Cerita seks bertiga Aku, Istri dan Temanku 03

Sambungan dari bagian 02


Puas dengan posisi ini ganti istriku ditelentangkan, lalu Lud menindih istriku setelah penisnya dimasukkan semuanya ke vagina istriku, lalu pantatnya digoyang memutar sehingga bulu kemaluannya menggesek clit dan seluruh vagina istriku dan penisnya memutar di dalam lubang vagina sehingga istriku menggelinjang lagi dengan tangannya menarik lepas sprei. Sedangkan mau mengerang sulit, karena bibirnya dikecup kuat-kuat oleh Lud. Yaah, menonton itu penisku jadi tegang terus sampai kemeng rasanya, dan adegan ini berjalan cukup lama sampai kira-kira 10 menit lebih. Dan dalam waktu 10 menit itu paling tidak istriku sudah mencapai klimaks sampai 2 kali. Setelah itu kakinya yang kekar itu keduanya ditumpangkan ke kedua kaki istriku yang ramping dan indah itu lalu pantatnya digoyangkan naik turun hingga penisnya ikut juga. Dengan posisi ini penisnya betul-betul kejepit dengan bibir vagina istriku sehingga gesekannya betul-betul terasa di vagina istriku sampai istriku berulang kali menelan air liurnya dan geleng-geleng kepala saat klimaks.

Lud minta ganti posisi lagi, sekarang dia agak mengangkat pantatnya dan ganti istriku yang harus menggoyangkan pantatnya memutar hingga penis Lud diputar dengan vagina istriku. Kira-kira 5 menit lewat masih belum lepas juga maninya, padahal kalau aku yang diputar penisnya oleh istriku 5 menit langsung muncrat maniku, akhirnya malah istriku sendiri yang klimaks lagi. "Aduuh Lud... aduh Lud.... nikmatnya luar biasa aku sudah tak kuat menahannya lagi semprotkan manimu Lud", pinta istriku. Baru kemudian posisi istriku ditarik ke bawah sehingga pantatnya di pinggir kasur, kemudian Lud turun dan kaki istriku diminta mentang lebar-lebar dan diangkat tinggi lalu Lud menancapkan penisnya dari bawah dengan sedikit membungkuk agar tangannya bisa meremas buah dadanya.

Lalu mulailah ditembaknya vagina istriku dengan penisnya, pertama mulai pelan-pelan lalu tambah lama tambah keras dan cepat menembaknya sampai tiap kali ditekan pantat istriku terpental naik. Untuk itu terpaksa tangannya melepas buah dada istriku dan memegang pinggangnya supaya kalau ditembak keras vaginanya, pantatnya tak naik tapi penisnya yang deras menghunjam masuk menerobos sampai mulut rahim istriku. "Aduuh Lud... aduh Lud... nikmat banget penismu Lud, tapi aku tak kuat menahan nikmatnya Lud..., aku butuh manimu Lud dan penismu sudah makin hangat Lud", teriak istriku. Akhirnya "Huuuuh", desis Lud dan "Cruttt", maninya muncrat, "Huuuh", desis Lud lagi dan "Cruttt", maninya muncrat lagi dan setiap kali maninya muncrat istriku mengerang, "aach... sseett!" Setelah itu Lud tengkurap di tubuh istriku, "Lud tubuhku hangat rasanya kena semprotan manimu", kata istriku. Kemudian tubuh istriku diangkat naik dan Lud segera tidur di sebelahnya dengan memeluk istriku dan penisnya yang masih tegang itu dimasukkan lagi ke dalam vagina istriku dan kemudian kedua tubuh yang bugil itu diselimuti. Melihat itu walaupun penisku tegang aku tak ikut masuk sebab kupikir istriku capai apalagi vaginanya masih disumpal dengan penis Lud, jadi terpaksa aku masuk ke kamar dan tidur.

Suatu saat aku terbangun, karena terasa penisku dipijit-pijit dan ketika membuka mata ternyata istriku dengan masih dibopong di muka berpelukan oleh Lud tangan istriku memijit-mijit penisku. Ketika aku bangun, istriku bilang, "Ayo Pi jangan tidur saja Mami mau disemprot Mani lagi berdua berbarengan." Eeeh, ternyata pikiranku tadi meleset, kukira istriku yang lemah lembut itu sudah capai tadi ternyata masih ingin dikerjain berdua lagi. Aku lihat ternyata vagina istriku tetap didongkrak dengan penis Lud, jam saat itu sudah jam 1 tengah malam jadi aku sudah tidur dua jam. Kemudian istriku ditidurkan di bawahku dan langsung Lud mulai menembak vagina istriku dengan penisnya yang gede itu dan aku terpaksa bangun mendekatkan penisku ke mulut istriku untuk dihisap. Penisku terus dijilati disedot lubangnya sambil kantong penisku diremas-remas dan rambut bawah kantong penisku ditarik-tarik juga pinggiran lubang anusku dielus-elus dengan jarinya hingga aku terus bernafsu dan tegang lagi.

Memang kalau kita main bertiga ini tambah terangsang demikian juga Lud yang menembakkan penisnya semakin seru dan nafasnya mulai ngos-ngosan dan crot... crot... crot, maninya muncrat ke dalam vagina istriku, kulihat itu tak tahan juga langsung maniku kulepaskan juga dan memenuhi mulut istriku dan setelah ditelan mulutnya dibuka ditunjukan padaku kalau maniku sudah habis masuk. Dan Lud pun lalu menelungkup di atas istriku untuk istirahat, tapi mulutnya masih sempat menghisap-hisap pentil istriku. Lalu dia bilang,
"Waah Pi, mani Lud rupanya masuk terus ke dalam rahimku sebab tiap nyemprot tak pernah keluar lagi, apa karena vaginaku disumpal terus dengan penisnya Lud ya Pi? sebab biasanya kalau punya Papi paling 1 jam sudah mengalir keluar lagi walaupun nyemprotnya keras banget." Belum sempat kujawab, Lud bilang,
"Gila, istrimu itu minta disumpal terus vaginanya, pokoknya penisku malam ini tak boleh lepas dari vaginanya."
"Nggak Pi, Lud yang minta dulu supaya penisnya dipendam semalam suntuk dalam vaginaku, dan aku setuju", jawab istriku.

"Penisnya terasa hangat terus di vaginaku, dan kalau mulai tegang terasa mulai goyang-goyang dan semakin keras yang menyodok-nyodoknya Pi, kalau tidur walaupun sudah tidur pula penisnya tetapi kepala penisnya tetap nyantol di bibir vaginaku jadi tak mau lepas seperti Papi punya biasanya lepas sendiri kalau tidur." kata istriku. Setelah fit kembali istriku dibopong lagi dengan masih disodok vaginanya dengan penisnya dan dibawa balik ke kamar depan dan aku pun tertidur lagi karena mengantuk. Seperti biasa aku selalu bangun jam 4.30 pagi selain kebiasaan kadang-kadang penisku tegang sendiri jam-jam itu. Pagi itu penisku juga tegang lalu aku bangun dengan maksud mau naiki istriku, kumasuk ke kamarnya ternyata istriku masih tidur berpelukan dengan Lud dengan tubuh diselimuti. Aku mencoba mendekati kepala istriku dan kubelai-belai pipinya dan istriku terbangun.
Aku bilang, "Penisku tegang nih, yo tak semprotkan ke vaginamu."
Istriku berbisik, "Aduuuh Pi, penis Lud masih menancap terus dalam vaginaku kalau tak ditarik tak bisa lepas sebab nyantol kepalanya, Papie tak hisap saja ya penisnya?"
"Oke", sahutku.
Lalu istriku menengadah dan kudekatkan penisku supaya bisa masuk ke mulutnya, lalu kukocok sendiri penisku dan kugosok-gosokkan kepalanya ke bibirnya dan kadang-kadang kumasukkan dalam-dalam ke mulutnya. Karena sudah cukup lama tegangnya tak lama hanya 5 menit maniku sudah muncrat lagi ke dalam mulut istriku dan kemudian seluruh bagian kepala penisku dijilati untuk membersihkan maniku dan setelah itu baru ditelan semua maniku. Aku bertanya,
"Mami tidak nelan maninya Lud toch dan tak dimasuki lubang anusnya juga ya?"
"Tidak Pi, semua maninya Lud masuk ke dalam vaginaku dan sampai sekarang belum keluar sehingga rasanya ada sesuatu barang dalam perut yang hangat! Lalu Lud hanya mencabut penisnya kalau minta dihisap setelah itu dimasukkan kembali ke vaginaku", jawab istriku.

Kukecup bibirnya dan kubisiki, "Baik-baik ya Mi, semoga dapat kenikmatan lagi!" Lalu aku keluar kamar dan tiduran lagi. Aku terbangun lagi pukul 6 pagi langsung kupergi mandi dan kemudian duduk di sofa menonton TV. Ternyata istriku baru saja diajak bersetubuh lagi oleh Lud, karena baru saja berada di atas istriku kemudian tidur lagi dengan berangkulan lagi. Karena bosan lihat TV lalu kupergi keluar untuk lihat pemadangan alam dan jalan-jalan di taman. Kira-kira sejam kemudian aku balik ke motel dan kulihat kamarnya sudah kosong, rupanya mereka mandi berdua. Aku masuk ke kamar dan melihat di tempat tidur ada gelang karet berbulu yang dipakai dan ada cincin dari bulu buntut kuda. Aku nonton TV lagi, rupanya lama sekali mereka mandi. Kucoba mendekat ke pintu kamar mandi dan menempelkan kupingku di pintu, oh ternyata mereka main lagi dalam kamar mandi sebab terdengar rintihan istriku, "Aduuuh Lud... aduuh Lud... enaknya penismu Lud, nikmat banget Lud rasanya." Kemudian suaranya Lud, "aach... Hwa, vaginamu juga nikmat, aku kangen terus dengan vagina dan payudaramu yang kenyal ini Hwa!"

Aku balik nonton TV lagi jadinya, kira-kira 30 menit lagi mereka keluar dari kamar mandi dengan masing-masing berbalut handuk tubuhnya dan sekarang sudah pisah tidak nyantol lagi penisnya di vagina istriku. Mereka masuk ke kamar dan ganti pakaian, kulihat istriku pakai celana dalam mini warna merah dan pakai bra mini warna merah juga, lalu pakai rok bawah mini hitam dan kaos strip hitam putih tapi pendek jadi hanya sampai bawah bra saja, jadi perutnya yang langsing putih agak kelihatan dari luar. Melihat istriku pakai kaos agak ketat, Lud bilang, "Hwa, kamu jangan pakai bra saja lebih bagus karena kaosmu ketat." Istriku pertama menolak, "aah katanya mau keluar makan dan nanti mau pulang segala nggak enak kalau tak pakai BH." Lud bilang, "Kita kan hanya makan di restoran sini saja sebelum pulang, sebab nanti aku masih mau main lagi Hwa." Jadi terpaksa istriku menurut dengan melepas lagi BH mininya. Eeeehh, ternyata betul juga pendapat Lud, sebab tanpa BH pun ternyata buah dada istriku tetap tegak menantang hanya bedanya putingnya agak nampak jelas dari kaosnya dan kalau jalan kelihatan sedikit bergoyang-goyang buah dadanya.

Setelah semua siap kami pergi makan ke restoran hotel pukul 8.15, di sana kita lihat ada 2 pasangan lagi rupanya juga bermalam di hotel itu sebab yang cewek ada yang masih pakai pakaian tidur segala. Selesai makan kita jalan-jalan di taman sebentar sambil ngobrol-ngobrol lalu balik ke motel dan duduk untuk nonton TV. Baru beberapa menit perutku terasa sakit, terpaksa aku ke kamar mandi untuk buang air besar. Selesai buang air besar aku mau menonton TV lagi, ternyata mereka berdua sudah tak ada dan masuk ke kamar lagi. Aku melihat istriku sudah tak mengenakan kaos lagi tapi sedang memakai BH mininya, sedang Lud sedang melepas celana dan kemudian bajunya lalu dia menarik istriku dan ditidurkannya ke ranjang lalu ditindihnya lagi istriku, yaah rupanya mau main lagi mereka. Ternyata benar, rok mini istriku dilepas lalu CD mininya disingkap ke pinggir pangkal paha lalu penisnya dikeluarkan dari CD-nya dan dimasukkan ke vaginanya istriku. Jadi Lud main dengan masih pakai CD dan istriku pakai BH dan CD mini. Karena branya mini, otomatis payudara istriku mencuat keluar ketika terkena remasan tangan Lud sambil pantatnya terus menggenjot naik turun dengan cepatnya. Kira-kira hampir 10 menit terdengar istriku berteriak, "Aduuuh Lud, hangatnya manimu, lepaskan semua manimu Lud!" karena sebelumnya istriku cuma mendesis terus kenikmatan. Nampak sesaat lagi Lud jatuh menelungkup di atas istriku.

Karena sudah hampir jam 10 kubangunkan mereka, sebab Lud harus berangkat pulang dengan pesawat jam 11.00. Kuselesaikan semua rekening hotel sementara mereka berpakaian lagi. Kita langsung menuju airport tepat sampai airport pk 10.30. Lalu kita ngomong sebentar dan Lud usul, "Kalau lain kali kita main berempat dengan istriku, bagaimana?" Pertama istriku keberatan sebab aku tak boleh main dengan wanita lain. Tapi Lud menjelaskan kalau wanita itu adalah keponakannya sendiri yang kerja jadi sekretarinya dan kadang-kadang melayani tamu-tamunya yang membutuhkan hiburan. Jadi pasti bersih dan usianya masih muda baru 19 tahun, cukup seksi hanya buah dadanya agak sedikit lebih kecil dari istriku. Kalau istri dia pasti kurang ramai karena agak kerempeng dan tidak ceria, jadi aku dikhawatirkan tak bisa tegang. "Jadi bisa ramai Hwa, kita main 2 pasang dalam satu kamar pasti hot", kata Lud.

Akhirnya istriku setuju kapan-kapan main berempat, tiba-tiba istriku pergi lari-lari ke kamar mandi. Setelah pulang dari kamar mandi, aku bertanya, "Ada apa?" Dia menjawab sambil menunjukkan CD mininya yang digenggam. "Waah, maninya Lud mulai keluar, CD-ku sampai basah dan lengket jadi tak nikmat dipakai. Mungkin rokku juga basah belakangnya." Ternyata betul bagian bawah vaginanya basah, karena Lud sudah hampir check in lalu kami berdua langsung pamit pulang dulu setelah dikecup bibirnya oleh Lud. Kami segera menuju mobil dan jok tempat istriku duduk dilembari dengan kertas koran, hampir sampai di rumah istriku mengeluh lagi, "Aduh Pi, maninya keluar lagi rasanya basah dan lengket semua pahaku. Cepat dikit Pi!" Kukebut terus dan sampai di rumah mobil kuparkir di tepi jalan dan istriku turun lalu menekan bel, setelah dibuka oleh pembantuku dan segera istriku masuk ke kamar utama kita dan masuk ke kamar mandi dalam tanpa ditutup pintunya. Karena anakku sedang tidur di kamarnya, aku langsung masuk ke kamar utamaku, kulihat istriku lagi melepas rok mininya lalu duduk di closet.

