pakaian dalamku, badannya yang tinggi dan atletis layaknya sebagai seorang pemain basket itu, menindih badanku di atas meja kelas dan ia mulai menjilati puting payudaraku sampai saya benar-benar menggeliat keenakan, kurasakan basah pada bibir kemaluanku, saya baru tahu bahwa inilah yang akan terjadi padaku kalau saya benar-benar terangsang.

Lalu tangannya yang kekar itu mulai meraba bibir kemaluanku dan mulai memainkan clitorisku sambil sesekali mencubitnya. Saya yang benar-benar terangsang tidak bisa berbuat apa-apa selain mendesah dan menggeliat di atas meja. Cukup lama ia memainkan tangannya di kemaluanku, lalu ia mulai menjilati bibir bagian bawah kemaluanku dengan nafsunya, tangan kanannya masih memainkan clitorisku. Tidak lama saya bertahan pada permainannya itu, kira-kira 5 menit kemudian, saya merasakan darahku naik ke ubun-ubun dan saya merasakan sesuatu kenikmatan yang sangat luar biasa, badanku meregang dan saya merasakan cairan hangat mengalir dari liang kemaluanku, Indra tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya sampai hanya air liurnya saja yang membasahi kemaluanku. Badanku terasa lemas sekali, lalu Indra duduk di pinggir meja dan memandangi wajahku yang sudah basah bermandikan keringat.
Ia berkata padaku sambil tersenyum, "Kamu kelihatan capek banget ya Shin...". Saya hanya tersenyum.

Dia mengambil baju basketnya dan mengelap cucuran keringat pada wajahku, saya benar-benar kagum padanya, "Baik banget nih cowo", pikirku. Seperti sudah mengerti, saya jongkok di hadapannya, lalu mulai mengelus-ngelus penisnya, sambil sesekali menjilati dan menciuminya, saya juga tidak tahu bagaimana saya bisa bereaksi seperti itu, yang ada di pikiranku hanya membalas perbuatannya padaku, dan cara yang kulakukan ini pernah kulihat dari salah satu film yang pernah kutonton.
Indra hanya meregangkan badannya ke belakang sambil mengeluarkan suara-suara yang malah makin membuatku ingin memasukkan penisnya ke dalam mulutku, tidak berapa lama kemudian saya memegang pangkal kemaluannya itu dan mulai mengarahkannya masuk ke dalam mulutku, terasa benar ujung penisnya itu menyentuh dinding tenggorokanku ketika hampir semua bagian batang kemaluannya masuk ke dalam mulutku, lalu saya mulai memainkan penisnya di dalam mulutku, terasa benar kemaluanku mulai mengeluarkan cairan basah lagi, tanda kalau saya sudah benar-benar terangsang padanya.

Kira-kira 5 menit saya melakukan oral seks pada Indra, tiba-tiba badan Indra yang sudah basah dengan keringat itu mulai bergoyang-goyang keras sambil ia berkata, "aarghh..., Saya udah gak tahan lagi nih Shin..., Saya mau keluarr...".
Saya yang tidak benar-benar memerhatikan omongannya itu masih saja terus memainkan penisnya, sampai kurasakan cairan hangat kental putih dan agak asin keluar dari lubang kemaluan Indra, saya langsung mengeluarkan penisnya itu dan seperti kesetanan, saya malah menelan cairan spermanya, dan malah menghisap penisnya sampai cairan spermanya benar-benar habis. Saya duduk sebentar di bangku kelas, dan kuperhatikan Indra yang tiduran di meja sambil mencoba memelankan irama nafasnya yang terengah-engah.

Saya hanya tersenyum padanya, lalu Indra bangun dan menghampiriku, Dia juga hanya tersenyum padaku. Cukup lama kami berpandangan dengan keadaan bugil dan basah berkeringat.
"Kamu cantik dan baik banget Shin", katanya tiba-tiba. Saya hanya tertawa kecil dan mulai mencium bibirnya. Indra membalas dengan nafsu sambil memasukkan tangannya ke dalam lubang kemaluanku. Cukup lama kami bercumbu, lalu ia berkata, "Shin..., boleh nggak Saya emm..., itumu...".
"Itu apa Ndra?", tanya saya.
"Itu..., masa kamu gak tahu sih?", balasnya lagi.
sebelun saya menjawab, saya merasakan kepala batang kemaluannya sudah menyentuh bibir kemaluanku. "Crestt.., creest", terasa ada yang robek dalam kemaluanku dan sedikit darah keluar.
Kemudian Indra berkata, "Shin kamu ternyata masih perawan!", saya hanya bisa tersenyum dan merasakan sedikit perih di kemaluanku terasa agak serat waktu setengah kemaluannya masuk ke vaginaku. Digerak-gerakan perlahan batang kemaluannya yang besar tapi setelah agak lama entah mengapa rasa sakit itu hilang dan yang ada hanya ada rasa geli, nikmat dan nikmat ketika Indra menggoyangkan badannya maju mundur pelan-pelan saya tidak tahan lagi seraya mendesah kecil keenakan. Kemudian semakin cepat saja Indra memainkan jurusnya yang maju mundur sesekali menggoyangnya ke kiri ke kanan, dan dipuntir-puntir putingku yang pink yang semakin membuatku menggelepar-gelepar seperti ikan yang dilempar ke daratan.

Keringat sudah membasahi badan kita berdua. Saya sadari kalau saat itu tindakan kita berdua bisa saja dipergoki orang, tapi saya rasa kemungkinanya kecil karena kelas itu agak terpencil. "Ahh..., ahh..., ahh", saya mendesah dengan suara kecil karena takut kedengaran orang lain. Kulihat wajah Indra yang menutup matanya dan terenggah-engah nafasnya.

Cukup lama juga Indra bermain denganku, memang benar kata orang kalau atlet itu kuat dalam bersenggama. "Ahh..., aww..., aww", geli dalam lubang kemaluanku tidak tertahankan. Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang lain yang belum pernah kurasakan, cairan hangat kurasakan keluar dari dalam vaginaku.
Oh, itu mungkin yang kata orang orgasme pikirku. Badanku terasa rileks sekali dan mengejang. Mulutku ditutup oleh Indra mungkin ia takut kalau saya mendesah terlalu keras. Meja kelas yang agak tua itu bergoyang-goyang karena ulah kita berdua. Saya masih merasakan bagaimana Indra berusaha untuk mencapai puncak orgasmenya, lalu ia duduk di bangku dan menyuruhku untuk duduk di kemaluannya. Saya menurut saja dan pelan-pelan saya duduk di kemaluannya. Indra memegang pinggulku dan menaik-turunkan diriku. Saya belum pernah saya merasakan kenikmatan yang seperti ini. Saya mendesah-desah dan Indra semakin semangat menaik-turunkan diriku. Lalu badan Indra mengejang dan berkata, "Shin saya mau keluarr", sekarang malah giliranku yang semangat memacu gerakan tubuhku agar Indra bisa juga mencapai klimaksnya, tapi lama Indra mengeluarkan penisnya dan terdengar ia mendesah panjang, "Ahh Shin..., Saya keluar". Kulihat air maninya berceceran di lantai dan sebagian ada yang di meja. Lalu kami berdua duduk lemas dengan saling berpandangan. Ia berkata, "Kamu nyesel yah Shin?", saya menggeleng sambil berkata, "Nggak kok Ndra..., sekalian buat pengalaman bagiku."

Saya teringat kalau orang-orang di luar kelas sangat banyak yang menonton pertandingan, lalu saya buru-buru mengenakan pakaian dan menyuruh Indra juga untuk memasang pakaiannya. Sebelum keluar dia bertanya padaku, "Shin kapan kita bisa 'begituan' lagi?", dan saya menjawab "Terserah kamu Ndra".
"Tapi nanti setelah pertandingan selesai kamu tunggu Saya yah di pintu gerbang lalu nanti kita jalan jalan..", Ia tersenyum dan mengangguk lalu kami berdua keluar kelas dan sengaja berpisah.

