Nikmat Orgasme beruntun saat dientot dua cowok

sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk memakainya.

Dia tertawa melihat saya kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang "No way". Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi 'seragam' saya setiap saya akan bercinta dengannya.

Karena saya pikir toh hanya dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya di dalam, dimana ada stockingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans di luar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa. Efeknya sungguh di luar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali.

Saya sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.

Sejak saat itu, saya lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Roy.

Dia tidak keberatan selama saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kecantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan selera.

Saya mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Roy kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Roy.

Saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.

Suatu ketika, Roy pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Roy memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari.

Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap Bari sebagai teman.

Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Niko sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.

Ketika saya dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa sangat seksi.

Karena saya mulai tidak kuat untuk membuka mata, Roy lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya menurut. Roy lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Roy dihadapan Bari. Padahal Bari sudah tahu bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.

Kata Roy, kamar saya terlalu jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Roy mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.

Kini saya berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Roy mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.

Kini kami melakukannya dalam 'missionary position'. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali. Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan hendak merangkak.

Sebenarnya saya ingin tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mm, permainan dimulai kembali rupanya.

Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.

Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Roy juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.

Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.

Saya hampir mencapai orgasme saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin'mesin' saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Roy.

Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas tempat tidur.

Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.

Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak peduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat.

Yang membuat saya terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat melihat bahwa Roy berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya.

Jadi, yang saat ini menikmati saya adalah... Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya. Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi

Bari menahan saya. Tangannya mencengkeram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Roy memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah ingin menangis saja.

Saya merasa diperalat. Ya, saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.

Roy bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.

Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkansaya melambung di luar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun.

Nikmatnya selingkuh oral seks dijilat dihisap

Selama kami menikah kehidupan seks kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang dinamakan orgasme.

Saya memang menikmati seks. Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.

Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Roy. Roy adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan kamar Roy, tidak sengaja saya melihat buku Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Roy yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah 'begituan'.

Lebih terkejut lagi ketika saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.

Saya tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria me'makan' bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Roy untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.

Suatu ketika saat saya sibuk membaca majalah itu, tidak saya sadari Roy datang ke kamar. Ia kemudian menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Roy tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya.

Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum saya ketahui.

Tanpa disadari ia telah membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada liang kewanitaan.

Ia kemudian mencium bagian kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya lalu menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.

Tidak lama saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak saya. Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu.

Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.

Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.

Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.

Saya duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.

Disana ia duduk di tempat tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara dengannya.

Tidak saya sadari mungkin karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan menikmati momen tersebut.

Nafas saya semakin memburu saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.

Tidak tahu apa yang harus dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.

Saya mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali. Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi seluruh badan saya.

Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Roy.

Kemudian Roy mulai mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.

Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat saya, bibirnya lantas kembali memagut.

Oh, saya merasakan waktunya telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.

Sejak saat itu, saya dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.

Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.

Ceritanya dulu suami saya Niko punya komputer. Kemudian oleh Roy disarankan agar berlangganan internet. Menurutnya juga dapat dipakai untuk berbisnis. Suami saya setuju saja. Pernah Roy melihat saya memandangi Niko saat dia menggunakan internet, kemudian dia tanya kepada saya, apa saya kepingin tahu.

Niko yang mendengar lalu menyuruh Roy untuk mengajari saya menggunakan komputer dan internet. Pertama-tama saya suka karena banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali. Tetapi saya mulai bosan karena saya kurang mengerti mau ngapain lagi.

Saat itulah Roy lalu menunjukkan ada yang namanya Newsgroup di internet. Saat pertama kali baca saya terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi waktu saya tidak terlalu banyak. Saya harus mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya sayang sekali kepadanya. Kalau sudah tersenyum dapat menghibur saya walaupun dalam keadaan sedih.

Saya tidak mengerti program ini. Hanya Roy ajarkan kalau mau menulis tekan tombol ini. Terus begini, terus begini, dan seterusnya. Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia kalau kemarin saya sudah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya hanya bingung mau cerita sama siapa. Masalahnya saya benar-benar sudah terjerumus. Saya tidak tahu bagaimana harus menghentikannya.

Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Roy kepada saya.

Suami saya tidak pernah curiga sebab Roy tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko sudah pergi keluar kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta.

Saya katakan dengan tegas kepada Roy bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.

Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya lakukan atas 'alat'nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.

Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada saya terlebih dahulu.

Saya tolak, karena saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.

Selama beberapa hari saya merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.

Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.

Saya tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak teman pria yang mendekati saya.

Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara merawat diri.

Bila saya berjalan dengan suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.

Tetapi Roy sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Roy selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.

Saya merasa saya ditinggalkan. Roy tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.

Hingga suatu saat saya tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Roy masuk ke kamarnya setelah menonton film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan ada yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah. Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak 'hidup' begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah saya.

Dengan bantuan tangan saya, saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut melakukan hal yang lebih.

Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.

Karena khawatir saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada liang senggama saya.

Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.

Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.

Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja. Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat neneknya, kalau dia main paksa lagi saya harus hajar dia.

Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.


Geliat ABg DIperkosa rame rame di depan umum

Orang-orang yang akan menyewa Ami di akhir minggu ini meminta ia dan seorang pelayan wanita yang mau bertelanjang dada untuk menyuguhkan bir pada mereka. Ami menawari Donna sebanyak 1 juta untuk bekerja sama dengan dia. Tawaran Ami sebenarnya menarik bagi Donna, tapi Donna sama sekali tidak berniat bertelanjang dada di hadapan laki-laki yang sedang berpesta. Donna lalu menawarkan diri untuk membantu menjadi pelayan tapi dengan mengenakan pakaian. Ami lalu menawari Donna hanya 250 ribu tapi karena ia sangat butuh uang maka ia juga setuju dengan tawaran Donna. Ami lalu mengatakan kapan waktu dan tempatnya dan semuanya sudah disiapkan.

Walaupun Donna tidak ingin melepaskan pakaiannya, tapi ia ingin membuat pekerjaan Ami memuaskan pelanggannya. Donna kemudian memutuskan untuk mengenakan bikini berwarna biru sebelum ia memakai t-shirt putih ketat dan celana hitamnya. Kalau pesta kali ini berjalan lancar mungkin Ami mau memakainya lagi dilain waktu pikir Donna. Donna sama sekali tidak berharap perhatian orang-orang itu akan tertuju kepadanya, apalagi Ami ada di sana, karena Ani yang akan telanjang dan tubuh Ami jauh lebih bagus dari tubuh Donna. Donna sama sekali tidak berharap bahwa buah dadanya yang berukuran 32B akan menarik perhatian orang bila dibandingkan dengan milik Ami yang 38C itu.