Melihat aku datang, istriku bilang, "Papi sini lho, lihat Pi pahaku kena cendol maninya Lud dan itu keluar terus banyak." Kulihat paha istriku dan bulu kemaluannya basah kena mani dan dari lubang vaginanya keluar jatuh mani Lud yang seperti cendol itu. Melihat itu aku malah jadi nafsu, penisku jadi tegang, terpaksa aku melepas semua pakaianku. "Papi pasti tegang toch kalau lihat vaginaku belepotan mani begini", kata istriku sambil mulai memegang penisku. Lalu kutarik lepas kaos istriku. "BH-nya jangan dulu ya supaya Papi lebih terangsang kalau Papi mainan payudara Mami!" kata istriku. Istriku bilang kalau tadi malam sampai pagi tadi dia disemprot mani Lud sampai 7 kali, yaitu jam 8 malam saat bareng dengan saya, jam 11 malam saat main saya nonton TV, jam 1 tengah malam waktu main di kamar saya, jam 3 fajar waktu penis Lud tegang sendiri, jam 6 pagi sehabis saya nyemprot ke mulutnya, jam 8 pagi saat di dalam kamar mandi dan jam 10 pagi waktu mau pulang. "Hebatnya Lud itu sejak dari awal sampai yang terakhir semprotannya keras terus dan kental serta hangatnya dan banyaknya sama, maka dari itu rasanya penuh dalam perutku tadi sampai suatu saat kutekan perutku dan mulai keluar terus maninya", kata istriku. "Mi, kalau sudah habis cuci dulu vaginanya, aku sudah nggak tahan nih."

Istriku buru-buru mencucinya dan mengeringkan dengan handuk, lalu kuangkat dia dan kuletakkan di atas tempat tidur. Tanpa tunggu macam-macam aku segera menaiki istriku dan kutancapkan penisku ke vaginanya. "Wah Mi, vaginamu masih seret juga buat penisku, kukira jadi longgar kemasukkan penis gedenya Lud", kataku. Istriku lalu cerita, "Waktu penis Lud ditanam semalam suntuk dalam vaginaku, begitu mulai kurang tegangnya vaginaku kumulai renggangkan sehingga sampai kepalanya saja yang nyantol di bibir vaginaku dengan maksud supaya jangan sampai longgar liangnya. Apalagi Lud selalu pakai cincin bulu kuda itu kalau di dalam banget geli rasanya kalau goyang sedikit, kalau di luar kurang geli sebab yang kena cuma bibir vagina saja. Kalau mainnya Papi dan Lud sama saja, hanya Lud kalau sudah nafsu banget agak kasar mainnya, lain dengan Papi tetap semangat tapi mesra. Hanya Papi punya kalah besar dan panjangnya saja, tapi Mami mau belikan alat yang bisa buat memperbesar dan memperpanjang penis, tiap pagi nanti Mami yang melakukannya supaya punya Papi bisa jadi panjang dan besar. Memang saat Lud mau menyemprot, Mami selalu tekan pantat Mami ke atas supaya penisnya bisa amblas masuk semua sebab kalau nyemprotnya di dalam rasanya hangat, nikmat dan nikmat. Papi punya kalau nyemprotnya keras dan kebetulan maninya agak encer juga bisa langsung kena mulut rahimku jadi hangatnya nikmat Pi."

"Pi ini lho selain leher buah dadaku juga dicupang oleh Lud, tapi nanti Mami gosok dengan minyak kayu putih supaya cepat hilang", kata istiku sambil melihatkan buah dadanya yang dicupang.

Mendengar cerita istriku itu aku semakin menggebu mengangkat turunnya pantat dan segera hak BH istriku yang terletak di bagian depan itu kubuka hingga buah dadanya yang semakin kencang itu tak tertutup lagi yang sebelah kuremas dan yang sebelah kukecupi dan kugigit-gigit putingnya. "Aduuh Pi, nikmat banget Pi, aku sudah kangen dengan penisnya Papi sejak Papi minta tadi malam, masih seret ya Pi, aku masih merasakan seret gesekan penisnya Papi. Pi mau keluar ya? kok sudah anget banget penisnya?" tanya istriku. Benar juga tak lama lagi creeett.... creeettt, maniku menyemprot. "Waah... maninya Papi nyemprot ke dalam, sebab semprotannya keras tapi agak encer. Bisa jadi satu dengan Lud punya nih!" kata istriku. Karena capai kami berdua tiduran tapi akhirnya tertidur juga.


TAMAT

Cerita seks bertiga Aku, Istri dan Temanku 02

Sambungan dari bagian 01


Selesai itu lalu Lud tidur dan istriku diminta menungging agak di bawahnya sehingga mulutnya pas depan penisnya dan aku diminta mengerjakan vaginanya dengan penisku. Saat menungging kelihatan buah dada istriku menggantung bebas dan langsung saja ditangkap dengan kedua tangan Lud dan terus diremas-remas. Istriku tanpa komando langsung mencaplok penis Lud yang mulai agak tegang dan mempermainkannya dengan mulut dan lidahnya. Lubang penisku dibuka-buka dengan ujung lidahnya dan kadang-kadang dikocok naik turun dengan mulutnya sehingga Lud mengerang nikmat. Aku sendiri langsung tegang keras dan terus kuhunjamkan maju mundur ke vaginanya. Mendapat dua penis yang sekaligus mengisi lubang atas dan bawah apalagi yang satu gede sekali istriku tampak bernafsu sekali, nafasnya kelihatan terus memburu sedang vaginanya mulai keluar santannya dan kental sekali. Kulihat istriku kadang-kadang tak menghisap penis Lud tapi memepetkan buah dadanya kepenis Lud dan ditaruhnya di belahan buah dadanya dan digosok-gosok dengan buah dadanya.

Melihat itu lalu kupegang pantat istriku dan langsung kugoyangkan maju mundur sehingga sekaligus buah dadanya bisa menggosok-gosok penis Lud dan vaginanya mengocok penisku. Praktis kami laki-laki berdua diam hanya dengan goyangan pada pantatnya sudah membuat nikmat penis dua laki-laki dan kulihat vaginanya makin banyak dengan santan kental yang berwarna putih seperti susu. Aku bilang, "Waduuuh Lud, santannya Hwa mulai keluar dan kental sekali Lud". Langsung dia bilang, "Aku juga tegang banget penisku disedot-sedot dan dipermainkan lubangnya oleh Hwa, ayo kita ganti posisi." Temanku usul supaya istriku jangan capai sebab masih terus akan dikerjakan semalam suntuk, maka istriku disuruh yang tidur tapi pantatnya di ujung bawah kasur hingga kakinya bisa menapak ke lantai. Temanku nanti akan menancapkan vaginanya dari bawah sambil memegang dan membentangkan kaki istriku. Dan aku yang bertugas mengisi mulut atas dengan penisku dengan jongkok tepat di atas buah dadanya sehingga penisku tepat di hadapan mulutnya.

Penisku juga langsung dicaplok oleh Hwa yang sudah memuncak nafsunya, baru beberapa saat Hwa melepas penisku dan mengaduh, "aachh.... Lud!" Aku melongok ke belakang ternyata Lud masih sibuk mau memasukkan penisnya sebab belum bisa masuk, yaah karena kelewat besar bendolan kepala penisnya saat tegang banget itu kira-kira ada 5 cm diameternya. "Sulit banget An masuknya coba kuberi minyak sedikit dulu", katanya. "Masak toch padahal sudah kumasukan penisku dan sudah ada santannya lho", sahutku. Lalu temanku ambil botol kecil isi minyak dan dioleskan kepala penisnya dengan minyak lalu dia mengambil semacam longsong dari karet dengan bagian dinding luarnya penuh bulu dari karet kira-kira panjangnya 1 cm. Longsong itu lebarnya kira-kira 10 cm.

Kemudian dipakaikan ke penisnya hingga batang penisnya sebagian tertutup dengan longsong berbulu itu. "Ini supaya Hwa mendapat kenikmatan yang lebih hebat. Mau coba ya Hwa?" katanya sambil ditunjukkan ke istriku penisnya yang sudah gede dan panjang lagi hitam itu dilongsongi dengan gelang karet putih berbulu itu sehingga benar-benar menakjubkan kelihatannya. Istriku bilang, "Waah kayak apa rasanya nanti Lud, aku belum bisa membayangkan. Tapi pokoknya habisi ya Lud air mani dan santanku!"
"Oke" sahutnya. Lalu Lud mengangkat dan mementang lagi kaki istriku dan ujung penisnya ditempelkan tepat di lubang vagina istriku yang mulai menganga itu dan disentakkan ke dalam. "aacch... Lud, masuk Lud penismu", kata istriku. Memang kepala penisnya Lud sudah masuk lalu digoyang-goyangkan keluar masuk pelan-pelan kepala penisnya supaya agak terbiasa. "Waduh Lud, Pi, rasanya seret sekali bibir vaginaku bisa merasakan bentuk penismu Lud", kata istriku sambil matanya terpejam dan menggigit bibir. Setelah itu baru dimasukkan seluruh batang penisnya yang tertutup gelang bulu itu pelan-pelan.

Setelah terbenam semuanya, istriku mendesis lagi, "Aduh Pi, penis Lud mentok sampai dalam kepalanya rasanya menyodok mulut rahimku. Enaaknya luar biasa dan gelinya juga hebat kena gelang bulu itu", dengan penis tetap terbenam penuh Lud mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun bergantian dengan kiri-kanan, sehingga penisnya menyapu seluruh dinding vagina istriku. Tangan istriku mulai meremas kain sprei dan minta penisku untuk dihisapnya. Penisku juga dipermainkan dengan lidah, lubangnya dibuka-buka dengan lidah, enaknya luar biasa. Aku sambil melihat ke belakang, kulihat penis Lud mulai digoyangkan keluar masuk sehingga bulu karetnya menyentuh clit-nya juga dan terlihat bulunya banyak santan istriku yang menempel. Setelah gampang masuk keluar penisnya, maka kaki istriku disuruh membuka dengan telapak kakinya manjat di pinggir kasur sehingga tangan Lud langsung meremas buah dada yang ada di bawah pantatku.

Baru 3 menit jalan adegan ini, istriku sudah mengaduh, "Aah.. aah, aku mau klimaks, Lud, Pi!" Benar juga sekejap lagi istriku tampak lemas sehingga menghisapnya kendor dan Lud berkata, "Gila An, pijatan vagina istrimu kuat sekali di penisku." Memang kalau klimaks istriku vaginanya memijit penis dengan kuat dan nikmat rasanya. Setelah agak kuat, istriku bilang, "Pi, Lud tolong semprotkan semua manimu ya, aku sudah pengin hangatnya manimu sekalian." Aku tanya pada istriku, "Mi, gimana? Mami nikmat dan puas keinginan Mami untuk merasakan 2 penis sekaligus terlaksana?"
"Ya Pi, Mami puas banget dan memang enaknya dan grengnya luar biasa sekaligus melihat, memegang dan menikmati 2 penis, apalagi ada yang gede-gede. Mami jadi kepingin terus", sahutnya. Lalu Lud sudah mulai menggenjot lagi vagina Hwa dengan penisnya dan penisku dihisap lagi sambil dibantu dikocok dengan tangan. Setelah 5 menit lagi, istriku mencapai klimaks lagi. Lalu temanku bilang, "Ayo An, sekarang kita puaskan Hwa dengan semprotan mani secara berbarengan."

Lud mulai menggerakan lagi keluar masuk dan kadang memutar sehingga istriku sering menggelinjang tubuhnya dan penisku mulai dihisap lagi sambil kadang-kadang dikocok dengan tangan, sedang buah dada istriku tetap menjadi bagian dari tangan Lud yang tak bosan-bosan meremas-remasnya. Makin lama Lud semakin cepat dan semakin keras menghunjamkan penisnya ke vagina Hwa dan mulai mendengus-dengus seperti sapi. Melihat itu akan jadi memuncak nafsuku dengan penis terus dikocok oleh istriku maka air maniku tak tertahan lagi, creet.... creet.... cret, maniku menyemprot masuk ke mulut istriku. Karena seminggu tak bersetubuh maka maniku banyak serta kental juga sehingga mulut istriku penuh dengan mani yang putih seperti cendol itu. Lalu penisku kukeluarkan dari mulutnya dan mani yang masih menetes dari lubang penisku kugeser-geserkan ke bibir istriku dan langsung ditelan semua maniku. Baru saja habis menelan maniku terdengar suara mengaduh dari temanku, "Uuuuuh.... uuuuhh.... uuuhh", sambil menekankan kuat-kuat penisnya yang terbenam itu ke vagina istriku. Dan tiap kali Lud mengaduh istriku pun ikut mengaduh, "aah Lud... aahh Lud... aah Lud." Jadi rupanya tiap kali semprotan mani Lud terasa sekali nikmatnya oleh istriku. Aku lalu rebah tidur sebelah istriku dan temanku juga langsung rebah menindih tubuh istriku.

Walaupun dengan nafas yang masih memburu tangan temanku tetap masih meremas buah dada Hwa. Kemudian tubuh Lud dipeluk erat oleh istriku dan kakinya pun dilipatkan erat-erat ke pantat Lud dengan maksud agar penisnya jangan buru-buru dicabut dari vaginanya. Kira-kira sampai 5 menit kita bertiga terdiam tanpa kata-kata hanya dengan nafas tersengal-sengal, baru kemudian aku turun menuju kamar mandi untuk cuci dan ternyata Lud dengan merangkul istriku juga ikut ke kamar mandi untuk cuci bersama. Untuk mencuci penis-penis, istriku yang bertugas karena kepunyaan Lud yang banyak belepotan santan dari mani istriku maka penisnya yang dicuci dulu. Kulihat dari vagina Hwa meleleh sedikit mani yang keluar ke pahanya dan kulihat bibir vaginanya memerah.

Istriku bilang, "Ya Pi bibir vaginaku merah? Itu gara-gara penis temanmu itu toch yang seretnya bukan main mulai dari bibir vagina sampai dinding dalam vagina seret terus, sehingga vaginaku bisa merasakan lekuk-lekuk penis Lud."
"Tapi nikmat dan nikmat toch sayang?" balas Lud. Istriku tertawa tanda setuju, sambil terus mencuci penis Lud dan kemudian penisku. Setelah itu giliran istriku vaginanya mau dicuci oleh tamanku, istriku duduk di closet dengan kaki terbuka lebar kemudian vaginanya dicuci dan jari tengahnya dimasukkan pelan-pelan untuk mengambil mani yang menempel di dalam dan ternyata ada sedikit dan ditunjukkan ke istriku. Istriku bilang,
"Wah Pi, maninya Lud ngendon dalam vaginaku nih sebab tadi semprotannya banyak dan sampai tiga kali tapi yang keluar sedikit sekali. Mungkin masuk ke rahim sebab dalam perutku masih terasa hangat dan saat nyemprot ujung lubangnya benar-benar disodokkan sampai rasanya masuk lubang rahimku. Gimana ya Pi?"
"Biarin saja lama-lama kan keluar sendiri, sekarang dikeluarkan percuma nanti malam kamu kan masih akan disemprot lagi."
"Bukan malam ini saja mungkin sampai besok pagi akan kusemprotkan sampai habis maniku ke vaginamu", sahut Lud. Istriku menjawab,
"Betul Lud, kamu biar kembali ke rumah dengan tempat yang kosong jadi manimu 2 hari ini harus dihabiskan sampai tuntas."