Nikmatnya saat sperma mani peju muncrat di mulut pacar

Pengalaman ini terjadi waktu saya masih di SMA. Menjelang perpisahan SMA, saya dan teman-teman sekelas berencana untuk pergi ke Pangandaran. Di sana, kita menginap di sebuah penginapan yang jaraknya dekat dengan pantai. Kita semua benar-benar bersenang-senang, keliling pantai bersama-sama. Pada malamnya banyak temanku yang jalan-jalan menyusuri pantai sama cewek atau cowoknya masing-masing. Saking asyiknya, mereka sampai lupa pulang, ceritanya sih mereka bersetubuh sama pasangannya masing-masing.

Di malam kedua, teman-temanku sedang keluar semua. Tinggallah saya dengan teman cewek saya (Eva).
Saya tanya dia, "Eva, kenapa kok tidak keluar?".
Dengan entengnya dia menjawab, "Tidak ah, saya lagi sedikit pusing".
Mendengar jawabannya seperti itu, otomatis saya sebagai temannya harus menjaga dia (masa` ditinggal sendiri?). Malam itu saya menemaninya di kamarnya sambil nonton TV. Waktu jam 8 malam, dia mandi (katanya sih gerah). Saya sih cuek saja. Setelah 15 menit dia mandi, dia memanggilku minta dibawakan handuk (Dia kelupaan). Ya sudah, saya ambilin. Tapi saya kaget ketika dia minta handuk itu langsung saja dibawa masuk ke kamar mandi dan pintunya tidak dikunci. Pertama saya gugup sekali. Dengan perlahan-lahan saya masukin tanganku untuk memberikan handuk ke dia. Lalu dia menjawab, "Duh, Wolf tanganku nggak nyampe.., saya lagi ada di shower nih..., Masuk saja deh. tidak apa-apa". Mendengar ajakan itu, saya masuk. Dengan pelan saya taruh handuk itu di tempat wastafel yang jaraknya ketika di sebelah shower yang tertutup tirai tipis. Tapi saya kaget banget, ketika saya lagi meletakkan handuk. Tangannya yang basah nongol menyentuh tanganku. Lalu setelah itu dia keluar berbugil ria dari shower dengan tubuh yang masih basah total. Pada waktu itu, penglihatanku terarah ke dua payudaranya yang besar, padat, dan indah. Lalu kulitnya yang putih bersih. Pokoknya pemandangan itu membuat penisku tegang banget. Setelah itu dia langsung meraih tangan ku dan mengusapkan tangan kananku itu ke payudaranya yang indah itu seraya berkata "ooh, Wolf. Rasakanlah payudaraku ini dan rasakan pula detak jantungku yang berdebar." Telapak tanganku diusapkannya di payudaranya.

Dia berkata "ooh, Wolf. Saya sudah tidak tahan lagi. Usaplah payudaraku ini dan kita main yuk!". Sebagai cowok normal, saya pasti ereksi. Lalu pelan-pelan tangan kananku memeras payudaranya yang kanan. "Yaa, itu Wolf. Nikmat sekali. Teruskan Wolf!". Sewaktu tanganku meremas pelan payudaranya, Tangan Eva dengan ringan membuka kancing-kancing bajuku. Setelah kancing bajuku terlepas semua, Bibirnya yang ranum dan merah merekah itu pelan-pelan mencium dan menjilati dadaku. Lidahnya yang panjang itu terasa nikmat sekali di dadaku. Lalu dia kubalas dengan tangan kananku yang kuarahkan ke pantatnya yang besar dan bersih dan tangan kiriku memeluknya yang diteruskan dengan ciuman saya yang hot di bibirnya itu. Dia mengerang dan menikmatinya, beberapa detik kemudian tangannya membuka retseleting celanaku dan kemudian memelorotinya. Begitu celana dalamku dibuka, penisku yang sudah ereksi dari tadi langsung meloncat keluar. Melihat penisku yang sudah membesar dan memanjang, dia langsung membungkukkan badannya dan mulutnya itu dengan pelan mengulum penisku. Terasa nikmat sekali "Aah..., Eva..., enak Va..., terusin Va!". Lidahnya itu dengan leluasa menjilati permukaan penisku dan puncaknya, lidahnya diarahkan ke pucuk penisku. Setelah berselang beberapa detik, giginya itu langsung menggigit penisku dan langsung mengocoknya.

Setelah setengah jam kita melakukan foreplay di kamar mandi, ternyata dia masih belum puas juga. "Wolf, yuk kita lanjutin di tempat tidur! saya pengin lebih hot lagi". Dengan perlahan, saya angkat dia dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Setelah sampai di pinggir tempat tidur, perlahan-lahan saya taruh badannya di atas tempat tidur. Masih dalam keadaan membungkuk, saya ciumi bibirnya dan saya jilat payudaranya yang makin membesar itu. "Oyaa, terusin Wolf, terusin", Mendengar omongannya saya jadi semakin buas menikmati tubuhnya. Saya rebahkan badannya menjadi dalam keadaan telentang, susunya yang membesar terlihat bagai Gunung Bromo yang menjulang tinggi. Payudaranya itu langsung saya serbu dengan jilatan lidahku. Setelah itu, mulutku diarahkan ke arah selangkangannya. Terlihat bulu vaginanya lebat bak hutan perawan yang masih belum terjamah. Dengan asyik, tanganku mengobrak-abrik bulu vaginanya dan terlihatlah dinding daging tipis alias vaginanya. Langsung saya jilati vaginanya dengan buas dan Eva langsung menjerit kenikmatan sambil mengerang dan berkata "Terusin Wolf, terusin". Masukin lidahmu itu ke 'dompet'ku". Anehnya vaginanya yang rata-rata orang bilang vagina cewek itu biasanya kebanyakan bau tak sedap, tapi vagina Eva terasa harum dan nikmat. Baunya yang justru harum itu membuat saya makin terangsang lagi untuk lebih lama menikmati vaginanya. Sambil menciumi vaginanya, kedua tanganku juga meraba kedua belah payudaranya, Eva hanya mengerang lagi dan memegang kedua tanganku dengan erat. Setelah setengah jam saya terus begitu, akhirnya Eva minta posisinya diganti ke atas. Saya turuti dech, masa saya terus yang gerilya? Saya langsung pindah jadi di bawah dan eva di atas. Sebelum mulai aksinya, Eva pertama-tama meremas sendiri kedua payudaranya dan mimik wajahnya itu yang membuatku tambah syuur. Sehabis meremas-remas sendiri kedua payudaranya, dia langsung memulai aksinya dengan mencium dan menjilati bibirku seraya tangannya meremas-remas dadaku yang agak bidang dan meraba-raba puting susuku. Bibirnya benar-benar fantastik, terasa nikmat dan pokoknya tidak bisa saya uraikan dengan kata-kata. Puas dengan menciumi dan menjilati bibirku, perhatiannya mengarah pelan-pelan ke bawah. Pertama-tama dia menciumi dan menjilati leherku dan kadang-kadang menggigit leherku, serasa benar-benar nikmat. Sambil menikmati leherku, tangan kanannya berpindah posisi menjadi di penisku. Dengan enaknya dia mengocok penisku, ke atas..., ke bawah..., ke atas... Dan seterusnya. Kocokannya benar-benar membuat mataku merem melek.

Kemudian setelah menciumi, menjilati dan menggigit leherku, matanya tertuju ke dadaku. Lidahnya langsung menjilati puting susuku. Tapi dia cuma sebentar menjilati puting susuku, perhatiannya langsung tertuju ke penisku yang sudah besar dari tadi. Bibirnya langsung menjilat penisku, terasa nikmat sekali. Lidahnya itu yang membuatku puas sekali, dengan pelan-pelan lidahnya mnjilati penisku sambil tangannya yang kecil itu terus mengocoknya. "Aach Eva..., Nikmat sekali Va Ohh", Selang beberapa menit kemudian, sewaktu dia masih mengocok penisku. Terasa ada sesuatu yang hangat mengalir dari penisku dan serasa hendak meletus keluar. saya bilangin ke Eva, "Awas Va, saya mau keluar Va. Tahan dulu kocokanmu, Jangan sampai spermaku keluar Va saya masih pengin nerusin Va!!", Tapi dengan cuek dia malah bertambah giat dan keras mengocok penisku sambil lidahnya menjilati pucuk penisku. Beberapa menit kemudian keluarlah cairan kenikmatan yang berwarna putih yang disebut sperma. Dan spermaku mengenai mulutnya dan ada sebagian yang sengaja dijilat dan ditelan Eva. Terasa nikmat sekali!, Eva terus menjilati sisa-sisa sperma yang keluar dari penisku. Sementara Eva masih sibuk dengan penisku, aku istirahat sejenak dalam kenikmatan yang tiada taranya.