Setelah Donna berpakaian, Ami menelepon Donna dan mengatakan ia masih bisa mengantar Donna pulang ke rumahnya nanti tapi ia tidak bisa menjemput Donna. Donna mengatakan itu bukan masalah, ia akan naik taksi. Ami memberikan alamat vila tempat pesta itu dan berkata akan menemui Donna di sana. Donna sama sekali salah memperkirakan jarak dan waktu, dan ia sampai sejam sebelum waktu yang dikatakan oleh Ami. Malam itu dingin sekali, dan Donna sama sekali tidak ingin berdiri sendirian di luar, jadi ia menuju pintu dan mengetuk pintu. Seorang yang tampan dan kekar membuka pintu.
"Halo! Saya Freddy! Silakan masuk! Hei temen-temen! Penarinya udah dateng nih!"
"Tunggu, bukan, bukan, tunggu dulu", Donna memerah, dan berbicara cepat-cepat. "Saya pelayannya! Ami akan datang sejam lagi!".
"Oh, oke, ayo sekarang biar saya bantu lepasin mantel dan kaos kamu, dan kamu bisa mulai menyuguhkan minuman."
Wajah Donna memerah lagi.

"Saya pikir Ami sudah bilang kalau saya tidak akan telanjang dada di sini, maaf."
Freddy tampak kecewa sekali. Donna mengambil nafas dalam-dalam.
"Begini saja, saya buka kaos saya dan saya pakai bikini di bagian atas bagaimana?" Donna melepaskan kaosnya, puting susunya langsung mecuat karena udara dingin. Ia merasa jengah pada saat itu.
"Yah, okelah, paling tidak si Ami nanti akan telanjang juga. Saya simpan kaos dan mantel kamu di lemari ini ya."

Di sana ada gentong dari kayu yang berisi bir dengan keran di bawahnya, juga ada cangkir-cangkir plastik. Pekerjaan Donna hanya mengisi cangkir itu dan menyuguhkannya pada orang yang memintanya. Ada sekitar tiga puluh laki-laki di ruangan itu, dan itu membuat Donna sibuk sekali. Dan percakapan mereka ternyata mereka adalah mandor-mandor yang akan berpesta setelah pekerjaan mereka membangun gedung pencakar langit selesai. Donna sendiri tidak tahu berapa bayaran Ami tapi ia sedikit heran bagaimana mandor-mandor bangunan itu dapat membayar tarif Ami yang Donna kira bisa diatas dua juta semalam.

Semua orang-orang itu bertingkah sopan, kecuali seorang yang terus berusaha menarik ikatan bikin Donna hingga hampir terlepas sampai lima kali, Donna juga menikmati pekerjaannya. Donna menyukai musik yang diputar dari CD Player, ia lama-kelamaan terhanyut dan menari-nari kecil ketika menunggu seseorang yang meminta bir lagi. Freddy dan teman-temannya bertepuk tangan ketika melihat Donna menari. Donna sendiri sudah minum beberapa gelas bir, dan memutuskan untuk memberikan hiburan sedikit, ia menendang sepatu yang dipakainya dan sambil menari sensual ia menurunkan celananya, membuat ia hanya tinggal mengenakan bikini. Donna sedang membereskan cangkir-cangkir di meja bar ketika ia mendengar telepon berbunyi. Freddy mengangkatnya.
"Yep, ini gue..., Apa?, Waduh, masa kamu nggak bisa numpang temen sih? Yah, ya udah deh, beginian kok terjadi sih? Oh ya, nanti gue kasih tau. Oke, nggak pa-pa, kita oke di sini kok. Bye."
"Temen-temen! Penarinya baru telepon tadi, mobilnya rusak berat, dan dia nggak bisa dateng!".

Tiba-tiba Donna merasa sendiri. Donna kemudian meminta maaf untuk Ami sekali lagi. Dan ia meminta agar mantel dan kaosnya diambilkan.
"Saya akan mengerti kalau kamu menolak tawaran ini, tapi saya dan temen-temen akan bayar satu setengah juta kalau kamu mau tetap tinggal dan telanjang dada."
Ia mengeluarkan ikatan uang dari saku celananya. Donna merasakan angin dingin di seluruh tubuhnya, tapi ia menerima uang itu. Ia memasukan uang itu ke cangkir yang ada di bar, dan menari di hadapan mereka sembari melepaskan ikatan bikini bagian atasnya dan membiarkannya jatuh ke lantai. Freddy mengambilnya dan membawanya keluar menaruhnya bersama barang-barang Donna yang lain.

Selama beberapa menit berikutnya, Donna menari dengan kedua tangan menyilang di depan dadanya, dan bergerak dengan kikuk. Mereka tertawa geli dengan kekikukan Donna dan membuat Donna juga tertawa. Donna kemudian mulai menari lebih cepat bergantian dengan pria yang satu ke pria yang lain. Donna membiarkan mereka menyentuh puting susunya, memegangnya dan menjilatinya. Donna menikmati semua itu hingga tiba-tiba ia merasa bikini bawahnya ditarik turun hingga ke lututnya. Ia menjerit dan cepat menariknya kembali ke atas hingga ia terjatuh ke lantai. Seseorang yang gemuk dan kasar berdiri di hadapan Donna sambil tertawa. Dua orang membantu Donna berdiri, Freddy berlari mendekat dan menyuruh orang gendut tadi menjauh. Kemudian ia memandang Donna.
"Hei, ini satu setengah juta lagi, bisa kan kamu lepas bagian bawah kamu juga?" Donna menggelengkan kepalanya, Freddy kemudian mengeluarkan semua uang dari sakunya.
"Kami cuma punya ini, kamu dapet tiga setengah juta. Itu lebih banyak dari bayaran untuk Ami. Ayolah."