Setelah selesai mencuci, kita bertiga dengan berbugil ria duduk di sofa sambil makan kacang mete dan nonton TV. Temanku berkata,
"An, kamu beruntung sekali punya istri dia, walaupun sudah setengah baya dan punya anak tapi buah dadanya masih berdiri menantang tidak jatuh, juga perut dan pahanya mulus sekali tidak keriput, siapa yang tak tegang terus lihat tubuh seindah ini. Apalagi hisapannya juga yahut, kalau jadi istriku tiap hari bisa kusetubuhi minimum 2 kali! Istriku berbisik padaku,
"Sudah kesampaian keinginanku untuk melayani nafsu birahi 2 laki-laki sekaligus dan ternyata memang tambah besar nafsunya serta nikmatnya pun tambah. Oya Pi, malam ini aku tak tidur dengan Lud ya, aku akan melayani Lud untuk menyalurkan nafsu sexnya sepuas-puasnya supaya tak kecewa kalau balik ke Jakarta." Aku menjawab,
"Boleh saja, Lud malam ini Hwa biar melayani kamu supaya kamu bisa melampiaskan semua nafsu binatangmu padanya."
"Memang sejak aku makan sate kambing, aku sudah minta supaya dia malam ini dan besok pagi melayani nafsu binatangku", kata Lud.

Kemudian istriku minta tiduran, kepalanya di pangkuan Lud sedang pahanya di pangkuanku sambil tangannya memegang-megang penis Lud lalu digosokan ke pipinya dan diciuminya. Tangan Lud diletakkan di buah dada istriku sambil mengusap, meremas dan kadang menunduk untuk mengecup bibir istriku. Dia kalau mengecup sampai lama hingga istriku sampai sulit bernapas dan minta dilepas kecupannya. Sedang bagianku adalah mempermainkan clit-nya dan memasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya dan penisku sambil digesek-gesek dengan betisnya. Lud kadang-kadang memeluk tubuh istriku dan kemudian menciumi pipi dan mengecup kening dan bibir istriku dan tangan istriku pun mengusap-usap dadanya yang berbulu itu.

Kemudian Lud berkata padaku, "An, sebenarnya aku sudah lama tiap kali bertemu dengan Hwa, aku kepingin menikmati tubuhnya dan malam ini jadi kenyataan. Untuk itu malam ini istrimu kupinjam untuk menemani tidur sebab aku akan melampiaskan seluruh nafsu binatangku pada Hwa dan penisku akan kusimpan dalam vaginanya sepanjang malam. Aku akan memberikan kenikmatan dan kepuasan yang tak terkira pada Hwa."
"Boleh Lud, malam ini istriku biar melayanimu agar kamu benar-benar puas", sahutku.
"Tapi kalau nanti malam Papi butuh ya Papi ikut masuk saja sebab Mami tetap akan melayani Papi juga malam ini, untuk itu nanti pintu kamarnya biar terbuka saja jadi Papi dapat lihat dan dapat masuk ikut juga", kata istriku. Setelah itu Lud bertanya pada istriku,
"Apakah kamu sudah fit lagi untuk main?" Istriku menjawab,
"Aku selalu siap setiap saat untuk melayanimu dan Papi. Malam ini aku benar-benar sehat makin mendapat semprotan mani semakin sehat rasanya, sebab manimu tadi yang keluar hanya sedikit lainnya masih berada di dalam rasanya masih hangat di dalam perutku, Lud." Setelah itu Lud berdiri sambil membopong istriku dibawa masuk ke kamar dan ditidurkannya. Lud memanggilku untuk menemani istriku dulu karena dia akan ke toilet dulu, kesempatan itu kupakai untuk mencium dan mengecup bibirnya dan mengulangi pesanku,
"Mi jangan lupa kalau maninya lud disemprotkan ke dalam mulut hati-hati jangan sampai tertelan dan jangan mau kalau penisnya dimasukkan ke dalam lubang anusmu!"
"Iya Pi, akan kuingat terus pesan Papi", sahut istriku.
"Selamat menikmati penisnya Lud yang gede ya Mi, nanti Papi diberi ceritanya ya!" kataku. Saat itu Lud sudah balik masuk kamar dan aku duduk lagi di ruang TV sambil menonton juga mau menonton adegan permainan Lud dengan istriku karena pintu kamarnya terbuka.

Lud naik ke tempat tidur dengan posisi di atas istriku, kemudian dadanya yang penuh bulu digesek-gesekkan ke buah dada istriku sehingga istriku menggelinjang kegelian dan terus digesekkan ke bawah yaitu perut, dan vaginanya. Setelah itu Lud naik lagi lalu mulai menciumi kening hidung dan pipi dari istriku lalu mencium telinga istriku dengan mengeluarkan lidahnya untuk mengorek lubang telinga istriku sampai istriku meronta karena geli dan tangan istriku segera meraih penisnya yang selama ini menggelantung dan ujungnya menggesek-gesek paha istriku. Segera dipijit-pijitnya penis Lud dan kadang-kadang dikocok juga serta kantung buah pelirnya diremas-remas juga. Hal itu membuat Lud lebih ganas dia segera mencucupi puting buah dada istriku sambil tangannya meremas-remas buah dadanya dengan harapan ada air susu yang keluar.

Tapi walaupun buah dada istriku montok tak keluar air susunya kalau diperas. Penisnya dipermainkan oleh istriku tampak tegang dan panjang banget, lalu Lud mengambil posisi gaya 69, hingga mulutnya pas di vagina dan penisnya tepat di wajah istriku. Keduanya yang langsung beraksi, penisnya yang gede segera dijilati dan dilumat dengan lidah seluruh bagian kepalanya yang nampak gempel besar itu sambil batang penisnya dipijit terus oleh istriku dan dia terus mencucup clit dan lubang vagina istriku. Kurang lebih 10 menit adegan ini lalu gantian Lud yang tidur dan istriku yang duduk di atas penisnya tepat dengan vaginanya. Kepala penisnya dimasukkan ke dalam vagina istriku lalu mulai diputar pantatnya sehingga penisnya berputar dengan dipegang bibir vagina istriku sedang tangan Lud tetap meremas buah dada istriku.

Kira-kira sudah 10 menit lewat mani Lud tetap belum menyemprot dan istriku juga belum klimaks, lalu oleh istriku mulai digoyang naik turun pantatnya kadang-kadang pelan kadang-kadang cepat sehingga penisnya keluar masuk vagina seperti dikocok dengan vagina. Dengan posisi ini baru 5 menit istriku klimaks dan dia diam terduduk di atas penis Lud dengan vaginanya memijit penis. Setelah fit lagi digoyang lagi sampai klimaks lagi istriku. Akhirnya istriku menarik Lud untuk duduk dan istriku tetap duduk di penisnya dan kakinya diselonjorkan di antara tubuh Lud. Lalu Lud yang ganti menggoyangkan pantat istriku maju mundur sambil kadang-kadang istriku ditidurkan ke belakang dan Lud tetap mendekapnya. Dalam waktu 15 menit dengan posisi ini istriku sudah mengerang karena klimaks sampai 2 kali.


Bersambung ke bagian 03

Cerita seks bertiga Aku, Istri dan Temanku 01

Sebenarnya aku sudah kurang lebih 10 tahun berumah tangga dan kehidupan kami baik-baik saja. Aku sendiri berusia 10 tahun lebih tua dari pada istriku yang saat ini berusia 30 tahun dan sudah beranak seorang berusia 7 tahun. Walaupun sudah beranak, tetapi istriku tetap mempunyai wajah yang cantik dan bentuk tubuh yang indah sebab sering senam dan merawat wajah, rambut ke salon dan juga karena anaknya dulu minum susu kaleng sehingga bentuk buah dadanya yang besar itu tetap indah dan masih kencang serta kenyal. Juga lubang vaginanya saat habis melahirkan langsung dijahit sehingga lubangnya kembali seperti saat masih perawan. Jadi hubungan seks kami tetap indah.

Suatu hari di tahun 1995, kami diajak sebelah tetangga untuk nonton blue film karena baru beli laser disc. Kami dan suami istri tetangga nonton film itu yang cukup seram karena ada seorang wanita bule disetubuhi oleh dua orang Negro, mereka bergantian memasukkan penisnya yang seorang ke vaginanya dan yang seorang ke mulutnya untuk dihisap. Melihat adegan itu rupanya istriku jadi naik birahinya sehingga memegang tanganku erat-erat dan berbisik,
"Waah rupanya nikmat sekaligus lubang atas dan bawah kemasukkan penis." Kutanya pelan-pelan,
"Apakah kamu kepingin adegan begitu?" Istriku dengan malu-malu menganggukkan kepalanya.
Setelah selesai memutar laser disc, kami segera pulang dan karena nafsu birahi kami sudah memuncak segera kami puaskan dengan bersetubuh malam itu. Sambil bersetubuh, aku tanya lagi kepadanya, "Mi, apakah kamu kepingin disetubuhi sekaligus dengan dua laki-laki?" Istriku memandangiku sambil malu-malu manggut-manggut kepalanya. Kutanya lagi, "Kalau lakinya dua, satunya kamu ingin dengan siapa?" Istriku menjawab, "Terserah sama Papi saja." Aku teringat punya dua teman baik sejak sekolah di SMA, yaitu Lud seorang anak turunan Ambon dengan Belanda dan Tono seorang Cina seperti kami. Lalu kutanya lagi, "Kalau Lud atau Tono mau?" Dia menggangguk juga. Lalu kujelaskan lagi, "Mami senang yang penisnya besar, lebih besar dari kupunya atau yang kira-kira sama?"

Istriku menjawab, "Enak yang besar saja, seperti di film tadi."
"Oh kalau gitu ya si Lud saja sebab dia punya panjang dan besar."

Memang kita dulu pernah mandi sama-sama bertiga saat masih sekolah ternyata Lud punya penis dalam keadaan mati saja besar dan panjang hanya warnanya agak hitam lalu bulu kemaluannya juga banyak sampai menyambung ke bawah pusar juga dadanya penuh dengan bulu maklum orang Ambon. Besok paginya segera kuinterlokal Lud yang ada di Jakarta dan kuceritakan maksudku, ternyata Lud menyambut dengan antusias dan sanggup datang besok sore sebab hari Sabtu kantor di Jakarta tutup. Aku kemudian booking motel yang terdiri dari 2 kamar dan sebuah ruang tamu dan TV.

Hari Sabtu sore aku menjemput Lud di airport bersama istriku, setelah menitipkan anak pada pembantu. Istriku sudah siap membawa tas dengan membawa perlengkapan baju tidur segala, saat itu istriku memakai rok panjang warna coklat tapi bagian atas terbuka sampai dada hanya memakai baju tipis (modelnya Yuni Sara) dengan bagian bawah ada belahannya agak tinggi di depannya sehingga kalau jalan atau duduk pahanya terlihat putih menggairahkan. Juga bagian atasnya terlihat sedikit belahan buah dadanya, karena istriku hanya memakai bra strepples tanpa tali, sehingga di airpot banyak mata laki-laki curi pandang lihat belahan buah dadanya istriku, apalagi kalau tangannya didekapkan di bawah buah dadanya maka buah dadanya semakin menyembul ke atas. Makin syuur..! Tepat pukul 17.15 pesawat Merpati dari Jakarta mendarat, dari penumpang yang turun kulihat Lud menuruni tangga pesawat dengan menenteng tas kecil. Dia memakai T-shirt dan celana jeans.

Setelah keluar pintu airport segera kusalami dia, dia menepuk-nepuk bahuku dan berkata, "Waah, nanti malam kita betul-betul ke nirwana", dengan logat Ambonnya. Kemudian dia memeluk istriku sambil mencium pipi kiri dan kanan yang mulus dan putih dari istriku. "Apa kabar Hwa?" tanyanya pada istriku. Dia kalau panggil istriku dengan Hwa. Kita berjalan menuju parkir dan naik mobil, untuk sementara dia duduk di belakang sendirian dulu sambil kita cari makan. Istriku usul makan sate kambing saja biar hot katanya. Dan usul itu kita setuju semua.

Setelah sampai motel kita segera check in, temanku sebagai tamu kuberi kamar yang besar dengan twin bed sekaligus untuk tempat bermain seks-ria nanti. Baru saja aku selesai dari kamar kecil menuju ruang TV yang bersebelahan dengan kamarnya Lud yang masih terbuka pintunya, kulihat Lud memeluk istriku dari belakang menghadap kaca rias sambil tangannya meremas-remas buah dada istriku sehingga kedua pentil buah dadanya yang coklat kemerah-merahan itu menyembul keluar sambil menciumi pipi istriku yang wajahnya menengadah ke wajahnya Lud. Tangannya lud yang kanan kadang-kadang terus meraba turun ke perut dan terus turun untuk disusupkan ke belahan atas dari rok istriku untuk meraba pangkal paha serta vagina istriku. Tampak istriku mulai mendesis kenikmatan serta menggeliat dengan tangan kanannya coba memijit penisnya yang masih pakai jeans itu. Adegan ini masih berlangsung beberapa saat walaupun mereka tahu aku di dekatnya. Ketika kutanya pada istriku, "Mi, nikmat ya permainannya Lud?" Istriku menjawab, "Waah, aku nggak tahan lagi Pi, habis sejak dalam mobil tadi Lud terus mempermainkan dan meremas buah dadaku terus." Memang istriku kalau buah dadanya sudah dipermainkan lalu nafsunya meroket naik, mungkin ciri khas wanita-wanita yang punya buah dada besar. Karena Lud mau mandi dulu, maka aku dan istriku yang sudah mandi dari rumah duduk di sofa menonton TV dulu.

Istriku berkata kepadaku, "Waah Pi, pertama aku dirangkul dan diciumi oleh Lud badanku rasanya merinding dan panas dingin. Habis bulu tangannya dan kumisnya begitu geli rasanya waktu menggesek tubuh dan pipiku."
"Tapi Mami bisa nafsu ya dengan Lud?" tanyaku. Istriku dengan malu manggut-manggut. Lalu dia bilang lagi,
"Kalau nanti malam Papi tidur sendirian bagaimana? Sebab katanya aku akan diajak tidur dengannya semalam."
"Nggak apa-apa, yang penting Mami bisa keturutan mendapat kepuasan", jawabku.
Memang entah kenapa perasaanku saat melihat Lud memeluk dan meremas buah dada istriku aku tidak cemburu bahkan nafsuku menjadi berkobar, apa mungkin aku punya kelainan seks pikir dalam hatiku.
"Tadi Lud bilang kalau nanti malam air maninya akan disemprotkan terus ke seluruh tubuhku dan vaginaku sampai habis. Dan lendir santanku akan dikuras sampai kering dengan penisnya", kata istriku. Aku pesan pada istriku agar satu hal yang jangan dilakukan adalah minum air maninya, walaupun nanti kalau nyemprot saat dihisap. Jadi harus diludahkan.

Beberapa saat kemudian Lud bertanya pada istriku, "Hwa, apakah kamu tak bawa pakaian tidur? Tapi kalau tak bawa ya tak apa-apa sebab nanti malam kan tak ada pakaian yang boleh menempel di tubuhmu sebab akan kuselimuti dengan tubuhku."
"Macam-macam kamu", sahut istriku. Lalu istriku masuk ke kamar untuk ganti pakaian dan sikat gigi, juga aku masuk kamar untuk lepas pakaian dan hanya pakai CD saja. Sebentar istriku sudah selesai dan keluar dengan mengenakan pakaian tidur dari bahan tipis warna pink hingga terlihat CD mininya warna merah juga branya yang mini juga dari renda warna merah juga. Melihat istriku keluar dengan pakaian yang sensual sekali, Lud geleng-geleng dan bilang, "Waah aku bisa langsung tegang lho", sambil pegang-pegang penisnya. Lalu istriku duduk di sofa sebelahku dan tangan Lud ditarik juga untuk diajak duduk di sofa juga. Sekarang istriku diapit sebelah kiri aku dan kanan oleh Lud. Tangan istriku dipegang Lud dan digosokkan ke bulunya di bawah pusar sampai menyambung ke bulu kemaluannya. "Wuuuiihh, cek... cek... cek", gumam istriku sambil menarik tangannya.