Sewaktu saya masih istirahat, terasa Eva masih sibuk dengan penisku. Karena saya kasihan Eva belum mencapai orgasme, Langsung saja saya bangun dan meneruskan aksi. Saya suruh Eva pindah posisi jadi di bawah, langsung dia turuti. Sejenak sebelum memasukkan penisku, saya kocok sebentar penisku agar membesar dan Eva membantuku dengan ikut mengocoknya. Selang beberapa detik kemudian penisku langsung berdiri lagi dan langsung saya masukkan ke vaginanya. Eva langsung teriak dan mengerang kenikmatan, "Aacchh". Tetapi terasa posisiku kurang nikmat, saya cabut lagi penisku dan saya taruh bantal di atas pantat Eva supaya penisku terasa nikmat masuk divaginanya. Begitu saya masukin penisku dalam-dalam, terasa vaginanya hangat dan sudah penuh cairan yang membuat penetrasi penisku terasa nikmat dan licin. Ini pertanda Eva sudah mengalami orgasme sebelum saya masukin penisku. Penisku, aku tarik pelan-pelan, masukin lagi pelan-pelan dan demikian seterusnya. Eva lagi-lagi berteriak kecil dan mengerang. Saya biarin Eva berteriak dan mengerang, saya terusin aksiku dengan membuat variasi seperti menggoyang pinggulku.

Selang 45 menit saya meneruskan aksiku, Eva pelan-pelan berbisik "Wolf, saya sudah tidak kuat lagi..., saya sudah pengin keluar..., Cairan spermaku sudah mau keluar!". Ternyata benar juga, beberapa detik kemudian di penisku terasa ada banyak cairan yang menyelimuti. Saya biarkan penisku di dalam vagina Eva selama beberapa menit selama Eva orgasme. Sebab saya baca, cewek senang kalau sewaktu dia orgasme, penis cowoknya berada dalam-dalam di vaginanya. Dan benar juga kata buku, Eva terlihat sangat puas. Begitu dia selesai orgasme, beberapa menit kemudian selama penisku masih di dalam, terasa spermaku masih mau keluar. Buru-buru saya cabut penisku dari vagina Eva dan Eva langsung menyambutnya dengan kuluman yang hebat sekali. Sekali lagi spermaku langsung tumpah ke arah muka Eva, sekeliling bibirnya langsung dipenuhi dengan spermaku yang ternyata banyak sekali. Sebagian cairan putih itu masuk ke mulutnya dan sebagian ada yang tumpah ke payudaranya dan ke sprei. Eva memintaku untuk menjilat spermaku yang tumpah ke payudaranya dan saya turuti. Lidahku menyapu sisa-sisa spermaku di payudaranya dan Eva terlihat benar-benar menikmatinya.

Setelah puas, saya dan dia langsung lemas dan langsung tidur sambil dalam keadaan polos sampai pagi (tanpa berselimut). Pagi-paginya dia sudah bangun dan nonton TV masih dalam keadaan telanjang. Langsung tubuhnya yang indah itu saya tutupi dengan jaketku supaya tidak masuk angin, dia menolak seraya berbisik, "Wolf, lue hebaat sekali tadi malam. Baru lu cowok yang bisa muasin saya. cowok yang lain yang pernah nidurin saya terasa hambar. saya pengin lagi Wolf. saya pengin pagi dan malam selanjutnya kita terus bertelanjang bugil dan main terus. Kita cek out saja dari penginapan ini. Kita bilang ke anak-anak kalau kita ada urusan lain dan harus cepat pulang ke Bandung. Terus kita cek in ke hotel lain". Ternyata saya lebih gila daripada dia, saya terima saja. Beberapa jam kemudian teman-temanku datang, saya langsung pamit mau pulang sama Eva. Mereka percaya saja.
Langsung deh kita cabut dan cek in di penginapan yang jauh dari mereka. Dan pengalaman itu diteruskan di hotel yang baru, siang malam saya dan Eva mengadakan pesta seks tanpa istirahat. Kecuali buat makan, dan minum. Setiap kali sehabis bersetubuh, saya dan Eva merasakan kenikmatan yang tiada tara.


TAMAT



Nikmatnya disetubuhi dientot suami hiperseks

Aku benar-benar dibuat kewalahan saat harus melayani suamiku di atas ranjang. Tak henti-hentinya dekapan erat disertai napas yang memburu, acapkali mengiringi permainan seks kami. Peluh mengalir dengan derasnya, goyangan-goyangan maju mundur yang seakan-akan tidak akan ada habisnya dari bagian bawah tubuh suamiku membuatku tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan ini, aku hanya bisa berdesah-desah dan mencengkeram dengan eratnya kain sprei ranjang tidurku sebagai pertahanan terakhir dari sisa-sisa tenaga yang masih tertinggal.

Tangan-tangan suamiku sementara itu masih meremas-remas payudaraku dengan cepat namun lembut, dan tangan yang satunya lagi membelai-belai pahaku yang masih terkulai lemah di atas punggungnya, semakin cepat goyangan penisnya, semakin nikmat yang kurasakan, dan semakin tubuhku kehilangan kekuatannya, mataku sampai-sampai tak mampu kubuka kembali, pada hentakan-hentakan berikutnya, aku benar-benar tidak berdaya, aku sudah lemas menahan orgasme yang berulang-ulang kali kurasakan pada malam ini, aku pasrah, aku sudah tidak mampu berbuat apa-apa, apalagi menggerakaan tubuhku, aku hanya bisa menahan napas dan merintih menahan nikmat saat orgasme kembali membawa tubuhku ke alam surgawi dunia. Mulutku seakan ingin meminta kepada Denny untuk menuntaskan permainan seksnya, namun kondisi tubuh suamiku yang masih terlihat fit, membuat aku harus bertahan beberapa jam lagi, sampai suamiku mendapatkan orgasmenya.

Setelah tiga ronde, kami bertempur dalam birahi. Aku tidak mampu membayangkan apalagi yang bakal kualami, Jika Denny kembali meminta jatahnya kembali, mungkin aku hanya bisa telentang pasrah.

Akhir-akhir ini suamiku memang senang bertindak yang aneh-aneh dalam melakukan hubungan seks. Pertama sih gayanya sangat lembut. Mengulum senyum, merangkul, kemudian mencumbuiku. Tetapi setelah itu aku akan tidak dapat lagi menahan seluruh serangan-serangan dan gaya permainan seksnya. Tetapi akhir-akhir ini setelah suamiku memakai shabu-shabu, konsumsi seksnya semakin bertambah, dan permainannya pun menjadi semakin liar dan menggebu-gebu.

Sampai saat ini akupun masih kewalahan untuk melayani birahi seks suamiku, sampai-sampai jika aku merasa tidak kuat lagi menghadapinya, aku akan mencoba mengalahkan nafsunya dengan melakukan oral. Semakin sering aku melakukan oral semakin aku mengetahui titik-titik kelemahannya. Aku akan menyedot dengan kuat-kuat terutama dibagian kepala penisnya, sembari tanganku dengan cepat melakukan gerakan-gerakan kocokan, mulutku berputar-putar untuk merangsang bagian kepala penisnya, setiap beberapa saat aku mengintip perubahan wajah suamiku, bila dia mulai meringis menahan nikmat, apalagi sampai memejamkan matanya. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, aku akan mengulum kepala penisnya dengan dibantu gerakan menyedot, tanganku akan semakin cepat mengocok-ngocok batang penisnya.
Sampai pada akhirnya kurasakan cairan sperma hangat menyemprot dengan derasnya di mulutku disertai teriakan-teriakan kecilnya. Aku akan menyedot sekuat-kuatnya semampuku sampai spermanya tidak keluar lagi, lalu kebuang spermanya dan kemudian kulanjutkan menyedot kembali kepala penisku, Biasanya dengan serangan beruntun seperti ini, biasanya suamiku akan mulai melemah dan tidak akan mampu melanjutkan permainannya ini.