Tangan Donna gemetar ketika ia mengambil uang itu. Donna tidak tahu ia gemetar karena ia akan telanjang bulat atau karena ia baru saja menerima uang yang banyak, tapi Donna sangat gugup sekarang. Donna menaruh uang tadi ke cangkir dan meminum secangkir penuh bir. Ia hampir tersedak tapi ia hanya tertawa dan mulai menari lagi. Ketika Donna menarik bikininya turun ia berbalik dan mengoyangkan pantatnya kepada penonton. Kemudian ia berbalik lagi dan melemparkan bikiniya ke Freddy dan mulai menari telanjang bulat, tangan Donna terbuka lebar memperlihatkan seluruh tubuhnya, tak tertutup selembar benangpun. Freddy menghilang sebentar dan kembali lagi.

Setelah satu lagi selesai, Donna kembali mengedarkan minuman, dan ia duduk di pangkuan setiap laki-laki yang membutuhkan bir. Pantat Donna berulang kali dipukul, dicubit dan diremas oleh mereka. Donna juga sempat menari bersama mereka, tangan-tangan mereka biasanya mendarat di kedua belahan pantat Donna ketika mereka menari bersama. Donna melihat Freddy berdiri dan mengamati dirinya. Donna menjauh dari pria yang sedang berdansa dengannya dan mendekat pada Freddy dengan tangan terbuka. Sebelum tangan Freddy sempat menarik tangan Donna, pria yang tadi menarik bikini Donna, tiba-tiba sudah berjalan di hadapan Donna. Di bawah perutnya tampak tonjolan yang besar sekali.

"Sekarang lo musti kulum punya gue!" Ia mendorong Donna hingga jatuh berlutut. Ketika Donna berusaha berdiri lagi, dua pria memegangi tangannya dan menahannya gara tetap berlutut. Donna meronta-ronta, ia melihat Freddy berlari mendekat, wajahnya tampak marah. Hati Donna sedikit tenang, merasa akan ditolong. Donna menatap Freddy dan menyadari ternyata ia marah terhadap dirinya.
"Denger, nona manis! Kita sudah bayar lo tiga juta lebih! Kita mengharapkan servis lo dari duit sebanyak itu tau?!" Ia mengambil cangkir berisi uang Donna dan memasukkannya lagi ke saku celananya.
"Lo tau, semenit yang lalu lo mungkin seperti cewek panggilan kelas tinggi, tapi sekarang lo cuma cewek murahan! Yang dia mau cuma masuk ke mulut lo, dan sekarang setiap orang akan dapet giliran paling nggak satu kali!"

Pria gendut itu maju dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Donna. Tubuhnya bau keringat. Donna tersedak karena ukuran penis itu dan juga karena rasa dan bau dari penis pria itu. Testis orang itu yang berambut dan besar memukul-mukul dagu Donna ketika pria itu bergerak keluar masuk di mulut Donna. Dia kemudian menarik penisnya keluar dan meyemburkan sperma kental ke dalam mulut Donna yang terbuka, kemudian ke wajahnya. Semua orang bersorak, dan pria lain maju dan memasukan penisnya ke mulut Donna. Penisnya tidak terlalu besar dan baunya tidak menyengat seperti tadi. Dunia Donna seakan berputar-putar, ia tidak bisa lagi memusatkan perhatiannya. Pria tadi menyeburkan spermanya masuk ke mulut Donna dan pria lain maju menggantikannya.

Setelah sedikitnya tujuh orang melumuri wajah Donna dengan sperma mereka, Donna didorong hingga jatuh di atas lutut dan tangannya. Freddy mendekat dari belakang Donna. Ia juga berlutut dan memegang pinggul Donna. Dengan satu dorongan kasar, ia memasukan penisnya ke vagina Donna. Donna tersentak dan memohon Freddy untuk berhenti. Ia bahkan menawarkan untuk melayani Freddy di tempat lain, di tempat yang lebih tertutup, tapi ia hanya tertawa. Semua orang berkumpul dan menonton Donna diperkosa tak berdaya.

Setelah beberapa lama, menjerit-jerit kesakitan dan melolong ketika penis Freddy merobek selaput daranya, Freddy memuntahkan spermanya ke dalam vagina Donna dan menariknya keluar. Pria lain maju dan memasukan penisnya ke vagina Donna sementara yang lain masuk ke mulutnya. Keduanya langsung bergerak sendiri-sendiri, tapi kemudian mulai bergerak berirama, keluar masuk tubuh Donna dari depan dan belakang. Mereka lebih cepat mencapai orgasme dalam vagina Donna, tapi Donna tidak menyadari itu semua, karena ia terus menangis dan memohon mereka untuk berhenti.

Kemudian Donna mendengar suara pria gendur tadi berbicara, tapi ia tidak mendengar dengan jelas, tapi pria yang ada di belakangnya langsung merebahkan dirinya hingga sekarang ia masuk dari bawah Donna dengan Donna terbaring merangkak di atasnya, sementara pria di mulut Donna menari penisnya tanpa sempat orgasme. Donna kemudian merasakan sesuatu yang besar dan keras mendorong masuk anusnya. Donna tidak bisa mengeluarkan jeritan, tapi ia langsung meronta tak terkendali, kakinya menendang-nendang, tangannya mengibas-mengibas. Pria itu terus mendorong, dan Donna langsung merasa perih dan nyeri dan sadar ia telah berdarah-darah.

Pria itu terus mendorong lebih keras dan perlahan mulai masuk ke anus Donna, sementara dua pria yang lain terus bergerak keluar masuk tak peduli dengan kesakitan Donna. Pria gendut itu sudah setengah masuk ketika ia berhenti dan memegang pinggul Donna. Donna menjerit-jerit tak terkendali ketika pria itu dengan paksa mendorong penisnya masuk ke anus Donna seluruhnya. Pria itu mulai bergerak, perlahan pada mulanya, tapi lama kelamaan darah dari anus Donna membuat gerakannya makin cepat dan lancar. Kedua pria itu mulai bergerak bersama-sama, dan ketika jeritan Donna mulai lirih dan ia hanya merintih, kembali penis masuk ke mulutnya. Tiga buah penis bergerak keluar masuk dari tubuh Donna, Donna merasa dirinya lumpuh tak bisa bergerak dan kesakitan. Tangan Donna juga dipaksa untuk mengocok dua buah penis lain. Dan hampir bersamaan, semuanya berejakulasi, di mulut, vagina, anus dan kedua tangan Donna, membuat tubuh Donna berlumuran sperma. Setelah mereka menarik penisnya keluar dari tubuh Donna, Donna melihat Ami berdiri di depannya.
"Ami, tolong aku! Tolong! Lihat apa yang mereka lakukan!" Ami hanya tertawa.
"Oh Donna, lo naif sekali sih? Ini semua renca gue tau?! Gue benci lo! Lo dan badan lo yang ramping itu, bikin seluruh mahasiswa tertarik sama lo. Lo inget Johan? Dia tunangan gue waktu lo ketemu dia?".
"Johan? Tapi dia nggak bilang apa-apa waktu itu, dia...".