Sambil nonton TV tanganku dan tangannya Lud mulai bekerja. Lud menciumi pipi, telinga dan lehernya istriku sehingga kepalanya disandarkan ke bahu Lud dan menengadah untuk terus menerima ciuman-ciuman disertai permainan lidah Lud dan tangan kanannya terus mulai meraba dan meremas buah dada sebelah kanan dan naik turun ke paha istriku. Aku sendiri segera melepas kancing atas baju tidurnya dan kurogoh buah dadanya sebelah kiri untuk segera kuhisap pentilnya serta tangan kiriku meraba paha kirinya dan vaginanya bergantian dengan tangan Lud. Istriku tak tahan terus menggeliat-geliat sambil tangan kirinya memijit penisku dan tangan kanannya merogoh ke dalam celana santainya Lud untuk memegang penisnya. Adegan ini tak berlangsung lama hanya sekitar 5 menit, karena istriku tak tahan dan minta langsung ditancap dengan penis vaginanya. Lalu kita sama-sama masuk kamar, kulepas CD-ku dan ternyata Lud hanya pakai celana santai saja tanpa CD sebab begitu dilorot celananya langsung nampak penisnya.

Walaupun belum hidup penisnya cukup panjang kira-kira ada 15 cm dan besar sekali dan kepalanya sudah menongol keluar karena dia disunat, tetapi kantong pelirnya agak kecil. Kupunya panjang dan besarnya hanya kira-kira 65 persennya saja. Istriku juga sudah bugil benar, lalu dia ditarik Lud ke hadapannya dan tubuhnya agak dirapatkan ke tubuh istriku jadi buah dada istriku yang menempel agak ketat dengan dadanya yang penuh bulu. Lalu Lud berpegang pada kedua lengan Hwa dan badannya digeser-geserkan naik turun, ke kiri dan kanan sehingga bulunya menggesek ke seluruh tubuh depan Hwa juga bulu kemaluannya kulihat sempat menggesek vagina istriku, hingga istriku kenikmatan sambil memejamkan mata. Aku jadi syuur melihatnya. "Addduuuh Lud, gila benar gesekan bulu atas bawahmu itu, tak tahan vagina dan buah dadaku kena gesekannya", kata istriku.


Bersambung ke bagian 02

Cerita kisah sex Ira 01

Ceritanya dimulai ketika empat bulan yang lalu aku berkenalan dengan seorang ibu rumah tangga muda berumur sekitar 28 tahun dan usia perkawinan mereka baru berumur 2 tahun dan belum dikarunia anak. Namanya adalah Ira (nama samaran), cantik, berkulit putih dengan ukuran badan yang ideal sesuai dengan tingginya.

Dari pertemuan pertama sampai pertemuan yang keempat kalinya, semuanya masih berjalan dalam batas-batas yang wajar, hanya sekali-kali aku memberanikan diri untuk membuka topik pembicaraan yang mengarah kepada hal-hal yang berbau seks. Pada pertemuan yang keenam, aku mengundang Ira apakah Ira bersedia untuk makan siang di tempat yang santai dan hanya kita berdua saja. "Kenapa harus di tempat khusus?" tanya Ira. "Hanya untuk keamanan masing-masing pihak mengingat status diri masing-masing agar tidak membawa masalah pada urusan rumah-tangga masing-masing", jawabku. Ira mengerti dan mengatkan oke. Pendek cerita akhirnya kita berdua check-in di motel "HS" di kawasan Jakarta Selatan. Sebuah motel yang lux dengan fasilitas "whirpool" di dalam kamar.

Habis menyantap makan siang, kita berdua bercerita kesana-kemari dengan iringan sentuhan-sentuhan kecil yang sengaja kulakukan dimana ternyata Ira kelihatan merasa tidak keberatan dengan apa yang kulakukan. Kemudian kumulai membelai tengkuknya dan menyentuh bagian belakang daun kupingnya dengan sentuhan-sentuhan yang lembut. Ternyata Ira menikmatinya dengan memejamkan mata dan terdengar lirihan kecil dari bibirnya. Kupalingkan wajah Ira menghadap mukaku, dagunya kuangkat sedikit sehingga bibirnya tepat berhadapan dengan bibirku, dengan lembut kukecup bibirnya, sekejap Ira tersentak kaget, tapi aku terus mengulum bibirnya dan mulai memainkan lidahku. Desah nafas Ira mulai meninggi, dan dia mulai membalas ciumanku. Cukup lama kami menikmati adegan ciuman ini, desah nafas Ira semakin tidak teratur ketika tanganku mulai membuka kancing bajunya satu-persatu dan meraba buah dadanya dengan sentuhan halus pada pangkal bukit buah dadanya. Ira mulai menggelinjang, nafasnya berat tak beraturan, tanganku semakin menggila meremas dan memilin puting buah dadanya. Terlepas sudah baju atas Ira, dan dengan mudah kutanggalkan BH-nya. Sepasang bukit indah dengan puting yang berdiri tegak tampak di hadapanku, tak kuasa aku untuk tidak menjilat dan mengisapnya. Oh, ternyata buah dada Ira adalah salah satu bagian daerah sensitifnya. Penisku tegang sekali, tetapi aku berusaha untuk tetap memegang kendali "permainan" ini. Rok mini Ira telah kutanggalkan, hanya tinggal CD warna pink yang tersisa di tubuhnya. Tanganku mulai menyelinap ke balik CD Ira, dan ternyata vaginanya telah membasah, dengan pasti tanganku yang sudah terlatih memainkan clit Ira, kupilin-pilin dan kugosok-gosok dengan ujung jariku. Ira meronta liar, dan erangan luapan rasa nikmatnya keluar tanpa sadarnya dengan keras sekali, namun seketika itu juga Ira mencoba menahannya dengan menutupkan bantal di mukanya.

Dari pengalamanku bercinta dengan wanita aku mengetahui bahwa Ira adalah jenis wanita yang suka dengan lepas bebas mengeluarkan rasa nikmatnya sewaktu melakukan hubungan seks.

"Ira, jangan kamu tutupi mukamu dengan bantal, Mas Herman tahu bahwa kamu menyukai hal ini, keluarkan rasa nikmatmu dengan bebas dan lepas", kataku.
"Ira malu, malu sekali", jawabnya.
Aku tidak memberikan komentar, malah dengan agresifnya kujilat puting buah dadanya dan aku melihat Ira menahan rasa gairahnya dengan mencengkram keras alas tempat tidur. Kutelusuri ketelanjangannya dengan lidahku, mulai dari bagian buah dada dan berhenti pada pangkal vaginanya. Ira meronta dan berusaha untuk tidak mengeluarkan erangan kenikmatannya dengan cara mengelinjang dan menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Tapi meskipun tidak sekeras yang pertama, pada akhirnya Ira mengerang juga sambil berkata, "Oooooh its so nice, Mas Herman."

Posisi bibirku masih berada di sekitar pangkal vaginanya, kumainkan lidahku menjilati pangkal vagina Ira, menurun mendekati clit, dan akhirnya kujilat dan kuhisap dengan buasnya clit Ira tanpa henti. "Oh Mas Herman, please fuck me", Ira memohon, tetapi aku tetap saja melanjutkan mempermainkan clit Ira dengan ujung lidahku. Dengan kematanganku mencumbu wanita, meskipun penisku sudah begitu tegang, aku masih tetap berusaha untuk menguasai diriku agar tidak cepat-cepat terangsang untuk dengan segera menyetubuhi Ira. Aku ingin agar Ira benar-benar merasakan bahwa bermain cinta dengan lelaki yang jauh lebih tua dari dirinya ternyata memberikan kenikmatan yang lebih, khususnya kalau dia membandingkan kemahiranku di dalam soal seks dengan suaminya yang umurnya hanya selisih dua tahun saja dengan dirinya.

"Mas Hermannnnn..., cepat masuki saya, saya sudah tidak kuat lagi", Ira merintih lagi. Pada kali ini aku dengan sigap memasukkan penisku kedalam vaginanya.
"Ohh...", Ira melepaskan rintihan rasa nikmatnya ketika penisku mulai memasuki vaginanya. Aku mulai menggoyangnya, dan kulihat Ira terus merintih kecil sambil memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang kuberikan. Berbagai macam gaya telah kuberikan untuk memuaskan Ira, tetapi Ira belum juga mencapai orgasme, sehingga aku merasakan bahwa Ira mulai merasa keletihan demikian pula diriku, sehingga aku mengajaknya untuk beristirahat sebentar. Pada kesempatan istirahat tersebut aku bertanya,
"Ir, kamu kok sedemikian lama masih juga belum orgasme, apakah Mas Herman tidak memuaskan kamu?" Ira hanya menjawab,
"Mas Her, kamu hebat sekali."
"Tetapi, pada kenyataannya kamu belum orgasme, please jangan basa-basi Ir... what's wrong?" kataku. Sejenak Ira diam saja,
"What's wrong Ira, please tell me!" pintaku. Akhirnya Ira bercerita padaku,
"Mas Her, Ira juga tidak tahu mengapa bahwa setiap kali Ira making love dengan suamiku, Ira belum pernah sekalipun mencapai orgasme, padahal dia cukup telaten merangsang Ira. Yang Ira sering lakukan hanyalah melakukan pura-pura orgasme untuk memuaskan suami Ira", tuturnya.
"Apakah suami kamu termasuk laki yang cepat 'keluar'", tanyaku.
"Kalau dibandingkan Mas Herman, dia kalah lama, tapi 10-15 menit dia bisa bertahan", katanya. Kalau melihat begitu "liar"-nya Ira di tempat tidur kurasa waktu fucking 10-15 menit akan cukup membuat Ira orgasme beberapa kali, tapi pada kenyataannya Ira malah belum pernah orgasme sekalipun selama dia making love sama suaminya. Kupikir musti ada yang salah pada dirinya atau dia menyembunyikan sesuatu yang sangat mempengaruhi pikirannya sehingga setiap kali dia making love pikiran itu mengganggunya.
"Ir, don't be upset ya, Mas Herman mau Ira menjawab dengan jujur pertanyaan Mas ini. Apakah Ira sewaktu married masih dalam keadaan virgin atau tidak?" tanyaku. Sejenak dia hanya terdiam.
"Oke Mas, I will tell you the whole story of mine... but please keep it for Mas Herman only", katanya.
"You can trust me Ira, carry on... I'm listening", kataku.
"Mas Herman, Ira sewaktu married memang sudah tidak virgin lagi, dan Ira cerita sama calon suami Ira sekitar 3 bulan sebelum married. Dia tetap mau menikahi Ira, karena dia mengatakan bahwa dia mencintai diri Ira secara keseluruhan, bukan hanya virginitas Ira saja. At that time I was so happy... even dia sudah tahu bahwa Ira bukan virgin lagi tetap selama pacaran dia hanya melakukan seks sebatas peting and necking saja sama Ira, no more than that. Dia berkata bahwa dia belum pernah sekalipun making love dan hanya mau melakukannya dengan Ira kalau kita berdua sudah married. Ira benar-benar merasa tersanjung dan makin mencintai dia. Tapi setelah kita married, seperti yang pernah Ira katakan, setiap kali making love Ira tidak pernah bisa orgasme. Hanya sampai pada tingkat gairah dan rangsangan yang luar biasa saja, setiap kali rasanya mau orgasme ada sesuatu yang menekan dan menggangu pikiran Ira", tuturnya.
"Ir, Mas Herman sekarang ingin dengar cerita Ira sewaktu kamu kehilangan keperawananmu", kataku.
"Mas, Ira diperawanin pada waktu Ira berumur 17 tahun kelas 2 SMU, pada waktu itu Ira punya pacar berumur 22 tahun, anak ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta. Kejadiannya sewaktu Ira telah selesai berenang di rumahnya, Ira berganti pakaian di kamarnya dan setelah itu Ira diajak nonton LD cerita porno. Ira suka filmnya dan tanpa terasa Ira sangat terangsang dengan setiap adegan yang Ira lihat di film tersebut. Mas Dodi (nama samaran) my boy friend, kelihatannya sudah agak biasa dengan film-film seperti itu, sehingga dia kerjanya hanya godain Ira sambil ketawa-ketawa.
"Ir, kamu suka ya adegan film itu?", katanya. Dan Ira hanya senyum saja karena asyik nonton adegan-adegan yang belum pernah sebelumnya Ira lihat. Tiba-tiba dari belakang Mas Dodi memeluk Ira dan langsung mencium Ira, ganas sekali, tetapi Ira tidak menolaknya. Ciuman Mas Dodi luar biasa sekali, lama dia menciumi Ira dan Ira pun membalas ciumannya dengan tidak kalah ganasnya. Mungkin akibat dari adegan film yang Ira lihat sebelumnya. Tangan Mas Dodi mulai melepaskan kancing atas baju Ira dan dengan sedikit kasar dia melepaskan pula BH Ira.

Kali itulah pertama kali Ira telanjang dada di depan Mas Dodi, tapi rasa malu sudah kalah dengan kenikmatan ciuman Mas Dodi di sekitar buah dada Ira, Mas Dodi memilin dan menjilati puting buah dada Ira, lama sekali, dan Ira berteriak tanpa sadar karena merasa nikmat sekali dengan apa yang dilakukan oleh Mas Dodi tersebut. "Ir, kamu boleh teriak sekuat mungkin kalau kamu merasa nikmat, Mas Dodi sangat terangsang dengan erangan dan jeritan kamu", katanya. Celana jeans Ira, sudah Mas Dodi lepaskan, dan dengan kasar dia lepaskan CD Ira, dan paha Ira dilebarkannya. Makin keras teriakan Ira, Mas Dodi semakin ganas melalap clit Ira. Ira tidak tahan lagi dan Ira berteriak keras ketika mencapai orgasme yang pertama. "Ir.... lihat ini", ternyata Dodi memperlihatkan penisnya yang sudah begitu tegang, dan Ira disuruh untuk menyentuhnya. Selama pacaran terus terang Ira baru kali itu memegang langsung penis Mas Dodi, biasanya hanya sebatas dari luar celananya saja. "Sekarang kamu jilat seperti di film yang kamu lihat tadi", pintanya. Ira sempat tertegun, tapi penis Mas Dodi sudah begitu dekat dengan mulut Ira. Hari itu Ira mulai belajar menghisap penis yang ternyata nikmat dan sangat merangsang sekali buat Ira. Pada posisi 69, Ira benar-benar sudah merasa "terbang" begitu nikmat dan nikmat sekali rasanya vagina kalau dijilati. Ira sampai nggak sadar teriak "Oooh Mas Dodi.... jilatan kamu nikmat sekali."