Tetapi jurus-jurus seperti ini tidak selalu berhasil dengan baik, kadang-kadang kondisi suamiku terlalu fit, sehingga aku tidak mampu menaklukannya dan aku akan dibuat tidak berdaya kembali dengan jurus-jurus permainan seksnya. Sering dalam satu hari suamiku meminta jatahnya sampai dengan tiga kali. Bahkan apabila aku sudah tidak kuat melayaninya, suamiku tetap melampiaskan nafsunya dengan melakukan masturbasi. Aku benar-benar tidak kuat menghadapi suami yang hiper seks ini.

Nikmatnya saat kemaluanku memek dicium dihisap dijilat cowok

Ini adalah kisah nyataku, Pertama aku ingin memperkenalkan diri dahulu, aku adalah seorang wanita berusia 27 tahun, namaku..., katakan Lisa, tempat tinggalku di Semarang, dan sudah setahun menikah, tetapi entah kenapa belum mempunyai anak, walaupun hubungan seks kami (dengan suami) lakukan dengan rutin dan lancar, kehidupan seks kami biasa biasa saja, bahkan cenderung membosankan, karena menurutku kurang bervariasi, tapi aku tidak pernah berselingkuh dengan orang lain selama ini, karena suamiku sangat menyayangiku bahkan cenderung memanjakanku. Tapi kesetiaanku ini berakhir sampai tanggal 19 Juni 1999 (hari Sabtu). Hal ini dimulai dengan perkenalanku dengan dunia internet sejak sebulan yang lalu. Secara rinci aku tidak menjelaskan bagaimana aku belajar internet, tetapi sampai suatu waktu aku berkenalan dengan seorang cowok dalam acara chatting di web idola.

Ketika itu aku sedang belajar tentang bagaimana untuk ber-chatting di internet, temanku mengajariku untuk masuk ke web idola, lalu masuk ke forum chattingnya. Ketika aku sudah masuk ke forum, ada yang mengirimi aku private message, ternyata seorang cowok yang berusia 30 tahun, berkeluarga, juga belum mempunyai anak, namanya..., katakan Andy, berasal dari Jakarta, bekerja di sebuah Perusahaan Asing yang sedang mengerjakan sebuah proyek maintenance jalan KA (Jakarta-Surabaya), tetapi perusahaan itu mempunyai kantor cabang di Cirebon dan Semarang, sehingga Andy sering melakukan tugas meninjau kantor cabangnya, termasuk di Semarang. Setelah kami berkenalan lewat chatting, lalu dia juga kadang-kadang menelepon (dari Jakarta), mungkin pakai telepon kantor, tetapi kami belum pernah bertemu langsung, sampai pada tanggal 16 juni 1999 Andy meneleponku, dan mengatakan bahwa dia sedang berada di Semarang untuk urusan kerja dan menawariku untuk berkenalan dan bertemu muka.

Pertama kali aku ditawari begitu, aku agak bingung, karena hal seperti ini sangat baru bagiku, sudah mengenal seseorang, tapi belum pernah bertemu, dan sekarang akan bertemu orang tsb. Tapi akhirnya aku menyetujui, kita membuat janji untuk bertemu pada hari sabtu pagi (karena kantor Andy libur, hingga Andy mempunyai waktu untuk bertemu). Kita menetapkan tempat bertemunya di lobby Hotel Graha Santika (tempat Andy menginap) jam 9 pagi.

Pada hari dan jam yang sudah kita tentukan, aku datang ke sana sendirian, karena suamiku masih bekerja di perusahaannya (perusahaan tempat suamiku bekerja tidak libur pada hari sabtu), tetapi sampai di sana aku tidak menjumpai Andy, akhirnya aku bertanya ke bagian reception, dan menanyakan apakah ada tamu bernama Andy dari Jakarta, setelah di-check, ternyata ada, dan aku diberi tahu nomer kamarnya. Akhirnya aku telepon ke kamarnya, dan Andy mengangkat telepon, aku menanyakan apakah dia lupa dengan janji bertemunya, Andy menjawab bahwa dia tidak lupa, tetapi karena semalam dia harus bekerja menemani tamu sampai larut malam, akhirnya dia terlambat bangun, bahkan sekarang belum mandi.

Aku dapat memakluminya, tetapi aku bingung apakah aku harus menunggu di lobby sampai dia selesai mandi, atau harus bagaimana. Akhirnya Andy menawarkan bila aku tidak keberatan, aku dapat naik ke kamarnya dan menunggu di ruang tamu di kamarnya (ternyata kamarnya mempunyai ruang tamu sendiri, semacam suite room atau apa aku tidak menanyakannya), aku agak bingung juga, tetapi akhirnya aku menyetujui untuk naik ke kamarnya. Sesampai di depan kamarnya, aku tekan bel, lalu tidak lama kemudian Andy membuka pintu.

Ternyata Andy mempunyai wajah yang ganteng sekali, dan tubuhnya juga sangat macho, setelah kita berbasa-basi di ruang tamu kamarnya, Andy bilang permisi untuk mandi sebentar dan mempersilakan aku untuk main komputernya (dia membawa komputer kecil.., notebook?), dia bahkan membantu aku untuk meng-connect-kan ke internet, lalu Andy meninggalkanku untuk mandi.

Setelah aku sendirian, aku mencoba untuk masuk ke web untuk chatting, tetapi entah kenapa kok tidak bisa masuk web tsb, setengah teriak aku menanyakan ke Andy, dan Andy menjawab mungkin web tsb lagi down, dan Andy menyarankan untuk mencoba saja web yang lain, caranya lihat di historynya (aku tidak mengerti artinya..), tetapi karena aku tidak punya kerjaan, aku mencoba bagaimana caranya untuk membuka historynya (itupun dengan cara saling teriak dengan Andy), sampai akhirnya aku dengan tidak sengaja membuka web Cerita 17Tahun?, ini yang pertama aku membuka cerita 17Tahun, ternyata isinya adalah cerita cerita seks dengan bahasa Indonesia, lalu aku mencatat alamat webnya, dengan pertimbangan mungkin aku akan buka lagi di rumah. Lalu aku mulai membaca cerita-cerita yang ditampilkan, terus terang aku mulai terangsang karena membaca cerita seks tsb, aku merasa celana dalamku mulai lembab karena vaginaku mulai basah.

Sampai akhirnya Andy selesai mandi, dan keluar menemuiku. Pertama dia kaget melihat aku sedang membaca web cerita 17Tahun, akupun sangat malu melihat dia memergokiku sedang membaca cerita 17Tahun, dan segera aku men-disconnect komputernya ke internet dan menutup layar web cerita 17Tahun tsb, tetapi karena Andy sudah telanjur melihat aku membaca cerita 17Tahun, setelah beberapa waktu dia diam, akhirnya dia tertawa dan menanyakanku apakah aku pernah masuk ke web tsb, aku dengan malu malu menjawab belum. Andy bertanya lagi, bagaimana ceritanya..?, aku bingung menjawabnya..., sampai Andy tertawa lagi, kali ini sampai terpingkal pingkal, akhirnya aku juga ikut tertawa.

Setelah suasananya agak mencair, kami mulai ngobrol lagi, tentu dengan topik internet, ternyata Andy sangat menguasai internet, hingga aku dijelaskan banyak mengenai dunia internet, baru aku tahu bahwa internet tidak hanya digunakan untuk chatting dan kirim e-mail saja, ternyata sangat banyak manfaatnya. Bahkan Andy menjelaskan bahwa di internet kita dapat membuka web dewasa, misalnya cerita 17Tahun, dan web yang menampilkan gambar-gambar seks, aku agak penasaran dengan penjelasannya yang terakhir, dan rupanya Andy mengetahui keingintahuanku, lalu dia menawarkan untuk mencoba penjelasannya dengan membuka web-web dewasa tsb, rupanya komputer Andy mempunyai satu bagian (favourite..?), yang isinya adalah alamat web-web dewasa, hingga kita tidak perlu tiap kali menuliskan melalui keyboard, setelah Andy membuka web porno tsb, aku sangat kaget, karena isinya adalah gambar sepasang cowok-cewek sedang berhubungan seks, terus terang aku baru pertama kali melihat gambar gambar semacam itu, hingga aku sangat malu dan tidak tahu harus bagaimana, tapi sejujurnya aku mulai terangsang dengan melihat gambar tsb, tetapi kemudian Andy mengganti web tsb dengan web lain yang isinya juga tentang orang berhubungan seks, tetapi yang ditampilkan adalah film (movie), ini juga pertama kali aku melihat film orang bermain seks, ternyata film-film semacam itu juga sama dengan blue film (kata Andy). Sejujurnya aku belum pernah melihat blue film, melihat cewek mencium bahkan mengulum penis sampai mengeluarkan sperma, dan cowok menciumi vagina cewek.