Sebelum sempat Donna menyelesaikan perkataanya, Freddy sudah mendekat dan mengangsurkan uang tadi ke Ami.
"Nih, Mi. Ini bener-bener memuaskan!".
"Sebenarnya nggak. Dengan begini aja gue udah puas, simpen aja uang lo. Tapi gue musti dapetin video yang lo rekam tadi ya."
"Nggak masalah, thanks ya!".

Nikmatnya ml ngeseks ngentot dobel penetreasi

Saya tahu, Aria sudah lama naksir pada saya. Saya tahu dari Albert. Sebab Aria pernah menceritakan padanya, bahwa dirinya tidak bisa tidur memikirkan diri saya. Pokoknya, Aria jatuh cinta berat kepada saya. Namun saya belum menanggapinya, sebab saya belum berpikiran untuk memiliki seorang pacar. Saya masih lebih ingin memusatkan perhatian saya pada kuliah, agar memperoleh IP yang bagus, sehingga mudah mencari pekerjaan setelah lulus nanti. Selama ini saya hanya menganggap Aria sekadar teman baik saja. Tidak lebih.

Malam harinya kami berlima belajar di rumah Aria. Kebetulan kedua orangtuanya sedang pergi kondangan. Wita tidak bisa datang karena ia harus menemani ibunya menjenguk saudaranya yang sedang sakit.
"Ri, Gue pulang ya. Sudah malam nih. Besok malam saja ya kita lanjutkan belajarnya", kata Susi kepada Aria ketika jam sudah menunjukkan pukul dua puluh satu.
"Gue temanin deh, Sus!" timpal Lilo yang saya tahu sejak lama telah naksir Susi.
"Wah, itu sih memang taktik kamu, Lo!" kata saya sambil tertawa. Susi pun segera pulang didampingi oleh Lilo. Tinggal saya bertiga bersama Albert dan Aria.
"Bagaimana sekarang, Ri? Kita nerusin belajar atau bubar saja?" tanya saya pada Aria.
"Yah, lebih baik bubaran saja deh. Besok saja kita lanjutkan lagi!"
"Tapi sebelum kamu pulang, habiskan dulu tuh minuman kamu. Sayang-sayang. Mubazir kan!" tambah Albert sambil tersenyum ke arah Aria.
Saya habiskan sari jeruk yang tadi dihidangkan Aria untuk menemani saat belajar kami berlima.
"Gue pulang dulu ya, Ri, Bert", saya berpamitan pada kedua teman saya itu. Baru saja saya akan membuka pintu, tiba-tiba kepala saya terasa pusing dan mata saya berkunang-kunang. Tak lama kemudian, saya rasakan suatu keanehan menjalari tubuh saya. Payudara saya mengeras dan puting susu saya menegang. Kewanitaan saya pun terasa berdenyut-denyut. Ternyata Aria telah memasukkan obat perangsang ke dalam minuman saya tanpa saya mengetahuinya. Aria dan Albert menghampiri saya sembari tersenyum. Mereka memapah saya masuk ke kamar tidur Aria. Seperti tak sadar, saya menurut saja. Bahkan ketika saya ditelentangkan di atas tempat tidur.

Aria membuka kaus oblong yang saya kenakan, sedangkan Albert menurunkan celana panjang saya. Mereka berdua menelan air liur melihat kemolekan tubuh saya yang hanya dibalut pakaian dalam saja. Terpampang payudara saya dengan belahannya yang menggiurkan menyembul di balik bra yang saya kenakan serta lekuk-lekuk pinggul dan pantat saya yang membuat nafsu birahi mereka naik.

Tanpa membuang waktu lebih lama, mereka berdua menarik lepas bra dan celana dalam saya, dan keindahan tubuh saya itu dapat terlihat bebas tanpa halangan. Tangan Aria meremas-remas kedua payudara saya yang kenyal itu, sementara batang kemaluannya semakin menegang. Sementara Albert menciumi daerah kewanitaan saya. Saya merintih kecil tatkala lidahnya mulai memasuki liang vagina saya. Sementara itu, Aria mulai menghisap-hisap puting susu saya yang semakin menegang itu, membuat saya semakin menggerinjal-gerinjal. Namun saya yang berada di antara keadaan sadar dan tidak sadar tidak mampu berbuat apa-apa.
"Aw!" jerit saya saat gigi Aria menggigit puting susu payudara saya sebelah kanan, sementara Albert terus menjilati kemaluan saya yang ditumbuhi rambut-rambut tipis nan segar.

Aria dengan kedua tangannya memuntir-muntir ujung puting susu kedua belah payudara saya sementara mulutnya turun ke bawah ke arah selangkangan saya. Akhirnya seperti berebutan, lidahnya bergabung dengan lidah Albert menjilati liang kewanitaan saya.
"Gila, Ri. Asyik juga ya si Regina. Nggak gue sangka lho tubuhnya sebagus ini!" kata Albert sambil terus melanjutkan jilatannya ke belahan pantat saya dan akhirnya disusupkannya lidahnya ke dalam lubang anus saya.
"Bagaimana, Bert. Kita tancap saja si Regina sekarang?"
"Okelah, mumpung dia belum sadar." Dan kedua cowok itu membuka celana panjang mereka. Tampaklah kedua batang kemaluan mereka yang menegang laksana siap berperang. Aria sebagai tuan rumah mengambil inisiatif pertama. Dengan hati-hati dimasukkannya batang kemaluannya ke dalam liang vagina saya yang cukup sempit itu. Dengan sekali gerakan batang kemaluannya tersebut dihunjamkan semakin dalam, membuat saya menjerit kecil kesakitan. Akan tetapi seiring dengan naik-turunnya tubuh Aria di atas tubuh saya, saya merasakan kenikmatan yang tiada tara untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Secara tak sadar, saya menggerinjal-gerinjal kencang.

Albert yang nampaknya sudah tidak dapat menahan nafsu birahinya yang semakin merajalela itu tidak mau menunggu lebih lama lagi. Dihunjamkannya batang kemaluannya yang tak kalah tegangnya itu ke dalam lubang anus saya, saya menjerit kesakitan. Namun Albert yang sepertinya sudah kesetanan tidak mempedulikan saya. Dengan gerakan naik-turun, ia menyetubuhi saya lewat lubang anus saya. Saya terus menggerinjal-gerinjal tak terkendali. Rasa kenikmatan dan kesakitan terus bercampur baur saya rasakan.