Mas Dodi mengubah posisi 69-nya, penisnya berada di atas vagina Ira. Ira takut, takut disetubuhi dan takut kehilangan perawan Ira. "Mas Dod, jangan dimasukin ya, ingat Ira masih perawan", pinta Ira. Mas Dodi menurunkan penisnya dan ujungnya digesek-gesekan ke clit Ira. Ira mengerang keras sekali akibat sentuhan penis Dodi pada clit Ira. "Ternyata kamu suka Ir, jawab dong kamu suka atau tidak, jawab!" kata Mas Dodi. "Mas Dodi tidak dengar jawaban kamu, yang keras jawab! kamu suka atau tidak?" sekali lagi Mas Dodi bertanya dengan nada yang lebih keras. "Ira sukaa sekali Mas Dodi..." teriak Ira keras tanpa sadar. "Bilang dan teriak terus kamu suka", pintanya. Dan Ira tanpa sadar terus berteriak kenikmatan mengikuti permintaannya, yang pada akhirnya, Ira berteriak sangat keras karena penis Mas Dodi secara tiba-tiba menusuk vagina Ira, jeritan Ira semakin keras, "aachh sakiiittt... Mas", tapi dengan jeritan itu penis Mas Dodi malah makin dalam saja masuk ke vagina Ira. Penis Mas Dodi masuk semuanya ke vagina Ira, Ira berontak sambil berteriak. Tapi Mas Dodi malah makin terangsang dengan teriakan dan jeritan Ira. Rasa pedih di vagina masih tetap terasa, tapi ritme keluar masuk penis Mas Dodi di vagina Ira secara perlahan mulai menggantikan kepedihan tersebut dengan rasa nikmat yang luar biasa sekali, sehingga tanpa sadar Ira teriak "Mas Dodi keep fucking me.... don't stop it, I really like it." Ira terus mengerang dan menjerit merasakan kenikmatan yang diberikan Mas Dodi, yang sampai akhirnya Ira menjerit keras karena orgasme yang luar biasa nikmatnya. Mas Dodi memperlambat gerakannya, lambat tapi tidak berhenti sampai pada akhirnya dia berteriak, "Ir, aku mau keluar, please hisap penisku karena aku tidak mau membuat kamu hamil", pintanya. Tanpa ragu Ira menghisap habis penis Mas Dodi sampai penisnya mengeluarkan dengan derasnya air mani Mas Dodi. Ira tidak ada pilihan lain selain menelan seluruh air mani Dodi tersebut. Terlihat bercak noda merah sebagai bukti bahwa pada hari itu Ira diperawanin oleh Mas Dodi dan pada hari itu juga Ira menerima pelajaran pertama menghisap penis dan juga menelan air mani. "Ir, kamu nyesel nggak?" Ira hanya bisa berkata, "Mas Dodi sudah ambil perawan Ira, tapi Ira nggak nyesel asal Mas Dodi jangan ninggalin Ira ya", Mas Dodi memeluk Ira, tanpa kata-kata, tapi Ira tahu arti pelukannya itu.

Setelah Ira selesai menceritakan bagaimana dia di perawanin oleh Mas Dodi, sang kekasih, Ira terdiam sambil memejamkan matanya. Aku sendiri sengaja mendiamkannya untuk beberapa saat. Dari kaca yang terpasang di atas tempat tidur kulihat, dalam keadaan masih telanjang, begitu putih dan indah bentuk tubuh Ira dengan bentuk buah dada yang masih kencang. Tanpa sadar aku membayangkan diriku sendiri sebagai Mas Dodi, dan terbayang di dalam benakku bagaimana seru dan nikmatnya bersenggama seorang gadis perawan yang masih berumur 17 tahun. Lamunan tersebut membuat penisku mulai bangkit kembali dan tanganku tanpa dapat ditahan lagi sudah mendarat di buah dada Ira.


Bersambung ke bagian 02

Cerita kisah sex Ira 02

Sambungan dari bagian 01


Dari cerita Ira tersebut aku dapat menangkap bahwa pengalaman pertamanya dalam making love dapat membuat Ira mecapai orgasme berganda (multiple orgasmic), meskipun pada awalnya, dan ini wajar bagi seorang gadis perawan, memiliki rasa was-was dan takut di dalam melakukannya.

Dengan keyakinanku itu tanpa sadar secara halus kuremas-remas buah dadanya, dan Ira membuka matanya sambil tersenyum manis sekali dan sangat menggairahkan. Kujilat putingnya, mulai dari yang sebelah kiri sampai yang kanan, dan mulai dari pangkal sampai ke bukitnya. Berulang kali kulakukan itu, sampai terdengar keluhan rasa nikmat keluar dari mulut Ira. Kutelusuri tubuh putih telanjang ini mulai dari leher sampai pada bibir vagina Ira. Ira mulai meronta kembali. Kakinya dia angkat sendiri membentuk huruf 'V', sehingga tonjolan clit-nya sangat jelas menantang untuk dihisap. Aku mengerti keinginannya, lidahku mulai menari-nari menggeluti clit Ira. Ira mengerang sambil berkata "Masss... I like the way you suck my clit... keep on sucking."

Kuhentikan permainan lidahku pada clit Ira, karena aku ingin sekali mencium bibirnya yang sangat sensual itu. Lama kita berdua berciuman. Birahi Ira sudah mulai meninggi, terasa dari gigitan-gigitannya pada bibirku.

Dalam benakku sekilas terlintas bahwa ini adalah saatnya untuk memulai mencoba memainkan ulang 'rekaman' tersebut.
"Ira..., Mas mau ngentot Ira lagi tapi Ira harus membayangkan bahwa Mas Herman ini adalah Mas Dodi..", kataku. Ira menggelengkan kepalanya sambil berkata,
"Mas nanti tersinggung dan merasa cemburu kalau Ira membayangkan Mas Dodi."
"Ini permintaan Mas.... dan Ira harus lepas bebas berteriak seolah-olah Ira sedang diperawanin seperti waktu itu", kataku. Ira tetap menolak. Dengan tolakannya yang kedua ini maka aku secara ganas meremas dan menciumi buah dadanya sampai Ira mengerang keras, habis kulumat dan kujilati secara agak kasar buah dada Ira.
"Masss Herman, ini seperti yang pernah Mas Dodi lakukan kepada Ira", teriak Ira tanpa sadar.
"Ira..... jangan panggil Mas dengan nama Herman, teriakan saja nama Mas Dodi", pintaku. Makin buas aku melumat buah dadanya dan seiring dengan kebuasanku itu teriakan Ira semakin lepas, "Masss.... buas sekali.... tetapi Ira sukaa..." Sengaja remasanku di buah dadanya aku kencangkan, sambil aku berkata kepada Ira, "Panggil aku Mas Dodi.... ayo Ira, panggil aku Mas Dodi!" Akhirnya Ira mulai berani berteriak "Mas Dodi... Mas Dodi.... aduh Mas Dodi.... nikmat sekali... Masss..." Diriku makin terangsang dengan teriakan Ira menyebutkan nama Mas Dodi, serasa aku sedang mencoba untuk mengoyak gadis perawan yang masih berumur 17 tahun. Ira sudah tidak sungkan lagi untuk mengerang, menjerit dan meneriakan nama Mas Dodi, dan aku sendiri semakin brutal saja menghisap dan menjilat clit-nya. Pada saat penisku sudah demikian tegang dan rontaan Ira semakin dahsyat, secara keras kutancapkan penisku ke vagina Ira persis seperti cerita Ira kepadaku. "Mas Dodiiii.... sakit, vagina Ira sakit..." teriaknya. Tapi aku tidak peduli, kugoyang persis seperti cerita Ira kepadaku bagaimana Mas Dodi menyetubuhi dia untuk pertama kalinya. Luar biasa sekali reaksinya, Ira meronta liar, mengerang dan menjerit serta mencakar punggungku sambil tidak berhenti memanggil nama Mas Dodi. Dengan erangan yang keras sambil berteriak, "Mas Dodi.... Ira keluar.... Ira keluar Masss... Ira ngecrettt.... ahh... Mas Dodi nikmat sekali entotannya.... Ira nggak kuat... Ira ngecret puas banget", rontaan dan erangan Ira hanya bertahan 20 menit saja. Kucabut penisku dari vaginanya dan kumasukkan ke dalam mulutnya, Ira mengulum dan menjilati penisku dengan penuh gairah. "Ini penis Mas Dodi, Ira harus hisap penis Mas Dodi dengan cara yang halus sekali ya", kataku. Ira mengedipkan matanya sambil terus mengulum penisku. "Mas Dodi sekarang pengen di entot Ira", kataku. Dengan bersemangat Ira menjawab, "Mas Dodi, ini gaya Ira yang Mas paling suka kan", sambil badannya membelakangiku, dan sebelah kakinya dia angkat, maka penisku masuk ke vaginanya dari samping. Posisi senggama semacam ini memang nikmat sekali, penis masuk dalam sekali dan tangan kananku dengan leluasa dapat memainkan clit Ira. Bagian kuduk Ira kuciumi, tanpa menghentikan tangan kananku memaikan clit-nya yang sekali-kali kupindahkan untuk meremas buah dadanya. Ira kembali "liar" meronta dalam kenikmatan, sambil tidak berhenti mengucapkan kata 'Mas Dodi' berulang-kali. "Mas Dodi sekarang kok kuat sekali, dari tadi Mas Dodi belum keluar", ucapnya. "Mas Dodi baru akan keluar kalau Ira sudah benar-benar puas", kataku. Ternyata dengan Ira menghadap ke cermin yang ada di tembok justru semakin merangsang dirinya. "Mas Dodi, lihat tuh di kaca, Ira lagi digoyang sama Mas Dodi", ucapnya. "Ira kan yang minta digoyang", kataku. Dan Ira menjawab, "Ira sama sekali tidak merasa menyesal diperawanin oleh Mas Dodi, karena sekarang Ira bisa merasakan bahwa bersenggama itu nikmat sekali." Gerakanku dalam menyetubuhi Ira semakin kupercepat, dan erangan Ira mulai keras kembali tanpa rasa sungkan. Posisi Ira sekarang berada di atas badanku, goyangannya luar biasa sekali. Sambil sekali-kali melihat ke kaca, Ira memainkan sendiri buah dadanya. "Terus Ir.... mainkan payudara kamu.... Mas Dodi senang melihatnya", ujarku. Ira semakin liar, "Mas Dodi lihat tuh penis Mas Dodi keluar masuk di vagina Ira", ucap Ira sambil menundukan kepalanya memperhatikan penisku keluar masuk vaginanya.

Dalam gairah birahi yang begitu tinggi semua 'rekaman' di-playback tanpa disadarinya, dan aku benar-benar mengikuti setiap adegan yang diinginkan oleh Ira. "Mas Dodi seneng kan lihat clit Ira?", sambil tangan kirinya menarik bibir vaginanya sehingga tonjolan clit Ira tampak dengan jelasnya. Tangannya yang sebelah kanan mulai memilin dan memainkan clit-nya sendiri, hasilnya, Ira meronta liar dan gerakan senggamanya semakin bertambah cepat.

Ira benar-benar hebat dalam bersenggama, kuat dan sangat bergairah sekali. Wanita semacam Ira ini tidak mungkin dapat dipuaskan oleh laki-laki yang cepat 'keluar'.
"Ir, kamu nungging, biar Mas Dodi entot kamu dari belakang", pintaku. Dalam posisi menungging kugoyang vagina Ira secara ganas, dan dia menjerit-jerit kenikmatan, yang akhirnya,
"Mas Dodiii... Ira keluar lagi... aacchh.... ucchh.... Ira ngecret lagi mass", gerakan liarnya berhenti sambil merintih merasakan rasa nikmat yang baru saja diperolehnya.
"Mas Herman luar biasa sekali, dan Ira merasa sangat puas dengan entotannya, tapi Ira kasihan sama Mas Herman, karena Ira selalu teriak-teriak nama Mas Dodi", Ira berkata sambil memeluk diriku.
"Ir, Mas Herman sama sekali tidak merasa cemburu atau tidak enak dengan sikap Ira tersebut, justru Mas merasa puas sekali dapat memuaskan Ira", jawabku.
"Ira senang dengan cara Mas Herman menyetubuhi Ira, pokoknya Ira mau sering di entot Mas Herman, Ira juga ingin memuaskan Mas Herman dengan cara apa saja asal Mas Herman puas. Sekarang giliran Mas Herman untuk 'keluar', Ira masih tahan 'kok Mas", ujar Ira. Aku menjawab,
"Kalau Ira senang dengan entotan Mas Herman, Ira harus selalu mau ya kalau Mas Herman mau ngentot Ira",
"Tentu Mas, Ira janji", jawabnya.

Aku memang belum keluar, dan dalam soal bersetubuh, hampir semua perempuan yang sudah kutiduri selalu bilang bahwa aku kuat sekali. Memang, meskipun penisku tidak terlalu besar tetapi daya tahanku kalau lagi bersenggama kuat sekali. Tidak ada wanita yang tidak pernah puas kalau main samaku, termasuk istriku sendiri.
"Ir, pegangin dong penis Mas Herman", pintaku. "Ira isep lagi ya Mas?" pintanya.
Jilatan dan isapan Ira pada penisku memang halus sekali, dia mampu mengisap penisku tanpa menyentuhkan giginya sama sekali di penisku. Luar biasa nikmatnya. penisku sudah tegang kembali, Ira begitu menikmatinya menghisap dan menjilat penisku.
"Mas, penis Mas ini pasti sudah masuk ke banyak vagina kan?" tanyanya.
"Ira harus tahu bahwa Mas bukan laki-laki yang munafik dan Mas tidak suka dengan orang yang munafik. Memang Mas sering ngentot, tapi satu kalipun Mas belum pernah ngentot dengan perempuan yang dasarnya dia mau di-entot karena uang. Mas senang ngentot dengan dasar rasa suka sama suka dan saling membutuhkan, sehingga kedua belah pihak dapat saling memuaskan sehingga terasa benar bahwa ngentot itu adalah sesuatu yang indah dan nikmat untuk dilakukan", jawabku. Dengan jilatan dan isapan Ira penisku sudah semakin menegang. Kuraba-raba buah pantat Ira dan perlahan-lahan kujilati. Ira menggelinjang kegelian. Buah pantat Ira putih dan montok, kujilati terus disekitar buah pantatnya dan kadang-kadang lidahku menyusup kebelahan pantatnya. Ira mulai bergairah dan mulai merintih perlahan, "Mas geli.... tapi Ira suka..." Semakin berani lidahku menjilati belahan pantatnya, dan Ira semakin meronta merasakan kenikmatan yang diberikan oleh ujung lidahku. "'Ir, kamu nungging biar Mas Herman jilat pantat kamu dengan lebih leluasa", pintaku. Dengan posisi seperti itu lidahku bermain semakin leluasa di sekitar anusnya.