Aku mulai merasa panas dingin melihatnya, mungkin aku mulai terangsang berat, dan entah bagaimana dan kapan mulainya ternyata Andy sudah memelukku dan mulai meraba payudaraku, pertama aku ingin berontak, karena aku merasa ini tidak boleh, tetapi entah bagaimana aku tidak bisa melakukan apa-apa, aku diam saja bahkan menikmati perlakuannya, sampai tangan Andy mulai menjelajah turun ke vaginaku, aku merasa celana dalamku sangat basah, Andy lalu mulai membuka pakaianku, entah bagaimana aku diam saja, hingga aku sekarang hanya memakai celana dalam dan BH, lalu aku ditarik masuk ke kamarnya dan aku ditidurkan di tempat tidurnya yang besar, di sini Andy mulai menciumi bibirku, terasa sangat hangat, tangan Andy tidak berhenti memainkan payudara dan vaginaku, hingga aku merasa sangat terangsang sekali, lalu Andy mulai membuka BH dan celana dalamku, dan mulai menciumi puting payudaraku, aku sudah pasrah dengan perlakuannya, dan sudah setengah sadar dengan apa yang dia lakukan, karena aku sudah sangat terangsang sekali, sampai ketika dia mulai menciumi vaginaku, aku merasakan hal yang sangat nikmat sekali (suamiku belum pernah menciumi vaginaku), aku merasa ada sesuatu yang akan meledak dari dalam vaginaku, sampai ketika aku membuka mata, ternyata Andy sedang membuka pakaiannya sampai dia telanjang bulat, ternyata Andy mempunyai penis yang sangat besar, mungkin sekitar 18-20 cm, dengan bulu yang lebat, lalu Andy mendekatkan penis di mulutku, sambil dia melanjutkan menciumi vaginaku.

Aku mengerti dengan keinginannya, karena aku baru melihat di web porno tadi, ada yang saling mencium penis dan vagina dengan posisi cewek di atas mengulum penis, dan cowok di bawah menciumi vagina. Walaupun aku belum pernah melakukan hal tsb, tetapi karena aku sangat terangsang dan juga setengah sadar, aku masukkan penis Andy ke dalam mulutku, terasa sangat susah karena penis Andy besar sekali, tetapi aku berusaha meniru cara mengulum penis (seperti di web), dan ternyata Andy mulai terangsang dengan kulumanku, aku merasakan penisnya mulai mengeras.

Sampai suatu saat Andy melepaskan penisnya dan membalikkan posisinya hingga penisnya tepat berada di depan vaginaku dan Andy mulai menekan penisnya ke dalam vaginaku, aku merasakan hal yang sangat nikmat sekali, yang belum pernah kurasakan dengan suamiku, ketika Andy mulai mengocok penisnya (mungkin karena penisnya sangat besar), setelah beberapa waktu Andy mengajakku untuk berganti posisi (aku belum pernah berhubungan seks dengan berganti posisi, biasanya dengan suamiku aku hanya berhubungan secara biasa saja), Andy menyuruhku tengkurap setengah merangkak, dan dia lalu memasukkan penisnya dari belakang, ternyata posisi ini sangat merangsangku, hingga dari liang kenikmatanku terasa ada yang meledak (inikah orgasme..?), setelah sekian waktu Andy belum juga mengeluarkan sperma, Andy lalu mencabut penisnya lagi dan menyuruhku untuk duduk dan dia memasukkan penisnya dari bawah, posisi ini kurang nikmat bagiku, karena terasa sakit di perut, ada yang terasa menyodok perutku, untung posisi ini tidak berlangsung lama, karena Andy akan mengeluarkan sperma, Andy lalu mencabut penisnya dan mengocok penisnya sendiri di depan mukaku, sampai ketika dia memuncratkan spermanya, aku tidak sempat mengelak, hingga spermanya muncrat mengenai mukaku, bahkan ada yang masuk ke mulutku, terasa asin, aku bingung sekali ketika Andy memintaku untuk menyedot penisnya, aku agak jijik, tetapi aku pikir sudah kepalang basah, dan aku ingin merasakan bagaimana rasanya menyedot penis yang sedang mengeluarkan sperma, lalu aku akhirnya menyedot penisnya, terasa ada sesuatu yang kental masuk ke dalam mulutku, rasanya asin, dan ternyata aku menyedotnya terlalu keras, hingga Andy mendesis-desis, entah keenakan atau kesakitan, sampai akhirnya penisnya mengecil.

Setelah aku membuang spermanya dari mulutku ke tissue, aku telentang sambil beristirahat, ternyata Andy langsung mulai menciumi vaginaku lagi, sampai aku merasa orgasme lagi. Ternyata rasanya nikmat sekali bila vagina diciumi, setelah selesai kami berdua masuk kamar mandi untuk membersihkan sperma di mukaku dan mencuci vaginaku, Andy juga mencuci penisnya. Ini adalah pertama kali aku berselingkuh dalam perkawinanku, aku merasa berdosa terhadap suamiku, tetapi bagaimanapun telah terjadi, dan aku tidak ingin suamiku mengetahui rahasiaku. Mungkin Andy membaca cerita ini, tetaplah pada janjimu bahwa perbuatan ini adalah yang satu-satunya buat kita.

Cerita sex supir pembantu dan majikan ngentot

Aku bekerja sebagai seorang sopir untuk pengusaha WNI kaya di Surabaya. Namaku Herman, umurku 25 tahun, dan berasal dari Malang. Aku sudah bekerja selama 3 tahun pada juraganku ini, dan aku sedang menabung untuk melanjutkan kuliahku yang terpaksa berhenti karena kurang biaya. Wajahku sih kata orang ganteng, ditambah dengan tubuh atletis dan kekar berkat latihan beban yang sangat aku gemari. Banyak teman SMA-ku yang dulu bilang, seandainya aku anak orang kaya, pasti sudah jadi play boy kelas berat. Memang ada beberapa teman cewekku yang dulu naksir padaku, tetapi tidak aku tanggapi. Mereka bukan tipeku. Entah mengapa, aku paling suka dengan wanita keturunan. Paling tidak tahan aku kalau melihat kulit mereka yang putih mulus, ingin rasanya merasakan kelembutannya.

Mungkin memang sudah normal bila seseorang tertarik dengan ras yang lain. Juraganku punya seorang anak tunggal, gadis berumur 17 tahun, kelas 2 SMA favorit di Surabaya. Namanya Inge. Tiap hari aku mengantarnya ke sekolah. Aku kadang hampir tidak tahan melihat tubuh Inge yang seksi sekali. Tingginya kira-kira 170 cm, dan payudaranya besar dan kelihatannya kencang sekali. Ukurannya kira-kira 36C. Ditambah dengan penampilannya dengan rok mini dan baju seragamnya yang tipis, membuatku ingin sekali menyetubuhinya. Setiap kali mengantarnya ke sekolah, ia duduk di bangku depan di sampingku, dan kadang-kadang aku melirik melihat pahanya yang putih mulus dengan bulu-bulu halus atau pada belahan payudaranya yang terlihat dari balik seragam tipisnya itu.