Beberapa menit telah berlalu, belum ada yang sampai pada klimaksnya. Sementara kami bertiga sudah mulai lemas, terutama saya. Kedua cowok itu pun telah bertukar peranan. Albert telah memperoleh liang vagina saya, sedangkan Aria liang anus saya. Mereka berdua terus menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam tubuh saya tanpa kenal ampun.

Akhirnya setelah berselang begitu lama, Aria dan Albert menyerah begitu saja sebelum mencapai klimaksnya. Tubuh mereka berdua terkapar lunglai di samping tubuh saya. Kami bertiga sama-sama lemas. Namun tak lama kemudian, Aria telah mampu menguasai dirinya. Walaupun masih terhuyung-huyung ia bangun dari tempat tidur.


Nikmatnya bersetubuh senggama dengan dua cewek mahasiswi

Hubungan kita sudah dekat banget. Sejak awal memang saya sudah "ngeseks" sama dia. Dan orang tuanya sama saya sudah nggak ada masalah kalau misalnya salah satu datang terus menginap (soal "ngeseks" nggak tahu tentu saja). Ceritanya nich kembar berdua datang ke Jakarta mau belanja. Jadi minta ditemani oleh saya untuk jalan-jalan keliling Jakarta. Kebetulan di Jakarta rumah mereka lagi direnovasi. Saya suruh saja menginap di rumah saya. Lagian orang tua saya lagi pergi, jadi kosong. "Ok deh", kata mereka. Malamnya terus kita jalan-jalan ke Zanzibar, janjian sama teman. Saya nggak berani minum banyak-banyak soalnya pulangnya nyetir. Tapi tuh si kembar dicekokin sama teman-teman banyak banget sampai nggak kepalang maboknya. Akhirnya jam 4 kita pulang dan setelah berusaha keras merayu Siska buat turun joget-joget dari meja, terus menggotong Sisti ke mobil bla.. bla.. bla.. sampai deh di rumah. Sampai di kamar akhirnya tanpa ba bi bu lagi kita langsung tidur bertiga, biarpun AC jalan tapi gara-gara mabok tetap saja kepanasan. Akhirnya saya buka celana panjang saya hingga tinggal CD saja, terus saya menggeletak di tengah-tengah mereka. Tapi berhubung kepala saya pusing dan tahu dong, kalau mabok bawaannya tegang mulu. Saya mulai meraba-raba Sisti (biar mabok tapi saya bisa bedain pacar saya yang mana).

Pertama-tama saya selipkan tangan saya kedalam kemejanya. Terus jemari saya menjelajah kemana-mana di dalam BH-nya. Lama banget saya memainkan putingnya, dipelintir-pelintir terus dielus-elus lagi. "James... buka saja belakangnya biar lega", kata Sisti tiba-tiba. "Tapi jangan ribut ya, nggak enak sama Siska, lagian kamu gila ya... sodaraku disebelah!" bisiknya. "Ah biar saja, kamu juga mau khan..." kata saya nggak sabar sambil melepaskan tali BH-nya sama buka kemejanya, habis itu saya cium-ciumi payudaranya, kadang-kadang saya jilat-jilat pentilnya pakai lidah membuat lingkaran di buah dadanya. Kemudian naik lagi ke lehernya, saya cium-ciumi belakang kupingnya sampai si Sisti menggelinjang-gelinjang. Lalu turun lagi ke bawah mencium-ciumi ujung dadanya yang merah kecil sambil saya cubit-cubit kecil ujung satunya dengan tangan kanan saya. "Sudah James... cepet donk... buka celanaku sudah nggak kuat nih, ahh James... tega ih kamu! jangan lama-lama dong say...!" Karena saya juga nggak tahan, saya buka juga celana hipster hitamnya sekalian sama celana dalamnya. Terus terang saya paling suka memainkan kelentit wanita, bukan karena nikmat tapi saya suka banget lihat tampang mereka kalau dimainin pakai lidah terus bibir vaginanya digigit-gigit, sepertinya kejatuhan surga, nikmat banget.

Sekitar sepuluh menit saya memainkan vaginanya sampai kepala saya didekap sama kakinya, keras banget. Tangannya mendorong-dorong kepala saya buat menjilat lebih dalam lagi. "Jamesss, masukiin dongg! cepet!" katanya. "Mm... tapi basahin dulu punyaku... mau nggak?" kata saya. "Iya... sini Sisti isepp!" Akhirnya kita tukar posisi, saya di bawah dan dia mulai menghisap penis saya. Biarpun saya sering senggama sama wanita lain, kalau soal menghisap kayaknya cewek saya masih paling jago. Penis saya sih nggak panjang-panjang amat hanya 15 cm tapi gede dan berhubung bibir cewek saya kecil jadi dia rada-rada kesusahan buat menghisapnya. Ujungnya sama dia dijilat-jilat dulu terus dimasukan sebagian. di dalamnya sama Sisti dimainkan pakai lidah, dikeluarkan lagi, dihisap lagi sampai ke ujungnya terus didiamkan di mulutnya. Yang membuat saya paling nggak kuat kalau sama dia penis saya dikenyot-kenyot kayak menghisap jolly. Serasa isinya mau keluar semua. Saking saya keenakan sampai nggak sadar tangan saya pegang kepalanya buat menahan agar penis saya nggak dikeluarkan dari mulutnya. "Aahh mm... terusss sayangg!" desah saya sambil masih menahan kepalanya, kayaknya dia sudah mulai kesusahan napas.

Tiba-tiba bibir saya dicium dan begitu buka mata ternyata Siska. Dia ternyata kebangun mendengar erangan kita tapi diam saja, tapi nggak kuat juga akhirnya. Saya cium juga dia. "James, jahat ih kamu berdua... nggak mikir apa aku lagi bobo?" katanya. "Sis... sorry habis sudah konak neh..." "Tahu nggak James jadinya... Siska khan jadinya horny banget!" "Ok deh Sis... ma'ap... jadi mesti gimana dong?" "mm... kamu cium-cium punyaku kayak ke Sisti lagi dong? mau nggak?" "Ok... buka gih celananya aku isepin sini..." Siska buka celana sama kaosnya, terus naik ke atas mukaku. Sisti ternyata nggak keberatan, sama-sama sudah horny berat sih berdua. Akhirnya kita main threesome, saya hisap vagina Siska terus Sisti naik ke penis saya. "Aahh Jamesss... emang kamu top banget deh... terusss jilat itunya sayang...!"