Ira sambil menghadap ke kaca mencoba untuk menahan rangsangan yang kuberikan, tapi akhirnya dia tidak tahan dan berteriak kecil, "Mas... nikmat sekali, Ira baru merasakannya sekarang, dulu Mas Dodi tidak pernah menjilati pantat dan sekitar anus Ira." Kujilat jariku agar cukup basah, dan secara perlahan-lahan kumasukkan ke anus Ira. Ira mengerang "Massss... pedih... pelan-pelan, Mas.... tapi jangan dicabut." Kumainkan jariku di permukaan anusnya dengan halus sekali dan secara perlahan-lahan kutekan terus jari telunjukku ke dalam anus Ira. "Enak Mas.... tapi masih pedih.... accchh.... rasanya Ira seperti diperawanin lagi.... uccchh.... enaakkk", Ira mengerang nikmat tanpa henti. "Ir, sekarang Mas Herman perawanin anus Ira ya?" pintaku. Ira hanya mengangguk ragu, tapi aku tidak menunggu jawabannya lebih lanjut. Kubasahi penisku dengan air ludahku, dan secara perlahan kucoba memasukkannya ke anus Ira. Baru ujung penisku saja Ira sudah menjerit kesakitan, "Mas saakkiittt banget.... do it slowly, please....", aku hanya berkata, " Ira, coba kamu isep dulu penis Mas Herman, biar licin", pintaku. Kucoba secara perlahan-lahan memasukkan penisku lagi, Ira mengerang, tapi aku tambah bergairah sekali, kutekan lebih dalam lagi dan Ira terus mengerang, semakin Ira mengerang semakin dalam penisku masuk di anusnya. "Ir, penis Mas sudah hampir setengah masuk ke anus Ira, gimana kamu nikmat?" kataku. Ira tidak menjawab, tapi di luar dugaanku justru dia sendiri yang menekankan pantatnya ke penisku sehingga sambil Ira menjerit keras penisku masuk semuanya ke dalam anus Ira. "Mas giillaa ternyata rasanya nikmat setelah penis Mas masuk semuanya", teriaknya. Aku tancap penisku dianusnya untuk beberapa saat, karena kalau langsung digerak-gerakan pasti Ira masih akan merasa kepedihan. Diluar dugaanku, tiba-tiba Ira mulai menggoyang-goyangkan pantatnya sambil berteriak-teriak, "Mas Herman enakkk banget... aduhh pedih... aduhh nikmat.... accchh nikmat." Ira menjadi liar sekali setelah jariku juga masuk di vagina-nya. "Achh rasanya kaya di-entot dua penis sekaligus... Mas.... Ira baru kali ini merasakan ngentot seperti ini", Ira tidak berhentinya mengerang dan berteriak merasakan kenikmatan yang kuberikan. Karena gerakan Ira semakin 'liar' maka akupun mulai berani memainkan anus Ira, setiap aku menggerakkan penisku Ira menjerit, "Mas saakittt, ennaakk, pedihh." Aku tidak tahan lagi, dan dengan sekali gerakan kutancapkan dalam-dalam penisku di anus Ira, Ira menjerit keras sambil berteriak "Ira ngecret lagi Mas... ampun... enakkkk banget.... Ira puas banget.... uhh enaakkkk sekali", bersamaan dengan teriakan Ira tersebut air mani ku keluar menyembur membasahi bagian dalam anus Ira. Lelah... tetapi nikmat sekali.

Berdua merebahkan diri sambil saling menatap kaca yang terpasang di atas langit-langit kamar. Ira menggengam tanganku erat sekali. " Mas Herman terima kasih, Mas begitu baik mau membantu Ira sehingga Ira sekarang menemukan laki-laki yang mengerti kemauan Ira kalau lagi disetubuhi. Sehingga dalam satu hari Ira bisa orgasme sampai tiga kali. Mas Herman benar-benar luar biasa", ujarnya. "Tapi bagaimana mungkin Ira bisa sebebas dan seliar tadi kalau ngentot sama suami Ira?" tanyanya. "Ira, masalah Ira ini sebenarnya dapat dipecahkan dengan membuka jalur komunikasi dengan suami kamu khususnya mengenai masalah seks kalian berdua, yang dapat kamu mulai lakukan setiap kali kalian selesai making love, karena kalau Ira atau suami Ira tidak memiliki kemampuan atau keberanian untuk memulainya maka masalah kamu ini bisa menjadi kendala keharmonisan hubungan kalian", kataku. "Memang Mas tahu bahwa tidak banyak pasangan suami istri yang mengetahui bagaimana cara meminta apa yang kita inginkan, memberi kritikan dengan bungkus kasih sayang, mendengarkan pasangan dengan penuh pengertian atau memberi dengan tanpa syarat", lanjutku. "Kalau Ira memahami apa yang Mas maksud, dan selama ini suami Ira tidak pernah memperlihatkan adanya tanda-tanda bahwa dia mengerti apa sebenarnya yang diinginkan Ira selama making love, maka Ira harus berani untuk membuka jalur komunikasi ini dengan cara seperti yang Mas katakan tadi di atas. Ungkapkan secara bertahap, dan lakukan komunikasi tersebut dengan bungkus kasih sayang. Tentu hasilnya tidak akan tiba-tiba, tetapi setelah jalur komunikasi itu terbuka, Mas yakin, bahwa masalah keberhasilannya hanya soal waktu saja", lanjutku.

Tampaknya Ira mengerti apa yang kumaksudkan. "Tapi seperti kata Mas sendiri untuk menuju keberhasilannya kan akan memakan waktu, nah selama suami Ira belum dapat membuat Ira orgasme, terus Ira gimana?" tanyanya. "Don't worry honey, I'll always ready to make you satisfy... anytime you need it", selorohku dijawabnya dengan diciumnya bibirku dengan mesra sekali.

Pada satu waktu Ira bertanya kepadaku, "Mas mungkin Ira dalam soal seks nggak normal ya?" Aku bukannya menjawab pertanyaan Ira tersebut, malah aku balik bertanya kepada Ira, "Ir, kamu tahu nggak batasan yang disebut tidak normal di dalam soal hubungan seks?" Ira menjawab "nggak tahu." Aku menjelaskan pada Ira bahwa segala cara, gaya dan frekuensi di dalam melakukan hubungan seks akan selalu disebut normal apabila dilakukan dengan persetujuan kedua belah pihak, dengan tujuan untuk saling memuaskan pasangannya. Kalau pasangan kita melakukan cara-cara yang tidak kita sukai tetapi dia terus memaksakan keinginannya untuk mencapai kepuasannya sendiri, maka pasangan kita tersebut dapat dikatakan memiliki penyimpangan seksual (sexual deviation atau abnormal).

Pada akhir-akhir ini, setiap kali aku bersenggama Ira, jari-jari tanganku, khususnya jari telunjuk, sering dijilatinya dan di masukkan ke dalam mulutnya untuk dijilati dan dihisapnya. Semakin liar gerakanku dalam menyetubuhi Ira, semakin bernafsu Ira menjilati dan menghisap jari telunjukku. "Ir, kamu sekarang ini selama ngentot sering sekali menghisap jari telunjuk Mas, dan kelihatannya Ira makin sangat terangsang kalau selama ngentot Ira dapat menghisap jari telunjuk Mas. Pasti kamu sangat menikmatinya kan?" tanyaku. Ira menjawab, "Ira makin terangsang kalau Ira dapat menghisap jari telunjuk Mas karena jari-jari Mas sekali-kali menyentuh langit-langit mulut Ira, rasanya geli dan sangat merangsang sekali." Dari jawabannya tersebut aku mulai menduga-duga jangan-jangan pikiran Ira selama senggama pada akhir-akhir ini telah diisi dengan fantasi seksualnya yang baru. Aku memiliki keyakinan bahwa jari telujukku itu pasti dibayangkan oleh Ira sebagai penis kedua yang dapat dinikmatinya bersama-sama dengan penisku. Keyakinan itu timbul dari expresi Ira selama menghisap jari telunjukku. Ira begitu menikmatinya.

"Ir, kalau Ira mau bagaimana kalau kita coba untuk melakukan "threesome" dengan menambah satu orang laki-laki lagi dalam acara ngentot kita", tanyaku. Ira tersentak kaget dengan tawaranku, dan sejenak dia hanya terdiam saja. Aku mencoba untuk menjelaskan pada Ira bahwa tawaran ini tentunya hanya sebuah tawaran yang dapat ia tolak, kalau memang Ira tidak menginginkannya. Tapi sewaktu aku menyinggung kepada kebiasaannya pada akhir-akhir ini Ira senang menjilati dan menghisap jari telunjukku selama senggama, Ira menimpalinya dengan mengatakan "Mas memang benar, karena pada akhir-akhir ini Ira sering berfantasi bagaimana rasanya tubuh Ira ini dijamah dan dicumbu oleh dua orang laki-laki dan Ira dapat bermain dengan dua penis sekaligus dalam satu tempat tidur. Meskipun Ira takut untuk mencobanya, tapi keinginan untuk mencoba hal itu selalu muncul setiap Ira main, baik itu dengan Mas maupun dengan suami Ira, tapi Ira masih ragu-ragu dan takut."

Aku mencoba lagi untuk meyakinkan Ira, "Memiliki perasaan ragu-ragu dan takut untuk mencoba sesuatu yang baru adalah sangat wajar sekali, tetapi yang paling penting disini adalah keputusan dari Ira sendiri, apakah Ira mau mencobanya atau tidak?" ungkapku. "Ira mau Mas, tapi takut makin bertambah orang yang tahu bahwa Ira sebagai seorang istri ternyata tidak setia pada suaminya sendiri, dimana sekarang ini kan hanya Mas yang tahu", ujarnya. "Yang penting adalah keputusan Ira bahwa Ira mau mencobanya, soal Ira takut bertambahnya orang yang mengetahui selingkuhnya Ira akan menjadi tanggung jawab Mas. Mas sendiri kan harus dapat menjaga kerahasiahan diri Mas sendiri, jadi Ira tidak usah khawatir", kataku.

Bagiku sendiri melakukan "threesome" sudah sering kulakukan bersama-sama dengan sahabatku yang bernama Iwan, masih bujangan meskipun sudah berumur 32 tahun. Iwan ini adalah "lady killer" yang berpostur tinggi, tegap serta ganteng dan penisnya untuk ukuran orang Indonesia termasuk gede. Selain postur tubuhnya kelebihan lain dari Iwan ini adalah supel dan mudah akrab dengan orang-orang yang baru dikenalnya serta dapat dipercaya. Aku hubungi dia, dan dia setuju dan menunggu untuk dihubungi olehku kembali.


Bersambung ke bagian 03

Cerita kisah sex Ira 03




Pada hari yang telah direncanakan aku menghubungi Ira dan mengatakan pada Ira bahwa hari ini aku akan memperkenalkan temanku kepadanya. "Mas, sungguh-sungguh dengan rencana 'threesome' itu?" tanya Ira. Aku menjawab "Itu soal nanti yang penting kita bertiga ketemu dulu dan tentunya Ira sendiri yang harus memutuskan apakah akan dilanjutkan dengan acara 'threesome ' atau tidak." "Oke, Mas, jemput Ira di tempat biasa jam 11 ya", pinta Ira.

Jam 10.30 aku bersama Iwan meluncur untuk menjemput Ira. Sesampainya ditujuan, begitu Iwan melihat Ira, Iwan berkomentar "Gila tu binor (bini orang) keren banget, mengapa baru sekarang Man gue dikenalin." Aku kenalkan Iwan pada Ira, dan kita bertiga, Ira duduk di depan di sampingku, meluncur ke arah utara kota Jakarta. Selama diperjalanan Iwan secara aktif membuka pembicaraan dengan Ira untuk membuat suasana lebih akrab lagi antara dia dengan Ira. Tujuanku adalah sebuah motel di daerah Pluit yang bernama PT, di motel ini selain kamarnya bagus juga makanannya nikmat-nikmat.

Makan siang dilakukan di dalam kamar, dan selesai makan siang dilanjutkan dengan nonton laser disc sambil ngobrol-ngobrol. Pada waktu Ira selesai dari kamar mandi, dekat pintu kamar mandi aku sempat bertanya kembali kepada Ira apakah Ira mau lanjut dengan acara 'threesome' atau Ira merasa tidak cocok dengan Iwan. Ira menjawab "Iwan ganteng Mas, dan untuk acara.....", Ira diam, dan hanya tersenyum penuh arti kepadaku. Aku dapat menangkap isyaratnya. Ira mau untuk mencoba 'threesome' tetapi malu untuk mengatakannya.

Kembali ke kamar tidur, Ira duduk di sofa di samping Iwan, dan aku duduk di sebelah kanan Ira. Posisi duduk di sofa itu menjadi Ira duduk di tengah di apit oleh aku di sebelah kanan dan Iwan di sebelah kirinya. Film yang diputar melalui laser disc cukup seru, sebuah film drama percintaan dengan diselingi adegan-adegan ranjang yang halus tetapi cukup merangsang. Obrolan di antara kita bertiga semakin hidup, dan kelihatan kekakuan Ira dengan kehadiran Iwan sebagai kenalan barunya sudah mulai hilang.

Aku berpikir bahwa kini sudah saatnya untuk aku memulai berinisiatif "menyerang" Ira. Tanganku mulai mengelus paha putih Ira, Ira melirik kepadaku dan tersenyum cantik sekali. Elusan-elusan tanganku di atas paha putih Ira terus kulakukan yang dengan sekali-kali sengaja tanganku menyusup lebih tinggi lagi mendekati pangkal paha Ira. Hal itu kulakukan dengan mataku tetap menatap layar TV, dan sekali-kali aku mencuri pandang melihat kepada Iwan. Sampai tahap ini Iwan masih belum bereaksi, pandangannya tetap mengikuti film yang tertayang di TV.

Rok mini Ira semakin tersingkap, dan tanganku dengan leluasanya merambah dan mengelus naik turun sampai kesekitar pangkal pahanya, Ira mulai sering menggelinjang menahan rangsangan akibat dari apa yang kulakukan ini. Kesempatan ini kupergunakan untuk terus lebih merangsang Ira dengan mulai menyusupkan tangan kananku ke dalam blues Ira, pangkal payudaranya mulai kusentuh dan Ira mendesis sambil tetap berusaha mempertahankan posisi dirinya agar tidak semakin doyong bersandar ke tubuh Iwan. Tanganku masih belum begitu leluasa untuk meremas dan memainkan payudara Ira karena masih terhalang oleh BH yang dipergunakannya. Maka kembali tangan kananku kuturunkan untuk kembali mengelus paha Ira dan kali ini tanganku mulai menyelinap ke balik CD-nya. Ira tersentak menahan rangsangan ketika tanganku menyentuh clit-nya, dan tanpa sadar kepala Ira jatuh di dada Iwan. Dengan sigap tangan kiri Iwan menyangga kepala Ira dan tangan kanannya mulai meraba payudara Ira. Ira mulai merintih lirih menahan nikmat. Dengan tangan kanannya Iwan mulai melepaskan kancing baju atas Ira satu persatu. Sedangkan aku sendiri makin ganas memilin clit Ira dengan tanganku. Erangan Ira semakin keras, ketika tangan Iwan berhasil menyusup kebalik BH Ira dan mulai meremas payudara Ira dengan remasan-remasannya yang mampu membuat Ira sangat terangsang. Goyangan kepala Ira semakin liar, dan dengan tangan kirinya Iwan mengangkat muka Ira ke atas sehingga posisi bibir Ira sangat dekat dengan mulut Iwan. Tanpa menunggu lagi, Iwan melumat bibir Ira dengan bernafsunya dan Ira pun membalasnya dengan tidak kalah buasnya.

Kuangkat kedua kaki Ira ke atas pahaku, kemudian kaki kanannya kusandarkan di sandaran sofa. Dengan posisi seperti ini tanganku semakin bebas memainkan clit Ira yang sudah mulai basah. Aku melihat ke Iwan, ternyata tangan kanannya masih terus meremas-remas payudara Ira, dan bibirnya sibuk mengulum bibir Ira. Begitu Iwan melepaskan lumatannya, Ira berteriak, "Pindah ke tempat tidur.... Ira ingin lebih bebas menikmati kalian berdua." Iwan dan aku bersama-sama mengangkat Ira ke tempat tidur. Kulepaskan rok mini Ira berikut CD-nya sedangkan Iwan melucuti baju dan BH-nya. Ira sekarang telah telanjang bulat dan badan yang putih serta montok itu seakan menantang untuk dijarah olehku dan Iwan.

Kulebarkan kaki Ira, sehingga tampak jelas menonjol clit Ira yang merah kecoklatan. Kuturunkan kepalaku untuk mulai melumat dan menghisap clit Ira. "Oh.... oh.... Mas, Ira suka banget isepan Mas pada clit Ira", Ira mengerang menahan rasa gairah yang kuberikan. Iwan mulai turut dalam permainan ini, dia menekukan lututnya di antara kepala Ira sehingga posisi penisnya jatuh tepat di atas mulut Ira. Disodorkan penisnya mendekati mulut Ira dan kulihat Ira sempat melihat ke wajah Iwan sambil tersenyum dan langsung mulai menjilati penis Iwan. Tangan Iwan dengan leluasanya meremas dan memilin payudara Ira. Sedangkan aku sendiri terus melumat clit Ira.