Tapi aku selalu ingat, bahwa dia adalah anak juraganku. Bila aku macam-macam bisa dipecatnya aku nanti, dan angan-anganku untuk melanjutkan kuliah bisa berantakan. Siang itu seperti biasa aku jemput dia di sekolahnya. Mobil BMW biru metalik aku parkir di dekat kantin, dan seperti biasa aku menunggu Non-ku di gerbang sekolahnya.
Tak lama dia muncul bersama teman-temannya.
"Siang, Non.., mari saya bawakan tasnya".
"Eh..., Pak, udah lama nunggu?", katanya sambil mengulurkan tasnya padaku.
"Barusan kok Non..", jawabku.
"Nge..., ini toh supirmu yang kamu bicarain itu. Lumayan ganteng juga sih..., ha..., ha..", salah satu temannya berkomentar. Aku jadi rikuh dibuatnya.
"Hus..", sahut Non-ku sambil tersenyum. "Jadi malu dia nanti..".
Segera aku bukakan pintu mobil bagi Non-ku, dan temannya ternyata juga ikut dan duduk di kursi belakang.
"Kenalin nih Pak, temanku", Non-ku berkata sambil tersenyum. Aku segera mengulurkan tangan dan berkenalan.
"Herman", kataku sambil merasakan tangan temannya yang lembut.
"Mei-Ling", balasnya sambil menatap dadaku yang bidang dan berbulu.
"Pak, antar kita dulu ke rumah Mei-Ling di Darmo Permai", instruksi Non Inge sambil menyilangkan kakinya sehingga rok mininya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yang putih mulus.
"Baik Non", jawabku. Tak terasa penisku sudah mengeras menyaksikan pemandangan itu. Ingin rasanya aku menjilati paha itu, dan kemudian mengulum payudaranya yang padat berisi, kemudian menyetubuhinya sampai dia meronta-ronta..., ahh.

Tak lama kitapun sampai di rumah Mei-Ling yang sepi. Rupanya orang tuanya sedangke luar kota, dan merekapun segera masuk ke dalam. Tak lama Non Inge ke luar dan menyuruhku ikut masuk.
"Saya di luar saja Non".
"Masuk saja Pak..., sambil minum dulu..., baru kita pulang".
Akupun mengikuti perintah Non-ku dan masuk ke dalam rumah. Ternyata mereka berdua sedang menonton VCD di ruang keluarga.
"Duduk di sini aja Pak", kata Mei-Ling menunjuk tempat duduk di sofa di sebelahnya.
"Ayo jangan ragu-ragu..", perintah Non Inge melihat aku agak ragu.
"Mulai disetel aja Mei", Non Inge kemudian mengambil tempat duduk di sebelahku.

Tak lama kemudian..., film pun dimulai..., Woww..., ternyata film porno. Di layar tampak seorang pria negro sedang menyetubuhi dua perempuan bule secara bergantian. Napas Non Inge di sampingku terdengar memberat, kemudian tangannya meremas tanganku. Akupun sudah tidak tahan lagi dengan segala macam cobaan ini. Aku meremas tangannya dan kemudian membelai pahanya. Tak berapa lama kemudian kamipun berciuman. Aku tarik rambutnya, dan kemudian dengan gemas aku cium bibirnya yang mungil itu.
"Hmm... Eh", Suara itu yang terdengar dari mulutnya, dan tangankupun tak mau diam beralih meremas-remas payudaranya.
Kubuka kancing seragamnya satu persatu sehingga tampak bongkahan daging kenyal yang putih mulus punya Non-ku itu. Aku singkap BH-nya ke bawah sehingga tampaklah putingnya yang merah muda dan kelihatan sudah menegang.

"Ayo..., hisap Pak.., ahh". Tak perlu dikomando lagi, langsung aku jilat putingnya, sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang sebelah kiri. Aku tidak memperhatikan apa yang dilakukan temannya di sebelah, karena aku sedang berkonsentrasi untuk memuaskan nafsu birahi Non Inge. Setelah puas menikmati payudaranya, akupun berpindah posisi sehingga aku jongkok tepat di depan selangkangannya. Langsung aku singkap rok seragam SMA-nya, dan aku jilat CD-nya yang berwarna pink. Tampak bulu vaginanya yang masih jarang menerawang di balik CD-nya itu.

"Ayo, jilatin memekku Pak", Non Inge mendesah sambil mendorong kepalaku. Langsung aku sibak CD-nya yang berenda itu, dan kujilati kemaluannya.
"Ohh..., nikmat sekali...", erangan demi erangan terdengardari mulut Non-ku yang sedang aku kerjai. Benar-benar beruntung aku bisa menjilati kemaluan seorang gadis kecil anak konglomerat. Tanganku tak henti mengelus, meremas payudaranya yang besar dan kenyal itu.

"Aduh, cepetan dong, yang keras..., aku mau keluar.., ehhmm ohh..". Tangan Non Inge meremas rambutku sambil badannya menegang. Bersamaan dengan itu keluarlah cairan dari lubang vaginanya yang langsung aku jilat habis. Akupun berdiri dan membuka ritsluiting celanaku. Tapi sebelum sempat aku buka celanaku, Non Inge telah ambil alih.
"Biar saya yang buka Pak", katanya.
Tangannya yang mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas penisku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sambil tangannya meremas-remas pantatku. Akupun sudah tak tahan lagi, langsung aku buka CD-ku sehingga penisku yang berukuran 20 cm dan sudah tegak, bergelantung ke luar.

"Ih, besar sekali", desis Non Inge, sambil tangannya mengelus-elus penisku. Tak lama kemudian dijilatinya buah pelirku terus menyusuri batang kemaluanku. Dijilatinya pula kepala penisku sebelum dimasukkannya ke dalam mulutnya. Aku remas rambutnya yang berbando itu, dan aku gerakkan pantatku maju mundur, sehingga aku seperti menyetubuhi mulut anak juraganku ini. Rasanya luar biasa..., bayangkan..., penisku yang berukuran 20 cm itu dan berwarna hitam legam sedang dikulum oleh mulut seorang gadis manis. Pipinya yang putih tampak menggelembung terkena batang kemaluanku.
"Punyamu besar sekali Pak..., saya suka.., ehmm..", katanya sambil kemudian kembali mengulum kemaluanku.

Setelah kurang lebih 10 menit Non Inge menikmati penisku, dia suruh aku duduk di sofa. Kemudian dia menghampiriku sambil membuka seluruh pakaiannya sehingga dia tampak telanjang bulat. Dinaikinya pahaku, dan diarahkannya penisku ke liang vaginanya.
"Ayo.., setubuhi saya..", katanya memberi instruksi, aku tahu dia ingin merasakan nikmatnya penisku yang besar itu. Diturunkannya pantatnya, dan peniskupun masuk perlahan ke dalam liang vaginanya.

Kemaluannya masih sempit sekali sehingga masih agak sulit bagi penisku untuk menembusnya. Tapi tak lama masuk juga separuh dari penisku ke dalam lubang kemaluan anak juraganku ini.
"Ahh..., yeah..., sekarang masukin deh penis bapak yang besar itu di memekku", katanya sambil naik turun di atas pahaku. Tangannya meremas dadanya sendiri, dan kemudian disodorkannya putingnya untukku.
"Yah, begitu dong Pak", Tak perlu aku tunggu lebih lama lagi langsung aku lahap payudaranya yang montok itu. Sementara itu Non Inge masih terus naik turun sambil kadang-kadang memutar-mutar pantatnya, menikmati penis besar sopirnya ini.
"Sekarang setubuhi saya dalam posisi nungging..", instruksinya. Diapun turun dan menungging menghadap ke sofa.
"Ayo Pak.., setubuhi saya dari belakang", Non Inge menjelaskan maksudnya padaku. Akupun segera berdiri di belakangnya, dan mengelus-elus pantatnya yang padat.

Kemudian kuarahkan penisku ke lubang vaginanya, tetapi agak sulit masuknya. Tiba-tiba tak kusangka ada tangan lembut yang mengelus penisku dan membantu memasukkannya ke liang vagina Non Inge. Aku lihat ke samping, ternyata Mei Ling, yang membantuku menyetubuhi temannya. Dia tersenyum sambil mengelus-elus pantat dan pahaku.

Aku langsung menyetubuhi Non Inge dari belakang. Kugerakkan pantatku maju mundur, sambil memegang pinggul Nonku.
"Ahh..., Pak..., Pak..., Terus.., nikmat sekali", Non Inge mengerang nikmat. Tubuhnya tampak berayun-ayun, dan segera kuremas dari belakang. Kupilin-pilin puting susunya, dan erangan Non Inge makin hebat.