Enggak lama kita tukar posisi, saya suruh Sisti tiduran, terus Siska saya minta telungkup. Jadi saya masukin penis saya lewat belakang (doggy style), ahh ternyata nggak kalah sama vagina kembarannya, sama-sama masih rapat! Sambil saya mensetubuhi si Siska, tangan saya menjelajah vagina Sisti, saya masukan jari tengah saya kedalam sambil jari saya yang lain mulai berusaha memegang analnya, saya nggak pernah senggama lewat anal cuma kalau sekarang pegang-pegang doang sih sering, nambah sensasi. Ternyata saking keenakan, mereka berdua ciuman, sambil tangannya memegang payudara kembarannya, saya jadi tambah napsu sekali melihatnya. Akhirnya saya pindah ke Sisti, saya angkat salah satu kakinya terus saya masukan penis saya dari samping. Huwiii, ini salah satu favorit saya juga. Enggak kebayang rasanya paha saya kegesek-gesek sama pahanya, terus penis saya masuk lewat pinggirnya, rasanya lain banget daripada saya di atas. Siska kemudian mulai memainkan lidahnya di payudara Sisti sambil memegang vaginanya. "Ahh Jammesss bentar lagi sayanggg... aahh..." ternyata Sisti sudah sampai klimaks, saya pindah untuk melakukan hal yang sama-sama Siska cuma kali ini saya minta dia membalikkan badan sambil tiduran, terus saya masukan dari belakang. "Aahh Jamesss tegaa ih kamu... nikmat banget tuhh truss trusss!" "Siska... rapetin kaki kamu donk... iya gitu sayang...!" Ini posisi yang buat saya cepat keluar. Kakinya dirapatkan terus saya kocok-kocok dari belakangnya. "Siska aku mau keluar nich.. di dalem yaa..." kata saya. "Jangan Jamesss!" kata Siska. "Sini aku isep saja ya.. dikeluarin di mulut Siska!" saya masukan ke mulutnya, ternyata Sisti juga nggak mau kalah, yang ada kayak rebutan. Gila juga ternyata Siska menghisapnya. Sambil menghisap tangannya mengocok-ngocok penis saya. Sisti lagi menciumi biji saya. "Ahh Siss... Jamess keluarrr nichh!" Akhirnya saya keluarkan sperma saya di mulutnya sambil saya tahan kepalanya dia agar menghisap terus.


Nikmatnya ml ngeseks ngentot posisi nungging dossy

Kebetulan saya punya teman agak kebanci-bancian. Biasanya orang demikian punya kenalan yang luas. Setelah saya lulus dan bekerja di suatu perusahaan cukup ternama, teman tersebut menelepon.
"Heh, mau nggak gua kenalin sama pengusaha wanita sebut saja namanya Vera dan Poppy."
"Mau", jawab saya.
Kebetulan sudah beberapa dua minggu ini nafsu saya tidak tersalurkan karena kesibukan kantor. Padahal bekas-bekas teman kuliah dulu masih sering menelepon.
"Dia sudah tahu muka lewat foto lu."
"Sialan nih anak, jual-jual foto segala", pikir saya.
Tapi ada syaratnya. Katanya mereka nggak mau resiko kena penyakit. Jadi saya diminta periksa dulu di dokter kelamin. Ada-ada saja permintaannya. Dokter dan jamnya ditentukan juga, sebut saja namanya Nadia. Pada hari yang ditentukan sekitar jam 8 malam, usai dari kantor saya langsung ke tempat praktek Nadia. Ternyata disana sudah nggak ada pasien.

Saya heran karena susternya sudah nggak ada. Saya ketuk pintu terus pintu dibukakan. Ternyata Dokter Nadia sangat cantik sekali. Saya sebentar agak terpana.
"Masuk saudara Rudi", katanya.
Setelah berbasa-basi sebentar, dia bertanya:
"Katanya mau bermain dengan Mbak Vera dan Mbak Poppy ya." sambil mengerling dan tersenyum.
Saya ketawa kecil saja. "Gimana sih untuk membuktikan tidak kena penyakit kelamin", tanya saya.
"Yah, mesti diperiksa air maninya", jawabnya.
"Kalau mau sih saya bantu mengeluarkan", katanya sambil membuka pahanya yang putih mulus itu. Wah kebetulan ini, pikir saya. Terus dia kebelakang sebentar dan keluar lagi.
"Mbak kalau suaminya atau supirnya datang gimana?"
"Suami saya kerja di luar negeri kok dan kebetulan hari ini saya sengaja nggak bawa supir", katanya sambil membuka baju prakteknya.

Ternyata di balik baju sudah tidak ada selembar benang pun. Dengan manja dia duduk di pangkuan saya. Dan saya pun langsung mencium bibir, leher, telinga, kemudian menyusur ke belahan dadanya yang kuning mulus. Terdengar Nadia mulai mendesah kenikmatan. "Akh... Rud, hisep terus Rud." Secara bergantian saya hisap puting susunya sambil melayangkan jari ke lubang kemaluannya. Terdengar Nadia tambah mengerang-erang kenikmatan. Setelah sepuluh menit berselang, Nadia menarik diri, terus membuka kancing baju dan celana saya sehingga tampak dada saya yang berbulu dan batang kemaluan yang mulai menegang. Tampak Nadia terkagum dengan dada saya yang bidang dan berbulu dan batang kemuluan saya yang panjang dan besar sehingga dia menggesekkan dadanya ke dada saya dengan menciumi bibir dan leher saya. "Gila Rud, kamu jantan sekali", katanya.