Sekarang tangan kananku yang memilin clit Ira, sedangkan dua jari tangan kiriku kumasukkan ke dalam vaginanya. Ira mengelinjang dan menggerak-gerakan pantatnya naik-turun seolah-olah dia sedang bersetubuh. Aku bertanya kepada Ira "Apakah kamu suka dengan cara kita berdua ini?" Ira hanya mampu menjawab dengan cara menganggukkan kepalanya, karena mulutnya masih berusaha untuk dapat menghisap penis Iwan sampai pada pangkalnya. Penis Iwan memang besar, kelihatan Ira kesulitan untuk menghisap penis tersebut sampai kepangkalnya. Kulihat akhirnya Ira melepaskan hisapan atas penis Iwan dan berkata, "Wan, penis kamu luar biasa gedenya, Ira susah ngisepnya." Aku menimpalinya dengan berkata, "Tapi kamu suka kan sama penis Iwan?" Ira teriak "Suka banget, Mas." Aku berkata pada Iwan "Wan, sekarang kamu gituin Ira dulu supaya dia bisa ngerasain gedenya penis kamu."

Tanpa menunggu lebih lama lagi Iwan langsung menempelkan penisnya di bibir vagina Ira dan mulai menggesek-gesekannya. Ira merintih menahan nikmat dan aku sendiri sangat terangsang melihat adegan itu. Penisku berdiri keras sekali tetapi sementara ini aku tetap ingin menjadi penonton dulu. Penis Iwan agak kesulitan untuk menembus vagina Ira. Baru ujung penisnya masuk Ira sudah menjerit, "Wan... gila... sakit... rasanya kayak lagi waktu Ira dulu diperawanin." Aku memancing fantasi Ira dengan mengatakan "Itu bukan Iwan tetapi Dodi." Pancinganku berhasil, Ira mendesis sambil merintih "Mas Dodi, Ira mau diperawanin ya?" Iwan adalah partnerku yang baik dan sudah terbiasa dengan situasi semacam ini dan dia menjawab "Ira sayang Mas Dodi kan? biarkan penis Mas Dodi masuk ke vagina Ira." Iwan menekan penisnya agar dapat masuk lebih dalam lagi. Ira bereaksi dengan berteriak "Ach.... achh... sakit Mas.... pelan-pelan." Aku melihat dengan jelas bagaimana sulitnya vagina Ira untuk menerima penis Iwan, dan adegan ini membuatku semakin terangsang, tetapi aku mencoba untuk menahan diri untuk tidak segera berpartisipasi agar tidak kehilangan adegan yang merangsang ini.

Ira mengerang "Acchh.... pedih... Mas Dodi... please fuck me slowly.... I like your cock... so big... acchh.... slowly darling", separuh dari penis Iwan berhasil masuk ke vagina Ira, dan Ira sendiri berontak liar menahan rasa pedih dan nikmat yang dirasakannya. Aku justru mendorong Iwan agar lebih menancapkan penisnya di vagina Ira dengan berkata "Ayo Dod, fuck her, Ira minta dientot sama penis kamu", dan aku pun bertanya sama Ira, "benar kan Ir, kamu senang kan dientot Dodi, jawab dong.... kalau tidak nanti Dodi cabut lagi penisnya dari vagina Ira", Ira berteriak, "Yessss.... Ira pengen banget penisnya Mas Dodi." Mendengar teriakan Ira tersebut, Iwan langsung menekan penisnya lebih dalam lagi ke vagina Ira, dan Ira menjerit "Addduuhh.... so big.... painfull but nice.... fuck me deeply Mas Dodi." Ira meronta-ronta kenikmatan mendapatkan penis yang jauh lebih besar dari punyaku. Jeritan-jeritan Ira semakin keras, dan badannya meronta liar tak terkendali ketika Iwan membalikkan badan Ira pada posisi doggy style. Iwan sendiri kelihatan begitu bernafsu menggoyang Ira dari belakang, dia tidak mengurangi sama sekali genjotan penisnya ke dalam vagina Ira meskipun Ira terus merintih antara sakit dan nikmat.

Aku sudah tidak tahan lagi melihat adegan semacam itu, segera aku berdiri di depan kepala Ira dengan posisi kaki yang kurentangkan sehingga kepala Ira berada di selangkanganku. Aku sodorkan penisku ke mulut Ira untuk dijilati dan dihisapnya. Ira sudah di luar kendali, "Mas Dodi... ini penis siapa laag...", belum selesai Ira berkata, penisku sudah masuk di mulut Ira dan Ira dengan bernafsunya menjilati dan menghisap penisku. Hentakan penis Iwan dari belakang membuat Ira lebih tidak terkendali lagi di dalam menghisap penisku sehingga rasa nikmat yang aku rasakan sulit untuk diungkapkan. Ira melepaskan hisapannya atas penisku, dan mengerang serta berteriak keras sekali "Mas Dodi, Ira coming... Ira nggak tahan lagi, addduhh ohh... so nice", badannya sejenak bergetar liar dan kemudian melorot rebah seperti tidak berdaya menahan rasa nikmat yang baru saja diperolehnya.

Iwan menarik penisnya dari vagina Ira secara perlahan-lahan diiringi dengan lirihan Ira "Aaduuhh... nikmat sekali...." Untuk beberapa saat kita bertiga tidak ada yang bersuara. Keheningan terpecahkan ketika Ira berkata, "Sorry ya Wan, tadi Ira teriak manggil-manggil nama Mas Dodi, habis waktu penis Mas Iwan mau masuk ke vagina Ira, rasa sakit dan pedihnya sama banget sewaktu Ira diperawanin oleh Mas Dodi, jadi Ira inget dia." "Yang penting buat Mas Iwan, Ira puas dan justru sewaktu Ira mulai menyebut-nyebut nama Mas Dodi, Mas Iwan semakin terangsang karena ngebayangin diri Mas Iwan sebagai Dodi yang lagi merawanin Ira", jawab Iwan. Ira melirik ke Iwan dan sambil loncat ke kamar mandi Ira berkata, "Giliran kalian berdua ya untuk coming, be back soon."

Keluar dari kamar mandi, Ira berdiri menghadap ke kaca rias sambil menyisir rambutnya. Aku harus mengakuinya bahwa postur tubuh Ira memang indah, putih dengan bentuk buah dada yang tegak menantang. Dalam posisi Ira masih berdiri menghadap kaca, aku sudah berdiri memeluknya dari belakang, secara perlahan kutelusuri tengkuknya dengan bibirku. Ira menggelinjang geli. Ciuman-ciuman kecil terus kulakukan di sekitar tengkuknya sambil tanganku dengan halusnya mulai mengelus buah dadanya. Tampak di kaca Ira berusaha untuk tidak memejamkan matanya, Ira berusaha untuk dapat melihat buah dadanya dielus dan diremas oleh kedua tanganku. Ira kelihatannya menikmati sekali adegan ini.
"Wan, lets joint with us", ajakku. Iwan beranjak dari tempat tidur dan langsung berjongkok di antara kaki Ira menghadap ke clit Ira. Iwan mulai memainkan lidahnya menjilati sekitar bibir vagina Ira, dan Ira tetap bertahan untuk terus menatap ke kaca. Tangan Ira memegang rambut Iwan, dan kepala Iwan digoyang-goyangkannya seolah-olah Ira menuntun lidah Iwan agar jilatannya jatuh di tempat yang diinginkannya. Nafas Ira memburu, desahan rasa nikmat yang dialaminya mulai terdengar "Ohh... acchh shh... adduhh..." Tanganku masih terus meremas dan memilin puting payudara Ira. "Ir, lihat di kaca, lihat... clit kamu lagi dihisap dan dijilati Iwan, dan payudara kamu sedang Mas remas-remas, lihat...", bisikku. Ira menatap kaca dan merintih lirih "Keep on doing, Ira suka baangeeet, nikmat...." Kubasahi dengan ludah jari telunjukku, dan secara perlahan-lahan kutusukan ke dalam anus Ira. Ira meronta, dan sambil tetap memegangi rambut Iwan untuk supaya tetap menjilati clit-nya, Ira mulai menggoyangkan pantatnya dengan maksud agar jariku dapat masuk lebih dalam lagi di anusnya.

Ira sudah lepas kendali, berteriak dan meronta menuntut yang lebih dari yang sedang dirasakannya saat ini. Kubasahi sekitar anus Ira dengan ludahku demikian pula penisku. Perlahan tapi pasti, penisku kutekan ke anusnya, Ira menjerit ketika penisku berhasil masuk ke anusnya. Dengan posisi berdiri, Iwan mulai berusaha untuk memasukkan penisnya ke vagina Ira. Tekanan-tekanan penis Iwan yang berusaha untuk masuk ke vagina Ira, secara tidak langsung menekan lebih dalam lagi penisku terbenam di vagina Ira, rasanya luar biasa nikmat. Penis Iwan berhasil masuk ke vagina Ira dan gerakan Ira semakin tidak terkendali karena setiap tekanan yang kulakukan membuat penis Iwan masuk semakin dalam, demikian sebaliknya kalau Iwan yang melakukan tekanan. Rintihan, teriakan dan gerakan Ira luar biasa sekali, Ira benar-benar menikmatinya.

Ira merintih, "Ohh, I'm coming again... shhehh, aaddduuhh, aacchh..." melihat Ira meronta-ronta aku tidak tahan lagi, kutekan dengan dalam penisku di anus Ira, diam tanpa gerakan untuk dapat merasakan sepenuhnya jepitan anus Ira di penisku akibat kontraksinya lubang anus Ira. "Ooohh... Ira.... Mas mau keluar.... auuuccchh.... shhiiitttt... I'm coming.. Ira", teriakku sambil meremas kencang payudara Ira. Kudekap Ira dengan kedua lenganku, sedangkan Iwan dengan ritme yang pelan tetap masih menggoyang Ira, Ira sudah tidak mampu lagi untuk membuka matanya, bibirnya terkatup menahan rasa nikmat. Perlahan-lahan kucabut penisku dari anus Ira dan membiarkan Iwan sambil berdiri meneruskan menggoyang Ira

Kududuk di sofa memperhatikan mereka berdua bermain. Iwan mengangkat Ira ke tempat tidur, dengan posisi kaki Ira terjuntai ke lantai, Iwan berusaha untuk memasukkan penisnya lagi ke vagina Ira. Penis Iwan yang begitu gede berhasil masuk separuhnya ke vagina Ira, dan Ira pasrah menerimanya ketika Iwan menekankan penisnya sampai masuk seluruhnya. "Adduhh....", hanya itu yang dapat diucapkan Ira. Gerakan Iwan dalam menyetubuhi Ira tetap stabil, perlahan, tetapi setiap menekan Iwan selalu menekan penisnya sampai masuk semuanya. Reaksi dari menyetubuhi Iwan ternyata luar biasa sekali, setiap Iwan menekankan penisnya Ira pasti merintih "Mas Iwannn... ampun.... ampun Mas.... Ira puas bangett-bangeeettt", tanpa sadar penisku berdiri lagi tetapi aku merasa kasihan kepada Ira kalau harus menangani penisku lagi. Aku mendekat kepada Ira dan dengan halus kuusap dan kuremas-remas buah dadanya. Remasan-remasan yang kulakukan membuat Ira semakin merintih, dan rintihan Ira yang semakin keras tersebut merangsang Iwan untuk lebih mempercepat goyangannya. "Mas Iwan... Ira ampun.... Ira mau keluar lagi... aacchh... Ira keluar... oocchh", teriak Ira, dan bersamaan dengan teriakan Ira tersebut kulihat Iwan memperlambat goyangannya dan menanamkan seluruh penisnya dalam-dalam ke vagina Ira sambil berteriak "Irrrrrr, Mas... mau keluar... accchh adduhh", badan Iwan meregang tegang menahan nikmat dan beberapa saat kemudian merebahkan badannya memeluk Ira sambil mencium bibir Ira dengan mesranya.

Ira tidak bersuara,demikian pula Iwan dan aku, kita masing-masing jalan dengan pikiran dan lamunannya sendiri-sendiri. Jam 19.00 kita bertiga meninggalkan motel PT, di tengah jalan Ira berkata, "Mas Iwan burungnya kok bisa gede begitu sih, rasanya sampai sekarang masih mengganjal saja di vagina Ira." Iwan hanya tertawa dan sambil berseloroh menjawab, "Kamu salah Ir, yang gede bukan penis Mas Iwan tapi vagina kamu yang terlalu sempit", kita bertiga tertawa lepas dan sepakat untuk melakukannya lagi, next time.


TAMAT

Istriku minta disetubuhi temanku

Aku dan istriku, Risnawati yang biasa kupanggil dengan Ris, sudah menikah kira-kira 4 tahun. Istriku saat ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga, meskipun sempat kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri. Sedikit gambaran fisik tentang istriku, Ris pada saat ini berumur 29 tahun, berkulit putih, berambut ikal sepunggung, dengan payudara yang cukup besar (34B) berbentuk bagus sekal, tinggi 155 cm, berat 50 kg, dengan perut rata dan pinggang kecil namun sintal. Pinggulnya serasi dengan bentuk badannya dan kedua bongkahan pantatnya sekali. Secara umum, dia cukup seksi.

Telah lama kami mempunyai fantasi untuk melakukan aktifitas seks three some. Biasanya, sebelum melakukan Making Love, kami mengawalinya dengan saling menceritakan fantasinya masing-masing. Fantasi yang paling merangsang bagi kami berdua, adalah membayangkan Ris melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain dengan kehadiranku. Sekedar informasi, Ris memang mempunyai gairah seks yang sangat tinggi, sementara di sisi lain, aku biasanya cuma sanggup ejakulasi satu kali. Setelah ejakulasi, meskipun sekitar satu jam kemudian penisku bisa ereksi lagi, umumnya aku merasa lelah dan tidak bergairah, mungkin akibat beban pekerjaan yang cukup berat. Karenanya, biasanya ketika dia minta agar bisa mencapai orgasme berikutnya, paling banter aku melakukannya dengan tangan, atau membantunya bermasturbasi dengan dildo. Walaupun demikian selama ini dia bisa merasa puas dengan cara tsb.

Setelah sekian lama mempunyai fantasi tsb, suatu hari aku tanya apakah ia mau merealisasikan fantasi tsb. Pada awalnya ia cuma tersenyum dan mengira aku cuma bercanda. Namun setelah aku desak, ia balik bertanya apakah aku serius. Aku jawab, ya aku serius. Terus dia tanya lagi apakah nanti aku masih akan tetap sayang sama dia, aku jawab ya, aku akan tetap menyayanginya sepenuh hati, sama seperti sekarang. Lalu aku tambahkan, bahwa motivasi utama aku adalah untuk membuatnya bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Melihat wajahnya ketika mencapai orgasme, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagiku.

Akhirnya dia jawab dia mau melakukannya kalau moodnya mengijinkan. Kemudian aku dan Ris mendiskusikan kira-kira dengan siapa kami melakukannya, akhirnya pilihan datang kepada seorang teman dekatku, namanya Vence biasa kupanggil dengan Ven, yang telah lama kami kenal, namun jarang bertemu karena tinggal di kota lain. Sejak itu sering fantasi kami melibatkan kehadiran Ven. Usia Ven 33 tahun, sama denganku, meski demikian tubuhnya lebih tinggi kurang lebih 175 cm dan besar serta tegap, maklum dia adalah keturunan campuran Eropa-Indonesia.