Mei Ling sekarang telah berdiri di sampingku dan tangannya sibuk menelusuri tubuhku. Ditariknya rambutku dan diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sambil berciuman dibukanya kancing baju seragamnya sehingga tampak buah dadanya yang tidak terlalu besar, tetapi tampak padat.
"Ohh.., terus dong pak yang cepat", Non Inge mengerang makin hebat. Tak berapa lama terasa cairan hangat membasahi penisku.
"Non..., saya juga hampir keluar..", kataku.
"Tahan sebentar Pak.., keluarin dimulutku...", kata Non Inge.

Non Inge dan Mei Ling berlutut di depanku, dan Mei-Ling yang sejak tadi tampak tak tahan melihat kami bersetubuh di depannya, langsung mengulum penisku di mulutnya. Sementara itu Non Inge menjilat-jilat buah pelirku. Mereka berdua bergantian mengulum dan menjilat penisku dengan penuh nafsu. Akupun sibuk membelai rambut kedua remaja ini, yang sedang memuaskan nafsu birahi mereka.
"Ayo, goyang yang keras Pak..", Non Inge memberiku instruksi sambil menelentangkan tubuhnya di atas karpet ruang keluarga.
"Ayo penisnya taruh di sini Pak", kata Non Inge lagi. Akupun segera menaruh berlutut di atas dada Non-ku dan menjepit penisku di antara dua bukit kembarnya. Segera aku maju mundurkan pantatku, sambil tanganku mengapitkan buah dadanya.
"Oh, nikmat sekali..".

Sementara Mei Ling sibuk mengelap tubuhku yang basah karena keringat. Tak berapa lama kemudian, akupun tak tahan lagi. Kuarahkan penisku ke dalam mulut Non Inge, dan dikulumnya sambil meremas-remas buah pelirku.
"Ahh..., Non..., ahh", jeritku dan air manikupun menyembur ke dalam mulut mungil Non Inge. Akupun tidur menggelepar kecapaian di atas karpet, sementara Non Inge dan Mei Ling sibuk menjilati bersih batang kemaluanku.

Setelah itu kamipun sibuk berpakaian, karena jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Orang tua Inge termasuk orang tua yang strict pada anaknya, sehingga bila dia pulang telat pasti kena marah. Di mobil dalam perjalanan pulang, Inge memberiku uang Rp 100.000,-.
"Ambil Pak, buat uang rokok, Tapi janji jangan bilang siapa-siapa tentang yang tadi ya", katanya sambil tersenyum. Akupun mengangguk senang.
"Besok kita ulangi lagi ya Pak..., soalnya Mei-Ling minta bagian".

Demikian kejadian ini terus berlanjut. Hampir setiap pulang sekolah, Non Inge akan pura-pura belajar bersama temannya. Tetapi yang terjadi adalah dia menyuruhku untuk memuaskan nafsu birahinya dan juga teman-temannya, Mei-Ling, Linda, Nini,dll.
Tapi akupun senang karena selain mendapat penghasilan tambahan dari Non Inge, akupun dapat menikmati tubuh remaja mereka yang putih mulus.

Cerita seks dengan tiga cewek seksi

Novie, pacarku ini orangnya lugas. Soalnya sudah menjadi Account Manager di suatu biro iklan, diberi mobil perusahaan dan punya rumah sendiri, tetapi tidak mau di kantor mempunyai status married. Umurnya 30-an, tetapi sudah "main-main" denganku sejak usia 23 tahun.

Badannya ramping dan aku senang payudaranya yang tidak besar (justru tidak mudah "peot"). Kalau payudaranya aku isap lama-lama, dia akan dorong kepalaku, "Aku sudah terangsang, lagian 'ntar putingnya gede peperti orang punya anak, susah aku!". Permainannya sering membuatku kelimpungan saking enaknya, desahannya kalau lagi syuur sangat menggugah gairah. Yang aku senang, kalau sedang menginap di rumahnya, pagi-pagi kalau mebangunkanku, dia pegang-pegang penisku (kalau tidur aku tak pakai CD dan hanya pakai celana pendek). Biasanya dia sengaja telanjang bulat, dengan posisi "69", dia pegangi dan masukin penisku ke mulutnya dan dijilatinya sampai penuh berlumuran liurnya. Kalau aku terbangun, dia tidak mau kujilatin clitorisnya. Maunya dicium-cium saja sambil digelitiki.

Kalau "gairahnya sudah naik", dia akan berbalik, aku ditelentangin dan dia naik ke atas badanku sambil memasukkan penisku ke vaginanya. Kalau itu terjadi pagi hari, kami akan langsung main dan cepat selesai. Kalau ini terjadi sore atau malam hari, permainan dapat berlangsung lama. Kalau di kantornya ia merasa horny, dia akan menelepon minta bertemu. Lalu kami bertemu di motel. Kalau mainnya di motel, dalam waktu 4 jam, kami dapat mengulangnya sampai 3-4 kali. Ini yang disenanginya dariku. Dapat main beberapa kali dalam waktu 3-4 jam. Dia memang sangat free soal beginian dan model aktif. Kalau sudah di atas badanku, dia akan terengah-engah dan tersengal-sengal, pantatnya dinaik-turunkan, berputar menikmati sensasi seksual yang dirasakannya. Kepalanya melengak-lengok, matanya merem-melek, satu tangan memegangi selangkanganku, ibu jari dan telunjuk tangan yang lain meremasi putingnya sendiri. Tanganku kadang ikut meremasi payudaranya atau memegangi pantatnya, ikut mengatur irama naik turun badannya di atas penisku. Kalau pas seperti ini, aku senang melihatnya sedang menikmati sensasi semacam itu. Apalagi kulitnya putih (keturunan Cina), perutnya datar, mukanya memancarkan gairah yang meledak-ledak. vaginanya sangat banyak berair (menurut pengalamanku, keturunan Cina biasanya begitu), sampai berbunyi "Plok..., oplok..., cipak..., oplok..., ciplak..., ciplak..., oplok".
Äcara "naik kuda" ini berlangsung kurang lebih 3 menit. Lalu ia mengerang-erang dan minta ganti posisi. Ia lalu membaringkan diri di atas badanku, dengan menggit bibirku, menyelipkan lidahnya kesana-kemari sambil memeluk, dia membalikkan badanku.

Setelah berada di bawah, pantatnya naik-turun dengan hebatnya. Atau diputarnya sedemikian rupa, sehingga aku yang kelimpungan keenakan. Kadang bed tempat kami main cinta akan demikian kusutnya, karena kami bergerak dengan liar kesana-kemari secara diagonal. Dari sudut kiri bawah (bagian kaki bed), lalu ke sudut kanan bawah. Lalu ke kanan atas (bagian kepala), lalu ke tengah lagi. Kemudian ke kiri, ke kanan, ke tengah, begitu terus tidak bisa diam. Gerakannya sangat ekspresif. Kadang rambutku diremas-remas habis, atau tangannya juga melambai-lambai kesana-kemari, mulutnya menggumamkan segala macam kata.
"Enaak..., lagii..., masukin semuaa..., tekan dongngng..., bagian kiri (vaginanya maksudnya) mbok diteken..., aahh..., laaggii..., tekeenn..., ahh". Biasanya bagian seperti ini berlangsung 10 menitan. Kalau akan orgasme, dia akan menggeram keras-keras sambil menggurat-guratkan tangan ke punggungku. Ini tandanya giliranku menyerang. Pantatku akan bergoyang demikian hebat, penisku cepat sekali keluar-masuk vaginanya. Sampai akhirnya, terlepaslah spermaku. Merasakan cairan hangat ini menyemprot deras memasuki sudut-sudut vaginanya, dia akan memelukku erat-erat. Hebatnya, tidak seperti cewek-cewekku yang lain, begitu selesai, begitu penisku dicabutnya dan ia langsung memakai pakaiannya. Cewek-cewek lain kan biasanya menikmati rasa nikmat itu dulu, tiduran telanjang sambil berpelukan. Cewek lain malah memintaku di atas tubuhnya terus selama mungkin. Kadang sampai ia tertidur. Dan penisku lemas sendiri dan keluar sendiri. Tetapi ya memang lain-lain perilakunya. Salah satu yang disukai Novie ini adalah melakukan permainan seks di dapur, sambil berdiri. Biasanya kami memutar video porno dulu. Ini dilakukan di ruang tengah, tidak di kamarnya. Biasanya pembantunya sudah tidur. Sambil tangan kami berusaha "ramah" (rajin menjamah bagian badan masing-masing), mata melihat video. Yang disukainya adalah ketegangannya, apalagi kalau pembantunya sempat lewat mau pipis ke kamar mandi pembantu. Biasanya saluran TV-nya langsung dipindah ke acara lain, sampai pembantu masuk lagi ke kamarnya. Kalau sudah sampai puncak tidak dapat menahan diri, ia akan menyeretku ke dapur.