Setelah itu, Nadia menarik diri lagi dan berdiri kemudian membawa kepala saya ke lubang kemaluannya. Kemaluannya sangat teratur sekali ditumbuhi dengan bulu-bulu halus yang teratur secara rapi. Dengan semangat, saya jilati lubang kemaluannya sambil meremas buah dadanya.
"Aduh Rud, nikmat. Teru.. U... S", dengan napas yang tersengal-sengal.
Ketika kakinya semakin mengejang, saya tahu bahwa Nadia mau orgasme. Kemudian saya angkat dia dan saya taruh di meja periksa pasien. Dengan kaki yang mengangkang lebar, "Rud cepet dong selesaikan saya", katanya dengan meminta.
Dengan pelan-pelan saya masukkan batang kemaluan saya yang panjang dan besar itu. Terlihat mata Nadia membelalak kenikmatan kemudian mengerang. Saya gerakkan pantat saya memutar ke kiri dan ke kanan sebentar. Terlihat Nadia sudah tidak dapat menahan orgasmenya, maka saya ganti dengan gerakan menusuk.
"Aduh Rud gila nikmat sekali", katanya.
Sebentar kemudian cengkeraman Nadia sangat erat. Dengan sedikit menjerit, Nadia merangkulkan kakinya ke punggung dan selanjutnya terhempas dengan melepas nafas panjang.

Melihat saya belum apa-apa dia agak bingung juga. "Gimana Rud ya. Masih lama atau nggak?" Saya jawab masih lama. "Jangan lama-lama ya Rud, soalnya besok saya mau ke kerja lagi. Bisa-bisa ngantuk saya." Dengan agak capai, Nadia bangun kemudian meminta saya duduk. Dia masih melihat alat kelamin saya yang masih tegang. "Gede dan panjang banget sih Rud. Pasti Mbak Vera dan Mbak Poppy puas deh dengan kamu. Tapi awas lho mereka itu buas sekali kalau di ranjang", ujarnya. Saya cuma ketawa saja.

Dengan segera, Nadia kemudian melumat batang kemaluan saya sudah tegang. Aduh ternyata, Nadia sangat lihat sekali memainkan lidahnya di ujung kemaluan saya meskipun tidak sampai separuh yang dikulumnya karena besar dan panjang. Setelah sekitar 15 menit terasa sperma saya mulai mengumpul. Kemudian saya tarik Nadia dan saya taruh lagi di meja pasien dengan posisi telungkup. "Aduh Rud, jangan Rud, capai saya", katanya. Tapi saya nggak mempedulikan. Dengan posisi doggy ini saya masukkan lagi penis saya ke lubang kemaluannya. Terdengar Nadia menjerit kenikmatan yang disusul dengan rintihan dan erangan. "Terus Rud,... terus..." kemudian badannya mengejang dan terdengar erangan panjang.
"Sudah mau keluar Rud", tanya.
"Belum", jawab saya.
Dengan posisi doggy kemudian saya teruskan penetrasi. Saya kasihan juga melihat Nadia kecapaian. Terasa mau keluar kemudian saya tarik Nadia untuk mengulum batang kemaluan saya lagi. "Oh... nikmat sekali." Beberapa menit kemudian, saya bilang sama Nadia bahwa mau keluar. "Semprotkan di dalam saja sebagian" katanya. Akh... sebagian ditelan langsung, sebagian kemudian dimasukkan ke dalam tempat untuk diperiksa. "Gila kamu Rud, kayaknya kamu belum apa-apa ya." Saya cuma tersenyum saja.

Nikmatnya orgasme saat disetubuhi dua pria jantan

"Winda!" teriakan seseorang mengejutkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.
"Masuklah Winda...".
"Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!", Aku masih mencoba menolak dengan halus.
"Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Hr saja kau mau!".

Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.
"Da...,Darimana kau tahu?".
"Nah, jadi benar kan..., padahal aku tadi hanya menduga-duga!"
"Sialan!", Aku mengumpat di dalam hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.

Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian..., cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.

Dino memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.
"Gimana? Masih tidak mau masuk?", tanya dia setengah mendesak.

Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Hr, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.

Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.
"Ke mana kita?", tanyaku hambar.
"Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?", tanya Dino pura-pura heran.
"Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?", Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.
"Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Dino!", Dia berkomentar.
"Ah, diam kau Maki!" Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.
"Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Winda!", pancing Dino.
"Sesukamulah...!", Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.
Dino tertawa penuh kemenangan.

Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.

Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.

Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.

Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata "lapar" membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.

Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.

Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.

Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu. Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Dino.

Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.
"Ayolah Winda, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?".
"Kurang ajar kau Dino!" Aku mengumpat sekenanya.
Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar, "Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini."

Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.

Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.
"Harum!", katanya.

Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.
"36B!", katanya pendek.
Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.
"BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!", katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.

Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.
"Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!"

Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.

Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.

Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Dino.
"Winda...", "Ya?", "Kau suka aku perlakukan seperti ini?". Aku hanya mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.

"Hsss..., ah!", Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.

Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.

"Nggghh...!", mulutku mulai meracau. Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.

Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.

Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.

Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.

Untuk beberapa detik mata Dino nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.

Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.

Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.

Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.

Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku memekik keras setiap kali kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.

Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.

Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.

Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.

Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.

Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.

Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.

Tidak lama kemudian Dino mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak. Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.

Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.

Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.

Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.

Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya.

Aku merintih nikmat saat disetubuhi dosenku

Rumah Pak Hr terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.
"Ehh...! Winda, ayo masuk!", sapa orang itu yang tak lain adalah pak Hr sendiri.
"Permisi pak! Ibu mana?", tanyaku berbasa-basi.
"Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!", sahut pak Hr ramah.
"Sebentar ya...", katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.
Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.

Rumah Pak Hr tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.
"Gimana sudah siap?", tanya pak Hr mengejutkan aku dari lamunannya.
"Eh sudah pak!"
"Sebenarnya..., sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau..., kalau...!"
"Kalau apa pak?", aku bertanya tak mengerti. Belum habis bicaranya, Pak Hr sudah menuburuk tubuhku.
"Pak..., apa-apaan ini?", tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.
"Jangan berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!", sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.

Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik..., namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Hr.
"Lepaskan..., Pak jangan hhmmpppff...!", kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Hr.

Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakikupun terasa gemetar.

Pak Hr seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Hr, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.

Merasa mendapat angin kini tangan Pak Hr bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai.

Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.

Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Hr melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.

Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Hr berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.
"Kau Cantik sekali Winda...", gumam pak Hr mengagumi kecantikanku.
Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.

Dengan lembut Pak Hr mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.

Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.
"Pak...!", rintihku memelas.
"Pak..., aku tak tahan lagi...!", aku memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Hr. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.

"Paakk..., aakkhh...!", aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Hr melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Hr keras-keras. Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?

Tiba-tiba Pak Hr melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.

Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Hr ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.

Beberapa saat kemudian Pak Hr melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Hr yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.

Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.

Pak Hr cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.

Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Hr menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Hr menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.

Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Hr yang super itu, dan ini makin membuat Pak Hr tergila-gila.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Hr membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Hr. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.

Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus..., terus..., aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang memekik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi..., aku memekik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlah.

Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Hr kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Hr yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.

Namun beberapa saat kemudian, Pak Hr mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.

Nikmatnya ml ngeseks ngentot sama dua cewek abg bispak

Setelah pulang kuliah jam 2, saya akhirnya datang ke rumah Sita. Dan dia mempersilakan saya masuk ke rumahnya. Tidak tahunya, rumah dia kosong dan yang ada cuma pembantunya. Saya dikenali sama Rina temannya Sita. Ternyata Rina itu juga manis lho! Walaupun masih kalah manis sama Sita, tapi bodinya itu... hmm, nikmat banget dilihatnya. Akhirnya saya bertiga ngobrol ngalor ngidul, sampai suatu saat saya kok merasa berkunang-kunang dan ngantuk banget! Saking nggak kuatnya saya menahan pusing sama kantuk, saya sampai ketiduran waktu di ajak ngobrol. Akhirnya Sita, menyuruh saya tidur di kamarnya. Dan saya oke-oke saja, soalnya tidak kuat menahan kantuk sama pusing!

Saya tidak tahu berapa lama saya ketiduran. Yang saya tahu, setelah saya siuman. Saya merasa ada yang aneh banget sama diri saya! Pas saya bangun, saya kaget banget melihat saya sudah naked! Dan saya lihat Sita sama Rina juga sudah topless, cuma pakai celana pendek saja. Dan yang lebih bikin saya kaget lagi, ternyata penis saya lagi dijilati sama Sita, dan Rina lagi jilati buah dada Sita.

Terang saja saya tersentak, tapi saya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Soalnya saya merasakan kenikmatan yang luar biasa sekali waktu penis saya dijilati sama Sita. Sita sama Rina juga rada kaget waktu melihat saya bangun, tapi dia berdua tetap cuek, malah Sita langsung memasukan penis saya ke mulutnya dan menghisap penis saya, sementara Rina malah menciumi saya, dari mulut ke mulut. Tentu saja saya balas ciuman Rina. Tangan saya juga mulai berani menggerayangi sekujur badan Rina, mulai dari buah dadanya yang sintal dengan pentilnya yang kecoklat-coklatan. Sudah puas melakukan kissing, terus saya disodori buah dada Rina. Saya lahap saja buah dadanya bergantian kiri dan kanan, dan tangan saya mulai merayapi selangkangannya. Tangan saya mulai bermain-main di bibir vaginanya yang tersembunyi di balik CD, dan celananya. Malah terus dia membuka celana sama CD-nya, dan terlihatlah vaginanya yang kelihatan sekali terpelihara rapi, dengan bulu-bulu halus yang diatur dengan indahnya. Saya mainkan clitorisnya yang ada di dalam bibir vaginanya, dan saya usap-usap sampai Rina berkelojotan ke kanan dan ke kiri. Terus dia malah menyodorkan vaginanya buat saya hisap. Saya mainkan clitorisnya dengan lidah saya, bahkan sampai saya sedot pakai mulut saya. Rina semakin bergoyang, dan mendesah. Sementara itu, Sita masih menghisap penis saya. Saya lihat dia, memainkan ludahnya di penis saya. Gila, saya kayak di awang-awang di saat Sita menyedot-nyedot penis saya. Setelah lama dia mengisap punya saya, saya lihat dia sudah mulai bernafsu. Akhirnya dia duduk di selangkangan saya, dan mulai memasukkan penis saya ke dalam vaginanya. Dia duduk menghadap ke saya, sambil turun naik.

Saya lihat wajahnya yang biasa manis dan lembut, kelihatan garang waktu bergoyang. Tangannya malah meremas-remas dada saya. Waktu awalnya, kelihatan sekali dia rada susah menggerakkan badannya, soalnya vaginanya masih kering. Tapi lama-kelamaan, akhirnya gerakan turun naiknya Sita mulai lancar, malah dia sambil turun naik bergoyang-goyang memelintirkan penis saya dengan vaginanya. Saya cuma bisa mendesah, soalnya lidah saya sendiri lagi bermain di vagina Rina. Setelah memainkan vaginanya Rina selama 10 menit, kelihatan Rina mulai mengerang. Saya percepat gerakan lidah saya, dan jari tangan saya mulai membantu masuk ke dalam vaginanya. Rina semakin bergoyang, sambil mendesah keras. Dari vaginanya muncul cairan vagina yang rasanya agak amis. Tapi entah kenapa, saya suka banget sama aromanya dan saya malah tambah bersemangat memainkan vaginanya. Setelah 10 menit lagi, Rina mulai tampak bakalan orgasme yang pertamanya. Cairan yang keluar dari vaginanya semakin mengalir deras, dan diakhiri dengan cairan orgasmenya. Setelah Rina mencapai orgasme, dia turun dari tempat tidur, dan langsung masuk ke kamar mandi membersihkan vaginanya.

Sementara itu Sita mulai giat melancarkan gerakan turun naiknya. Bunyi yang dikeluarkan dari vaginanya karena gesekannya dengan penis saya, lumayan keras karena diikuti sama bunyi selangkangannya yang beradu sama paha saya. Setelah berlangsung selama 15 menit, mulai kelihatan kalau dia bakal orgasme. Akhirnya saya mulai mengambil inisiatif buat merubah posisi. Saya bangun dan mulai melakukan seks dengan posisi dog style. Sita kelihatan senang banget melihat saya mulai mengambil insiatif, dan dia menurut saja waktu saya perintahkan buat bangun dan berposisi dog style. Saya percepat gerakan maju mundurnya penis saya. Soalnya saya kepingin sekali melakukan orgasme bareng sama Sita. Setelah 4 menit, akhirnya saya orgasme bersamaan dengan orgasmenya Sita, tapi di luar vagina Sita soalnya saya takut kalau kenapa-kenapa di kemudian hari. Sita kelihatan lelah banget dan terkulai di tempat tidur, terus saya kissing saja dia.

Tapi tidak lama kemudian, Rina keluar dari kamar mandi, dan dia minta buat di-fuck sama saya. Akhirnya saya gantian ber-seks sama Rina, soalnya saya takut dia kecewa. Dan akhirnya saya habiskan sore itu sampai malam, di rumah Sita buat nge-seks sama Sita dan Rina beberapa ronde lagi. Sampai-sampai saya kelelahan dan pulang ke rumah setelah jam 8 malam.