Akhirnya setelah beberapa bulan berlalu, aku menghubungi Ven dari kantorku. Setelah berbasa-basi sebentar, lalu aku mulai menceritakan tentang fantasi-fantasi kami. Sebagai sahabat lama, kami terbiasa berbicara terbuka, termasuk masalah seks. Ven tampak antusias mendengar ceritaku dan dia menyatakan kesanggupannya. Mengingat kesibukan bisnisnya, dia merencanakan untuk datang ke kotaku sekitar 2-3 minggu lagi. Tidak lupa aku tegaskan, bahwa semua rencana ini sepenuhnya bergantung kepada kesediaan istriku. Artinya jika pada saat-saat terakhir Ris berubah pikiran, maka sama sekali tidak boleh ada satu pihakpun yang memaksakan kehendaknya. Aku katakan juga, dia tidak boleh berlaku kasar terhadap Ris, sebab kepuasan Ris adalah segala-galanya. Ven setuju dan dapat memakluminya.

Akhirnya waktu yang yang ditunggu tiba, baik Ris maupun aku cukup gugup menghadapi apa yang telah kita rencanakan. Namun aku meyakinkan Ris bahwa dia boleh berubah pikiran kapanpun. Sekitar pukul 6 sore Ven datang, pada saat itu aku masih berada di kantor, Ris mengabarkan kedatangannya melalui telepon. Pukul 7 aku tiba di rumah, tampak Ven telah mandi dan ganti baju dan sedang menonton TV. Sementara itu Ris sedang berada di kamar mandi. Setelah ngobrol sebentar, kemudian aku masuk ke kamar untuk menyimpan tas dan mengganti pakaian. Pada saat bersamaan Ris baru keluar dari kamar mandi (kamar mandi terletak di dalam ruang tidur kami) dengan hanya memakai handuk. Dia tampak sangat cantik malam itu. Sementara aku mengganti pakaian, Ris mengenakan daster pendek berwarna merah. Ris tampak cantik dengan daster tersebut, panjang daster tsb hanya sampai ke pertengahan paha, tampak kontras dengan pahanya yang berwarna putih mulus. Sementara Ris masih menyisir rambut dan memakai parfum, aku keluar menemui Ven.

Setelah beberapa saat kami mengobrol, bercerita tentang keadaan masing-masing. Ris kemudian keluar kamar. Ven hampir tak berkedip menatap Ris yang benar-benar tampil seksi malam itu. Singkat cerita, setelah selesai makan malam kami sama-sama duduk di karpet, menonton acara TV yang saat itu sedang berlangsung. Posisinya Ven, kemudian Ris di tengah menyender di dadaku. Terus terang suasana saat itu agak canggung dan kami benar-benar tidak tahu cara untuk memulai semua rencana yang telah disusun.

Akhirnya aku mengambil inisiatif dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dada Ris dan menyentuh payudaranya dari luar daster. Mendapat tindakan demikian Ris mulai terangsang dan nafasnya mulai tidak teratur. Segera setelah itu, aku lumat bibirnya dan tangan aku mulai menyusup ke balik dasternya. Ternyata saat itu Ris sudah tidak memakai BH. Ris benar-benar terangsang kini. Pada saat itu tangan Ven mulai mengelus-elus paha Ris yang telah terbuka, karena daster mininya telah terangkat ke atas. Kaki Ris yang tadinya tertekuk ditarik, sehingga sekarang Ris berada dalam posisi duduk sambil bersandar padaku dengan kedua pahanya yang agak terbuka dan kaki melonjor ke depan. Tangan Ven mulai bergerilya pada bagian paha atas Ris.

Kemudian Ven menarik tangan Ris dan meletakkannya di atas pangkuan Ven. Secara reflek, dalam keadaan terangsang, Ris mengusap-usap kemaluan Ven yang telah tegang dari luar celananya. Bagian bawah celana Ven terlihat menggembung besar. Aku mengira-ngira betapa besar kemaluan Ven ini. Sementara bibirku mulai menyusur leher dan belakang telinganya (bagian yang paling sensitif baginya). Setelah itu aku berbisik di telinga Ris, inilah saat untuk merealisasikan fantasi kita. Lalu aku melepaskan pelukanku untuk memberi kesempatan pada Ven untuk beraksi.

Sekarang Ven mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Ditariknya Ris ke pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap payudara Ris yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggung Ris sambil mulutnya melumat bibir Ris dengan gemas. Tangan Ven yang berada di payudara Ris disisipkan pada belahan daster Ris yang terbuka dan mulai memelintir dengan halus ujung putingnya yang telah mengeras. Kemudian Ven menarik tangan Ris ke arah resluiting celana Ven yang telah terbuka dan menyusupkan tangannya memegang kemaluan Ven yang telah tegang itu. Kelihatan Ris agak tersentak ketika terpegang senjata Ven yang tampaknya besar itu.

Setelah beberapa saat mengelusnya, kemudian Ris membuka celana Ven sehingga kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang dengan jelas terlihat. Aku sangat terkejut melihat kemaluan Ven yang sangat besar dan panjang itu. Kemaluan yang sebesar itu hanya ada di film-film BF barat saja. Batang penisnya berdiameter 7 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya berbentuk topi baja yang sangat besar, panjangnya mungkin lebih dari 20 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut pirang yang lebat.

Setelah keluar dari celananya kelihatan seram, jauh lebih panjang dan besar dari punyaku. Sesaat Ris menoleh ke arahku, dari sinar matanya yang agak panik, tampak dia agak ketakutan dan tidak menduga akan menghadapi penis yang sebesar itu. Aku mulanya juga agak ragu-ragu, tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya sudah kepalang, karena tidak enak hati pada Ven yang telah bersedia memenuhi keinginan kami itu.

Kemudian aku mengangguk sambil tersenyum memberi semangat pada Ris. Mendapatkan persetujuanku dan dorongan semangat itu, Ris kemudian dengan kedua tangannya memegang penis Ven dan mulutnya mendekat ke kemaluan Ven. Ris mulai menjilati kepala penis Ven yang besar itu. Kemudian setelah cukup basah oleh air ludahnya, perlahan Ris mulai memasukkan penis Ven ke dalam mulutnya. Terlihat sangat susah bagi Ris untuk bisa memasukkan penis yang besar itu ke dalam mulutnya. Terlihat mulutnya harus dibuka lebar-lebar untuk bisa menampung penis Ven yang dahsyat itu. Ven tampak sangat menikmati isapan Ris itu.

Kira-kira sepuluh menit Ris mengulum kemaluan Ven, kemudian Ven menarik kepala Ris dan mendekatkan ke mukanya dan kemudian melumat bibir Ris. Ris balas melumat bibir Ven dengan ganasnya, sementara tangan Ven merambah ke payudara Ris dan mulai membuka daster Ris. Setelah daster terlepas, sambil tetap berciuman, tangan Ven mulai menyusup ke balik celana dalam Ris yang berwarna cream sambil memainkan clitoris Ris. Tangan Ris sendiri tidak tinggal diam, ia terus mengelus kemaluan Ven yang semakin menegang.

Kemudian Ven menggendong Ris dan membawanya ke kamar tidur tamu. Terlihat Ris sangat kecil dalam gendongannya, dibandingkan badan Ven yang besar itu. Secara perlahan kemudian Ven meletakkan Ris di ranjang dan membuka celana dalam Ris. Hingga kini Ris telah telanjang bulat. Tampak kulitnya yang putih dan vaginanya yang tanpa rambut (Ris biasa mencukur bulu vaginanya secara teratur) merekah dan tampak basah. Kemudian Ven perlahan-lahan mengarahkan bibirnya ke leher Ris, kemudian turun ke dadanya dan mulai melumat puting payudara Ris bergantian.

Sementara itu aku terus memperhatikan dari pintu kamar dengan menahan birahi yang sangat memuncak. Setelah puas bermain-main di payudara Ris, Ven kemudian mulai menciumi pusar Ris sampai akhirnya mulai menjilati lubang vagina Ris yang semakin basah. Setelah berlangsung kira-kira 30 menit, tampak Ris mulai mendekati orgasme, mengetahui demikian, Ven kemudian mulai mengarahkan penisnya ke vagina Ris yang makin merekah. Sebelum memasukkan penisnya, tidak lupa Ven menggosok-gosok kepala penisnya pada bibir vagina Ris. Badan Ris menggelinjang kegelian merasakan gosokan penis Ven pada vaginanya.

Perlahan-lahan Ven mulai memasukkan penisnya ke vagina Ris. Ris berusaha membantu dengan membuka bibir vaginanya lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit untuk penis sebesar itu masuk ke dalam lubang vagina Ris yang kecil. Tangan Ven yang satu memegang pinggul Ris sambil menariknya ke atas, sehingga pantat Ris agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang penisnya yang ditekan masuk ke dalam vagina Ris.

Sementara Ven sedang berusaha memasukkan penisnya kedalam memek Ris, badan Ris terlihat menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya terdengar suara, "aahh..., aahh..., ssshh..., ssshh", seperti orang sedang kepedasan. Pada waktu Ven mulai menekan penisnya, terdengar jeritan tertahan dari mulut Ris, "Aduuhh..., sakiiitt..., Veenn..., pelan-pelan..., doong". Ven agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberikan kesempatan pada Ris mengambil nafas, kemudian Ven melanjutkan kembali usahanya untuk menaklukkan vagina Ris. Aku agak kasihan juga melihat keadaan itu, disamping itu melihat badan Ris yang menggeliat-geliat dan tangannya yang mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, membuatku terangsang dengan hebat. Ven dengan pasti tetap mendorong kemaluannya masuk secara perlahan-lahan ke dalam vagina Ris.

Akhirnya sesaat kemudian, hampir seluruh kemaluan Ven masuk ke dalam vagina Ris. Ven kemudian menggerakkan penisnya keluar masuk dengan irama yang teratur, sementara Ris mengimbangi dengan mengerakkan pantatnya. Tidak lama kemudian, Ris mencapai klimaks. Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan jeritan tertahan, "Aku sampaai Veeenn..., peluk aku kuat-kuat". Bersamaan dengan itu, kakinya melingkar di pinggang Ven dan mengunci dengan erat. Sementara Ven hampir tidak bisa bergerak dan hanya menekankan kemaluannya ke dalam vagina Ris sekuat mungkin. Tak lama, Ris mulai tampak rileks dan melonggarkan kakinya yang melingkar di pinggang Ven.

Sementara Ven kemudian meneruskan gerakan keluar-masuk penisnya secara perlahan-lahan dan Ris hanya diam kelelahan dengan nafas yang tidak teratur. Tidak lama, tampaknya birahi Ris mulai bangkit lagi dan menggerakkan pantatnya lagi. Maklum wanita kan bisa mengalami multiple orgasme.

Tidak lama kemudian, Ven mencabut penisnya dari vagina Ris dan meminta Ris untuk menungging. Kemudian Ven memasukkan kemaluannya ke vagina Ris dari belakang. Aku yang sejak tadi hanya menyaksikan mulai tidak tahan, kemudian aku mendekat, membuka celana, dan mengarahkan kemaluanku yang sudah sangat tegang ke mulut Ris. Dengan sangat bernafsu, Ris mengulum penisku sementara Ven tampak menggerakan pinggulnya semakin cepat. Tidak lama kemudian tampaknya Ven hampir mencapai klimaksnya dan mengerakkan pantatnya dengan sangat cepat. Ris mengimbangi gerakan Ven dan melepaskan penisku dari mulutnya, sambil mengeluarkan erangan Ris berkata, "Ayo Ven gerakkan yang cepat..., ah..., uh". Setelah itu Ven ejakulasi dan menekankan pantatnya rapat-rapat sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Ris. Dan pada saat hampir bersamaan Ris pun kembali mencapai orgasme. Tak lama Ven mencabut penisnya dan tidur telentang di samping Ris.

Aku kemudian duduk di kursi sofa yang ada di ruang tidur itu dan menarik Ris. Perlahan Ris jongkok di atasku dan mulai menurunkan vaginanya yang tampak membengkak ke arah kemaluanku (mungkin akibat barang Ven yang sangat besar itu). Dengan mudah penisku masuk ke dalam vagina Ris, maklum setelah cukup lama barang Ven yang besar itu keluar masuk, membuat vagina Ris agak melar. Walau demikian, aku tidak bisa menahan ejakulasi terlalu lama, mungkin akibat pengaruh situasi, tidak lama penisku memuntahkan cairan sperma di dalam vagina Ris, sampai meluber keluar.

Tampak Ven terbaring dengan lesu di ranjang dan aku di sofa. Tampaknya energi kami benar-benar terkuras. Sementara Ris kemudian pergi ke kamar mandi, untuk pipis dan membersihkan sisa-sisa spermaku di vaginanya. Kira-kira setengah jam kami beristirahat, Ris berinisiatif mengulum kemaluan Ven yang masih mengkerut. Sementara aku hanya memperhatikan. Tidak lama, kemaluan Ven mulai membesar lagi setelah beberapa saat dikulum. Ris kemudian mengangkangkan kakinya di atas Ven yang telentang tidur dan menghadapkan wajahnya ke arah penis Ven. Ven kemudian menjilati vagina Ris sampai ke lubang anusnya, dan Ris sendiri sibuk mengulum dan menghisap penis Ven. Melihat pemandangan ini, kemaluanku pun mulai menegang kembali.

Tak lama Ris bangun dan duduk di atas Ven, kemudian Ris memasukkan penis Ven ke vaginanya dengan posisi Ris di atas. Ris menaik-turunkan pantatnya dengan bibir vagina mencengkeram penis Ven dengan erat. Ketika Ris menaikkan pantatnya, bibir vaginanya turut tetarik keluar mencengkeram kemaluan Ven. Sungguh pemandangan yang sangat mengairahkan. Makin lama gerakan Ris makin cepat dan tak lama Ris tampak mencapai orgasmenya dan menekankan pantatnya kuat-kuat sehingga penis Ven masuk seluruhnya. Setelah itu Ris menarik pantatnya dan jongkok di tepi ranjang sambil mengulum kemaluan Ven. Sementara vaginanya mengarah ke arahku. Melihat pemandangan demikian, aku memasukkan penisku ke vagina Ris dari belakang, sementara mulutnya sibuk mengulum kemaluan Ven keluar masuk.

Kira-kira sepuluh menit kemudian, Ris kembali mencapai orgasmenya dan aku rasakan vaginanya menjepit penisku dengan erat. Tak lama aku pun kembali mencapai ejakulasi. Setelah itu Ris mengelap sisa air maniku yang tertinggal di mulut vaginanya dengan handuk kecil, Ris kemudian berbaring di ranjang dan Ven kembali memasukkan penisnya ke vagina Ris.

Setelah hampir satu jam, dan Ris telah mencapai dua kali orgasme lagi, barulah Ven pun mencapai orgasmenya, namun kali ini Ven mengeluarkan penisnya dari vagina Ris, sehingga spermanya muncrat ke payudara dan perut Ris. Sambil tersenyum Ris membalurkan sperma tsb ke seluruh dada dan perutnya, untuk menikmati kehangatannya. Setelah itu Ris kemudian mengelapnya dengan handuk kecil. Sementara Ven tampak kelelahan namun sangat menikmati. Ven kemudian mencium bibir Ris, istriku dan memeluknya. Ris berkata bahwa ia sangat menikmati malam itu dan tersenyum manis kepadaku. Kemudian mereka berdua tertidur di ranjang dengan tubuh telanjang, sementara aku tertidur kelelahan di atas sofa.


TAMAT