Ia duduk di bibir tempat masak, kakinya menjuntai. Kepalaku dibimbingnya ke arah puting susunya yang putih dan sudah tegang, sementara tanganku dimasukkannya ke dalam vaginanya sambil memelorotkan celananya. Lalu baju atau kaos atasnya juga aku pelorotin. Tangannya berusaha menurunkan retsleting celanaku, memelorotkan celana pakai kakinya, sambil mengeluarkan penis yang sudah tegang. "Besar amat...", bisiknya sambil mengelus ujung kepala penisku. Sensasinya, menurut tukar pengalaman kami, seperti kalau putingnya yang sudah tegang dielus-elus atau diisap-isap. Lalu dielus-eluskannya ujung kepala penis itu ke mulut vaginanya. Ia tidak suka kalau dimasukkan dengan tergesa-gesa. Kalau merasa sudah tak tahan, segera didekapnya badanku dan "blees", kepala dan badan penisku hilang masuk ke vaginanya yang sudah basah. Supaya mudah, ia akan turun dari bibir tempat masak, dan mulai gila menggoyangkan pantatnya atau memaju-mundurkannya dengan rengekan manja. Sering sampai mulutnya kututup pakai tangan, supaya pembantunya tidak terbangun. Kalau bersetubuh sambil berdiri ini, ia tidak akan tahan sampai lama. Begitu keluar, ia minta aku juga mempercepat serangan. Dalam hal ini, pancaran spermaku biasanya lebih keras dan lebih banyak, karena dia mengatakan semprotannya terasa sampai dalam.

Selama berhubungan denganku (8 tahun), katanya dia setia tidak mencari pria lain. Soalnya, pengalaman seksnya yang "mengesankan" pertamakali dirasakannya denganku. Aku sendiri selama itu sempat punya beberapa cadangan. Soalnya kadang-kadang kalau lagi sibuk mikirin kerja atau proyeknya, Novie sulit "diajak berhubungan". Atau dia cenderung memegang kendali. Jadi kalau sedang kecewa, aku sering mencari Neneng, perek bersih yang vaginanya nikmat dijilati dan suka menjilati penisku. Atau mencari Mona, janda yang kalau ketemu dari caranya memegangi badanku dan mendekapnya membuatku ini sepertinya tidak bakal dilepaskan. Neneng ini vaginanya kering, sehingga sering kuolesi pelumas supaya penisku mudah masuk. Bertemunya juga kebetulan. Ia liften, masuk mobil, langsung mencium karena katanya aku sangat ganteng wajahnya. Setelah itu tangannya beroperasi kesana-kemari dan minta minggir. Di situ aku mendapat the best blowjob I ever had, mengulum penisku sampai aku mengerang-erang sambil tetap duduk pegang setir, yang terasa hebatnya sampai ke otak. Dia turun ketika sudah sampai di tujuannya, menciumku sekali lagi, hilang begitu saja. Ketemu lagi 2 minggu kemudian. Sesuai latar-belakang budayanya, ia suka mijetin aku (kalau Novie, ia yang minta dipijetin).

Cuma, lama-lama setelah dekat, dia bilang, "Mungkin gue jatuh cinta nih ama lu".
Lalu sehabis itu kalau mau berhubungan, dia ada pada posisi yang menunggu. Tahu alasannya?, "Kan 'istri' tidak boleh minta dan agresif-agresif sama 'suami', begitu kata emak dulu", jawabnya. Busyeet deh, padahal aku suka keagresivannya! Neneng ini badannya sekal, payudaranya besar dan padat. Enak kalau dipegang dan diremas. Badannya wangi, nikmat banget kalau didekap. Potongan rambutnya selalu pendek dan aku suka itu. Aku paling senang menjilati vaginanya. Kalau aku sudah lemas setelah main 2-3 kali, dia menggesek-gesekkan pantatnya yang montok ke penisku, lalu dijilati dan penisku menjadi besar. Atau kalau tidak, ia main blowjob sambil merangsang buah zakar dengan teknik yang hebat. Aku selalu merem-melek dibuatnya. Aku berpisah dengan Neneng karena setelah jatuh cinta kepadaku, dia minta mundur, walaupun kalau ada tugas kantor keluar kota dia suka kuajak.

Kalau Mona, karena ia janda, kalau ketemu care-nya sangat baik. Kadang aku merasa di-rawat seperti anaknya. Kalau bertemu Mona selalu diawali dengan pemanasan seks yang menyenangkan. Kadang aku baru masuk rumahnya, pintu ditutup, aku lalu ditelanjangi di situ dan kami main di belakang pintu tanpa alas apapun. Mainnya tidak pernah hanya satu kali. Kadang setelah permainan kedua, dengan penis masih di dalam vaginanya, ia berdiri dan minta diantar ke dapur. Telanjang bulat berdua kami ke dapur. Di dapur main lagi sambil berdiri. Atau ke kamar mandi dan main lagi. Kalau dari depan pintu langsung naik ke tempat tidur, alamat aku tak akan boleh turun dari situ sampai keesokan harinya. Aku akan dijadikan pejantan setengah hari plus satu malam plus setengah hari lagi. Makan dilayani, digosok sebagai ganti mandi dan penis atau putingku jadi sasaran terus. Dia sangat suka kalau clitorisnya digosok-gosok. Kalau tidak dijadikan tawanan di tempat tidur, sehabis ditelanjangi pertama kali sejak datang, kami berdua tak akan berpakaian lagi. Makan dengan keadaan tanpa busana, mandi bersama, nonton TV juga hanya dengan mengenakan selimut. Anehnya, kalau di depan umum, Mona tak akan menyapa. Pernah janjian ketemu di satu mall, ia hanya memberi isyarat untuk mengikutinya dari belakang. Tak mau menjawab pertanyaan atau berjalan bergandengan.

Mona akhirnya diajak kawin lagi oleh mantan suaminya, yang memergokiku keluar dari rumahnya. Rasa cemburunya bangkit lagi, lalu minta kawin lagi dan Mona diboyong ke Itali. Tetapi semua itu aku rasa karena pengalaman dengan Novie membuat aku PD menghadapi cewek lain. Buktinya di Surabaya aku pernah ketemu cewek, main sampai 4 kali di hotel dan membayar cukup banyak. Eh, malam berikutnya dia datang lagi tanpa diundang (nunggu aku dulu pulang dari urusan kantor, di lobi lebih dari 2 jam), dan begitu juga 2 malam berikutnya.
Dia datang "menyerahkan tubuhnya" dengan suka rela!
"Enak bergaul, menggauli dan digauli sama kamu", katanya merem-melek. Tentang Novie sendiri, ketika ada orang yang naksir dia (berkedudukan mantap, lebih kaya), dan dia bilang "sudah butuh suami", aku dorong supaya dia mau menerima orang itu. Aku sendiri, katanya, nikmat diajak main sebagai "teman", tetapi bukan sebagai suami.
"Kebanyakan main-main di luar", katanya. "Yang jadi isteri pasti merasa tidak aman". (Terserahlah!-Who cares? Katanya, sebetulnya mereka merencanakan menikah akhir tahun 1999 ini, tetapi karena hitungannya (hitungan apa aku tidak mengerti) tak cocok, sehingga mereka akan menikah Februari 2000 nanti.


TAMAT